GELANGGANG turnamen dua tahunan desain dan pengoperasionalan kapal ini tergelar sejak 1986 lalu. Atlantic Challenge adalah satu turnamen desain dan pengoperasionalan kapal kayu internasional di Maine, Lakewood Drive Midland, Ontario, Amerika Serikat.
Tahun ini turnamen bakal digelar 11-17 Juli.
Masih lama, memang. (Enam bulan lagi). Namun liku-liku persiapan dan proses terpilihnya tim U-21 gabungan ITS dan Politeknik, sudah dimulai tahun 2001 lalu. Dan awal 2002 inilah memuncaknya derap persiapan.
Sungguh tak terduga, 20 mahasiswa ITS dan Politeknik Perkapalan Surabaya (PPS) yang tergabung dalam tim 'ITS Maritime Challenge 2002' itu ketiban sampur mengemban tugas berat dan langka ini.
Bagaimana sih ceritanya mereka bisa terpilih? ''Ihwal keikutsertaan tim ITS ini berawal dari keinginan tim enam,'' tutur Anjar Ciptandani, koordinator tim.
Agustus 2001 lalu, tim enam mahasiswa Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS tersebut baru saja menyelesaikan kerja praktik di satu galangan kapal kayu di Jakarta.
Semula mereka hanya ingin membuat kapal kayu besar untuk dipersembahkan pada almamater tercintanya. "Kami tidak ingin sekadar membuat pokok jadi. Kami ingin membuat sesuatu yang bermakna,'' kisah Anjar, mahasiswa semester tujuh ini.
Keinginan itu lantas diungkapkan kepada Dr Ir Daniel M Rosyid, PR (Pembantu Rektor) IV ITS, yang juga dosen di FTK. Kebetulan, Daniel yang kerap ke luar negeri mendengar informasi dari salah seorang koleganya di Inggris, Roger M Johnson, bahwa Juli 2002 nanti akan tergelar lomba pembuatan dan pengoperasionalan kapal di kota Maine, Amerika Serikat. Lomba tersebut bertajuk Atlantic Challenge.
Sejak itu Daniel rajin membuka internet. 'Berselancar' mencari informasi lengkap, termasuk bagaimana cara mengikutinya. "Setelah mendapat informasi lengkap, ternyata pendaftarannya sudah ditutup sejak Juli 2001 lalu. Ini karena target pesertanya sudah terpenuhi," kata Daniel.
Sedikitnya ada 16 negara di seputar Samudera Atlantik tercatat sebagai peserta. Antara lain Kanada, Inggris, Belgia, Denmark, Rusia, United Kingdom, Swedia, Norwegia, dan tuan rumah Amerika Serikat sendiri.
GARA-GARA TIM NORWEGIA MUNDUR
Tapi entah mengapa, pertengahan September 2001 lalu, panitia lomba tiba-tiba mengirimkan surat dan meminta tim ITS segera mengirimkan proposal pendaftaran. Panitia mengajak tim ITS karena tim Norwegia mengundurkan diri. Sungguh ini keberuntungan tak terduga.
"Seketika itu juga kami mengirimkan proposal, dan membayar biaya pendaftaran sebesar USD 200 (sekitar Rp 2 juta)," ungkap Daniel.
Dua minggu kemudian, tim ITS menerima kiriman artikel, persyaratan dan kriteria kapal dari panitia lomba yang bermarkas di Kanada itu.
Berbagai persiapan pun segera dilakukan. Mulai dari rekrutmen anggota tim, persiapan bahan, desain kapal, menjaring sponsor sampai kalkulasi biaya dirapatkan selama hampir satu bulan.
Salah satu kriteria yang ditetapkan panitia, dari 20 personel yang akan berangkat, 15 di antaranya harus berusia di bawah 21 tahun (U-21), dan empat di antaranya perempuan.
Sesuai kesepakatan, tim ITS yang akan berlaga di Amerika Serikat ini dinamakan Tim ITS Maritime Challenge 2002.
BUTUH BIAYA Rp 1,2 M
"Total jenderal biaya yang kami butuhkan sekitar Rp 1,2 miliar," kata Mangoloi M Siallagan, manajer tim ITS.
Tim ITS ini mengadopsi replika kapal perang Prancis yang pernah berjaya sekitar abad XIV. Kapal dengan desain sederhana, berkapasitas 10 orang, panjang 15 meter, lebar 2,1 meter ini sepakat diberi nama 'Simplicity' yang artinya 'Sederhana'.
