Pendidikan itu hanya untuk orang kaya saja, ya? Coba kita buat perumpamaan. Misal si A orang tuanya kaya dengan bla bla bla kekayaannya. Sedang si B orang tuanya kemampuan ekonominya pas-pasan. Si C anak orang miskin.
Si A sekolah di SD plus (itu lo yang SPPnya sampai ratusan ribu), SMPnya di Ciputra, SMU juga di Ciputra, kuliah ndak mau di dalam negri, minimal Singapura atau Australia, pulang membawa ijazah keluaran luar negeri, dibawa ke Indonesia. Tahu sendiri kan orang Indonesia, kalau ada orang dengan titel foreign, pasti laris. Akhirnya si A makin kaya.
Kalau si B, sekolahnya sedang-sedang saja, syukur dia bisa kuliah di Perguruan Tinggi Negri sampai lulus walau kuliah sambil cari tambahan uang. Untungnya dia tidak begitu susah cari kerja (maksudnya jadi buruh, maklum otak saja yang dia punya, uang tidak ada).
Yang kasihan si C, SD sampai SMP lolos dia jalanin, waktu teman-temannya menyuruhnya ke SMU dia tidak mau, dia ke STM saja karena katanya lulusan STM tidak perlu sekolah lagi buat cari kerja. Nah, betul ternyata sebelum ijazahnya keluar dia sudah dapat kerja di pabrik alat-alat berat di Tangerang. Tapi ya begitu, penghasilannya hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari seorang bujangan ditambah sedikit untuk tabungan. Hampir lima tahun dia bekerja tapi belum berani kawin, gara-gara tabungannya masih sedikit.
Ini kan menciptakan kesenjangan sosial yang makin lebar. Tahu apa tidak Anda, orang-orang kecil, rakyat jelata itu tidak mengerti kenapa kok negara pakai bangkrut segala. Negara yang subur makmur hasil alamnya melimpah ruah, kok bisa Indonesia dikatakan mau bangkrut. Tidak masuk akal.
Coba Anda perhatikan konglonerat-konglomerat itu, mereka tidak merasakan kenaikan bensin 30 %, soalnya harga seperti itu kecil. Yang kasihan itu yaa orang-orang kecil itu. Mas, tetangga saya di desa itu ada yang penghasilan seharinya Rp. 5.000,-. Hari-hari ini harga barang-barang naik, minyak naik, daging naik, beras naik, tempe juga naik. Hampir semua harganya naik. Uang lima ribu kalau untuk hidup 5 orang apa cukup?
Jika sampai ada pengangguran yang harus tanggung jawab pemerintah. Jika ada orang mati karena kelaparan pemerintah yang harus menanggung dosanya. Pokoknya semua penderitaaan rakyat yang akibat ketidakmampuan pemerintah melindungi dan memenuhi kebutuhan rakyat, yang bertanggung jawab adalah pemerintah.
Jika ada orang kaya dan LSM yang ikut mengangani masalah-masalah sosial itu sunnah hukumnya. Yang wajib tetap pemerintah. Jangan enak-enakan jadi penguasa, perhitungan di akhiratnya lebih lama dari rakyatnya.
*Agung Kurnianto TS
Mahasiswa Teknik Fisika '98
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar acara Rapat Pimpinan sekaligus penganugerahan Rector Award 2024,
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali membuktikan komitmennya dalam mendukung implementasi ilmu sains. Bekerja sama
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berhasil mempertahankan predikat Kualifikasi Informatif dengan nilai 97,27 dalam
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmen kepeduliannya terhadap lingkungan dengan meraih peringkat ke-8