ITS News

Jumat, 27 September 2024
22 Maret 2005, 17:03

ITS Dipercaya JICA untuk Kembangkan ICT di Indonesia Timur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Demikian dikemukakan Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA, Selasa (22/3) siang kepada para wartawan di ruang kerjanya. “Bagi ITS ini merupakan hal yang pertama. Memang bagi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya bantuan dari JICA itu sudah untuk yang kedua kali. Mudah-mudahan kami juga bisa melanjutkan hingga ke tahap berikutnya,” katanya.

Dikatakan Nuh, proyek kerja sama itu telah ditandatangani di Jakarta pada Senin 21 Maret 2005 antara pemerintah Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Dirjen Dikti dan pemerintah Jepang oleh JICA serta ITS. “Dalam proyek ini ITS dipercaya untuk mengembangkan bidang information and communication technology (ICT) untuk wilayah Indonesia timur, karena itulah ITS dijadikan sebagai ICT Center,” katanya.

Apa yang akan diperoleh ITS? “Kami memang tidak akan diberikan dana, tapi semua fasilitas untuk kepentingan riset dan para ahli dari Jepang semuanya ditanggung oleh JICA, termasuk didalamnya training para dosen di ITS maupun ke Jepang,” katanya. Bukan hanya itu, kata Nuh menambahkan, dengan dijadikannya ITS sebagai ICT Centre, kami mempunyai kesempatan yang lebih besar lagi untuk mengembangkan berbagai kebutuhan masyarakat dan industri di dalam menyiapkan bidang ICT. “Kami paham sumber daya manusia kita untuk bidang ICT sangat terbatas, tapi keterbatasan itu bukan menjadi kendala untuk bangsa ini tidak ikut menerjuni bidang ICT,” kata Nuh yang menjadi satu-satunya orang Indonesia hingga kini yang mendapatkan JICA Special Award.

Diungkapkannya, dalam proyek ini, ITS dan JICA sudah sepakat minimal dalam satu tahun ada satu hasil riset yang bisa dipatenkan, dan riset-riset yang dilakukan harus bisa langsung dimanfaatkan oleh kalangan industri. “Melalui proyek inilah ITS berharap hubungan antara perguruan tinggi dengan dunia industri bisa lebih riil terjalin. Tentu bukan saja ITS, tapi juga perguruan tinggi lain, karena dalam tiap kali riset harus ada mahasiswa S2 dari wilayah Indonesia timur,” katanya.

Dikatakannya, ICT merupakan generik teknologi, dimana dengan sebutan generik itu, maka hampir tidak ada bidang yang tidak akan membutuhkan ICT. “Kesempatan inilah yang ingin diambil ITS, karena kami tidak ingin untuk kesekian kalinya Indonesia tertinggal didalam revolusi teknologi yang kini sedang dialami bidang ICT,” katanya. Ditanya soal total nilai yang akan dikucurkan pihak JICA, Nuh mengatakan, dalam proyek yang sifatnya technical cooperation, segalanya memang tidak bisa diukur dengan rupiah, tapi jika dikalkulasi nilainya amat besar, misalnya, yang berkait dengan mendatangkan tenaga ahli dari Jepang, sedikitnya 5 sampai 10 orang per tahun, belum lagi training bagi dosen dari Indonesia di ITS maupun di Jepang. “Kalau mau dihitung dengan jumlah rupiahnya pasti sangat besar, demikian juga dengan beberapa peralatan yang akan dilengkapi untuk kepentingan riset,” katanya.

Nuh juga menjelaskan tentang latar belakang kenapa JICA tertarik untuk membantu dan memberikan perhatian penuh kepada Indonesia dalam bidang ICT. Dikatakannya, Jepang sangat berkepentingan dalam hal ini, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi besar untuk kepentingan pemasaran berbagai macam produk. “Penguasaan ICT di suatu negara punya korelasi positif di dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Artinya, jika perekonomian bangsa tidak berkembang, maka daya beli juga akan menurun, sehingga berbagai macam produk juga tidak akan laku dijual. Jepang punya kepentingan itu, karena banyak barang-barang produksi Jepang beredar luas di Indonesia,” katanya. Tapi, kata Nuh menambahkan, apa pun latar belakang yang mendasari pemberian bantuan itu, sepanjang menghasilkan nilai tambah bagi bangsa ini, kiranya tidak ada alasan untuk ditolak. (humas/bch)

Berita Terkait