ITS News

Minggu, 22 Desember 2024
15 Maret 2005, 12:03

Sertifikasi Untuk Menangkan Kompetisi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tingginya jumlah angkatan kerja yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, yang belum mendapat pekerjaan atau tidak sesuainya bidang pekerjaan dengan kualifikasi yang dimiliki, menunjukkan adanya kesenjangan mutu lulusan dengan standar kualifikasi pasar kerja dan para pengguna. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Ir. Soekarno Hadiwinoto dalam Lokakarya "Strategi Memenangi Kompetisi Dunia Kerja" yang diadakan oleh Student Advisory Center (SAC)-ITS di ruang sidang rektorat lt.2 hari ini.

Dalam uraian materi "Sertifikasi Insinyur Profesional" yang disampaikannya, Soekarno memberikan tiga parameter bagi lulusan perguruan tinggi untuk memasuki dunia kerja saat ini. Tiga parameter itu adalah besarnya IPK yang diatas rata-rata, hasil Tes TOEFL dan adanya pengakuan kompetensi. "Kalaupun IPKnya tidak diatas rata-rata, ya minimal harus memenuhi syarat administrasi perusahaan terkait," kata Soekarno.

Lalu bagaimana seorang bisa mendapat pengakuan kompetensi? Menurut Soekarno, sertifikat kompetensi adalah alat untuk mendapatkan pengakuan kompetensi. "Sertifikat itu tentunya bisa diperoleh setelah lulus uji kompetensi. Sertifikatnya juga diusahakan agar diterbitkan oleh badan sertifikasi yang terakreditasi," kata konsultan dari PT. AIMS Consulting ini.

Selain itu, sertifikat kompetensi harus memenuhi kualifikasi kompetensi yang mencakup pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap (attitude). Bagi seorang sarjana teknik yang ingin menempati posisi perencana atau pengawas di sebuah perusahaan, maka dia harus bersertifikat keahlian. Sedangkan bagi mereka yang menjadi pelaksana harus bersertifikat ketrampilan.

Lebih lanjut Soekarno menjelaskan, nilai kegiatan kompetensi untuk sertifikasi insinyur profesional terdiri dari nilai pengalaman, peranan dan nilai tingkat kesulitan. "Nilai pengalaman tidak diukur berdasarkan lamanya dia menggeluti pekerjaannya, tapi berdasarkan frekuensi keseringan dia melakukan pekerjaannya. Semakin banyak jam terbangnya, semakin besar nilai pengalamannya," terang anggota Majelis Penilai Insinyur Profesional ini.

Akan tetapi, bukankah untuk mendapat sertifikat saat ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit? Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Soekarno. "Sebenarnya tidak sedikit lembaga-lembaga terakreditasi yang mengeluarkan sertifikasi dengan biaya terjangkau. Bahkan, tidak sampai jutaan rupiah untuk mendapatkan sertifikat," ujar alumni Teknik Mesin ITS ini.

Sementara itu, ketua SAC Ir. Budi Utomo KW. ME menyampaikan, lokakarya yang disiapkan selama 1,5 bulan itu sekaligus sebagai sarana sosialisasi internal kepada dosen dan mahasiswa di ITS.

"Selama ini, mereka hanya tahu kalau SAC itu tempat cari lowongan kerja. Padahal disana juga ada unit konsultasi yang menangani mahasiswa yang memiliki masalah non akademis," kata Budi usai pembukaan acara oleh pembantu rektor III, Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng.(sep/ryo)

Berita Terkait