Kapal dikerjakan oleh 20 mahasiswa gabungan ITS dan Politeknik Perkapalan, dengan panduan dua dosen FTK ITS, yakni Ir IKAP Utama MSc, PHd dan I Putu Artha Wibawa ST, plus seorang ahli kapal dari Inggris Roger M Johnson MA.
DARI KAYU MAHONI DAN ULIN
Penggarapan dimulai sejak Nopember 2001 lalu. Kini sudah menyelesaikan tiga dari 11 tahap yang direncanakan. "Pokoknya kapal kita ini akan dibuat sesederhana mungkin. Yang penting kuat, tahan gelombang dan enak dikemudikan. Yang jelas, April nanti Simplicity sudah harus selesai dan segera dikirim ke Amerika Serikat," kata Anjar. Kulit luar Simplicity dibuat dari bahan kayu Mahoni, sementara kerangka konstruksi dibuat dari kayu Ulin dan tiga tiang layarnya dibuat dari bahan kayu Pinus.
Untuk menyelesaikan kapal sepanjang 15 meter ini, menurut Daniel, diperlukan biaya sekitar Rp 150 juta. "Masalahnya, biaya yang kita miliki terbatas sekali. Dari sumbangan universitas dan uang jajan anak-anak, kami baru bisa mengumpulkan sekitar Rp 12 juta," kata Daniel.
Selama berlaga di AS nanti, diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 1,2 miliar. Ini untuk keperluan akomodasi, transportasi dan lain-lain. Pengiriman kapal dengan kontainer 42 feet yang memakan biaya sekitar Rp 100 juta, pergi-pulang. "Kami juga mencoba menghubungi TNI AL dan TNI AU. Mungkin ada kapal perang atau pesawat Hercules yang akan berangkat ke Amerika Serikat. Siapa tahu bisa dititipkan. Kan bisa mengirit biaya," urai Daniel.
CARI PEMBELI 10 M3 KAYU JATI
Rektor ITS Prof Ir Soegiono memberikan dukungan penuh. Rektor memberi ijin khusus kepada tim untuk menjual sekitar 10 meter kubik kayu jati yang mangkrak di ITS untuk tambahan dana. "Masalahnya, kita tidak bisa cari pembelinya. Padahal kita perlu sekali dana," ungkap Daniel.
Selain itu, ITS juga coba mencari donatur dari perusahaan-perusahaan swasta di Surabaya. Sampoerna, Gudang Garam, Habibie Center, PT PAL dan lain-lain. "Proposalnya sudah kami sampaikan, tapi sampai sekarang belum ada respons. Atau mungkin RADAR SURABAYA mau membantu," kata Daniel sambil tertawa.
Tim akan berangkat awal Mei 2002 untuk melakukan penyesuaian dengan cuaca, angin serta mempelajari medan Lakewood Drive Midland Ontario, arena pertandingan. Apalagi, mereka akan mengikuti 17 dari sekitar 19 lomba yang akan dipertandingkan. Seperti mendayung 20 kilometer di Rockland Harbor, dan berbagai pertandingan out born laut lainnya.
"Sebelum berangkat, kami akan uji coba dulu di Pasir Putih Situbondo, dan latihan navigasi dengan prajurit TNI AL. Jika perlu, kita akan berguru khusus dengan nelayan-nelayan Kenjeran," tambah Anjar. Untuk latihan fisiknya, para mahasiswa yang masih belia-belia ini mengaku jogging dan push up setiap hari. "Porsinya baru akan kami genjot setelah Ujian Akhir Semesternya usai 16 Januari nanti. Kita tidak ingin kalah di sana," tekad Anjar. (dyah) (rohman)
Kampus ITS, ITS News — Urgensitas isu perubahan iklim memerlukan kolaborasi dari berbagai sektor, salah satunya akademisi. Berkontribusi dalam upaya
Kampus ITS, ITS News — Dukung pengembangan komoditas jagung, tim penelitian Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sosialisasikan sistem informasi
Kampus ITS, ITS News — Pemenuhan aspek transportasi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kota baru seperti
Kampus ITS, ITS News — Himpunan Mahasiswa Diploma Sipil (HMDS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar Diploma Civil