Bagaimana jadinya kalau skripsi atau tugas akhir mahasiswa dilombakan? Itulah yang tahun ini mulai diprakrasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS. Kemarin, perlombaan yang menyedot banyak pengunjung ini telah berakhir. Siapa yang bakal menang, tentunya yang paling inovatif dan aplikatif. Inilah beberapa karya mahasiswa itu.
DIBANDING hadiah yang diperebutkan, biaya tugas akhir (TA) para mahasiswa itu memang jauh lebih banyak. Misalnya, biaya TA untuk membuat robot yang bisa dikendalikan via internet karya Setijo Eko S. dan Supriyanto, mahasiswa angkatan 1998. Keduanya mengaku menghabiskan ongkos lebih dari Rp 10 juta. Sedangkan hadiah yang disediakan panitia, untuk juara I "hanya" Rp 750 ribu.
Tetapi, agaknya bukan hadiah itu yang diburu. Dengan kompetisi ini para mahasiswa mengaku menjadi terlecut untuk menciptakan karya TA sebaik-baiknya. "Mahasiswa jadi tertuntut untuk bersaing membuat karya yang aplikatif. Dengan begitu, skiripsi atau tugas akhir tidak hanya ditumpuk saja. Tetapi bisa diterapkan di berbagai bidang dunia usaha," kata Direktur PENS ITS Dr Ir Muhammad Nuh DEA.
"Ya, kami memang jadi terlecut untuk membuat TA sebaik mungkin. Terus terang, di antara mahasiswa jadi muncul persaingan. Tapi bersaing secara sehat, lho," timpal Supriyanto.
Sekitar 100 lebih TA mahasiswa dari berbagai jurusan yang bakal lulus ini tidak sedikit yang terbilang canggih. Dari jurusan Teknik Elektronika (TE), misalnya. Ada alat pencatat data pada KWH meter PLN secara otomatis. TA karya bersama Warno, Harianto dan Tiyas A. ini bisa jadi sangat membantu PLN dalam pencatatan meteran listrik yang belakangan ini sering dikeluhkan konsumen karena keakurasiannya diragukan.
Selain rancangan itu, dari jurusan TE juga menampilkan robot penuang botol minuman otomotis, rak VCD dikontrol dengan PC (personel computer) untuk kios rental, sistem pengontrol daya listrik dengan kartu prabayar, dan puluhan karya yang lain.
Dari jurusan komunikasi juga banyak ditelorkan karya aplikatif. Sebut saja, PC penunjuk arah bagi mereka yang tidak mengenal medan daerah tertentu. Karya ini dibuat Anis Wardatuz dan Fitria Tri Astuti. "Kalau misalkan kita ada di mobil terus salah arah, akan ditunjukkan melalui kalimat yang terlihat dalam layar monitor. Semisal Anda tersesat, balik ke arah ini, dan seterusnya," kata Anis yang diiyakan rekannya Fitria.
Mahasiswa komunikasi juga menampilkan alat pemesan segala tiket via internet. Tak kalah menariknya, sebuah software yang bisa dipakai untuk konsultasi ketika hendak membeli sesuatu, juga berhasil diciptakan. "Misalnya, kita punya duit Rp 2 juta, maka program ini akan memberikan gambaran jenis komputer yang bagaimana yang tepat dibeli. Juga bisa dipergunakan untuk mengetahui besarnya biaya ketika membuat komputer rakitan sendiri," jelas Mahendra. Menurut Muhammad Nuh, melihat puluhan karya mahasiswa yang baru tiga tahun menimba ilmu di PENS ITS itu pihaknya merasa bangga. "Bayangkan mereka itu kan baru kelas tiga. Tapi karyanya sudah cukup dari aplikatif dan orisinal," tandasnya. (m. sholahuddin).
Kampus ITS, ITS News — Insititut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi di bidang konstruksi bangunan. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Masih dalam rangkaian kegiatan Czech – Indo Friendship Exhibition 2024, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Isu sosial dan lingkungan kini semakin marak disuarakan dari berbagai kalangan, khususnya masyarakat sebagai
Kampus ITS, ITS News — Salah satu alumnus Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Lucia Karina mengharumkan nama