"Dalam dunia yang akan datang, kita tidak akan menemui sebuah negara. Kita tidak akan menemui yang namanya negara Indonesia, kita hanya akan menemui orang Indonesia karena dalam persaingan yang akan datang memang persaingan antar manusianya yang lebih ditonjolkan." Zainal Abidin memulai membuka Acara bedah bukunya.
Acara yang digelar 21/11/01 dan sempat molor 25 menit karena menunggu salah satu pembicaranya tersebut ternyata dipadati peserta. Sebelumnya pihak panitia tidak memperkirakan hal itu, ini terbukti dengan kurangnya foto copy sinopsis untuk peserta sehingga panitia harus mem-foto copy lagi.
Entah sudah janjian sebelumnya atau apa, masing masing pembicara membawakan materi yang berbeda dari buku yang sama. Zainal Abidin lebih banyak membahas tentang masalah otak dan kinerjanya sedangkan Dr. Abdullah Shahab lebih mendalami masalah manajemennya, yang jelas bedah buku kemarin sangat menarik untuk disimak.
Permasalahan tentang otak dibahas tuntas oleh Zendin, nama beken dari Zainal Abidin. Mulai dari macamnya sekaligus fungsinya. Tak lupa ia juga memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pandangannya persaingan di masa depan dalam dunia global, kualitas manusia lebih diutamakan. Karenanya kita harus bisa mengoptimalkan kerja otak kita untuk menjadi manusia yang berkualitas. Lebih lanjut Zendin menjelaskan, ternyata memang IQ saja tidak menjawab pertanyaan tersebut. Banyak sekali faktor yang mendukungnya, EQ, SQ dan beberapa faktor lagi. Di akhir pembicaraannya ia mengatakan,"Sebaik atau sebenar apapun informasi tidak akan masuk ke dalam memori atau ingatan seseorang jika ia tidak dilibatkan didalamnya."
Paparan dari pembicara yang memang dibatasi oleh panitia selama 30 menit memang mengharuskan pembicara untuk berbicara padat dan jelas. Dr. Abdullah Shahab membuka pembicaraannya dengan mengkritisi presentasi Zendin dan pengalaman beliau. "Murid harus lebih baik daripada gurunya," katanya memuji presentasi dari Zendin. Selanjutnya beliau bercerita tentang keadaan kampus saat ini. Beliau sempat mengkritik mahasiswa ITS, "Mahasiswa ITS jika dibandingkan dengan mahasiswa ITB jelas jauh berbeda, lebih siap mahasiswa ITB untuk menjadi entrepreneur karena mereka memang jauh lebih berani dibandingkan kita (mahasiswa ITS, red). Mungkin ini dipengaruhi juga oleh dosen kita yang (mungkin) rata-rata juga demikian (kurang berani). Sekarang kita lihat saja dosen ITB banyak yang menjadi menteri, dan segala macam profesi yang mumpuni karena itulah mahasiswanya mempunyai obsesi untuk bisa minimal sama dengan dosennya. Karenanya saya menyarankan untuk dosen di sini (ITS, red) untuk mencari profesi mumpuni lain selain dosen agar dapat dijadikan acuan buat mahasiswanya."
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwasannya seorang ilmuwan yang berhasil, dalam penelitiannya mereka selalu melibatkan emosinya untuk mencapai keberhasilan. Karena itulah beliau sangat sepakat dengan Zendin bahwa IQ saja sangat tidak cukup masih sangat banyak faktor lain yang harus dipenuhi untuk meraih keberhasilan. Kemudian beliau menjelaskan tentang berfikir intuitif dan di akhir pembicaraannya beliau mengatakan, "Semakin sering otak kita dipakai maka kemampuannya akan semakin tajam."
Seperti bedah buku yang pernah ada, bedah buku kali ini diakhiri dengan session tanya jawab. Hanya yang membuat bedah buku yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Fisika lain daripada yang lain adalah hadiah berupa buku "Brainware Management" bagi penanya terbaik versi pembicara.(yud/bch)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)