ITS News

Senin, 30 September 2024
06 April 2005, 14:04

Persiapan Tim-Tim Surabaya Jelang Final Lomba Cipta Elektronika Nasional 2005

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ajang bergengsi ini diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Perhelatan adu kreatif mencipta alat elektronika ini sudah 10 kali diadakan sejak tahun 1980-an. Pesertanya dari seluruh perguruan tinggi negeri/swasta atau sekolah-sekolah ternama dari seluruh Indonesia.

Kompetisi yang digelar tahun ini akan melombakan empat klasifikasi ciptaan elektronik. Tiga kategori diperuntukkan bagi mahasiswa. Yakni Elektronika Industri, Telematika (Telekomunikasi dan Informatika), dan Biomedik. Sedangkan kategori Elektronika Dasar, khusus untuk pelajar SMP atau SMA.

Pada 2 Maret lalu, panitia Lomba Cipta Elektronika Nasional (LCEN) 2005 mengumumkan daftar tim-tim yang lolos seleksi untuk masuk ke babak final.

Dari 78 usulan proposal dari seluruh Indonesia, hanya 38 tim yang berhasil
menuju ke babak final pada 29 April mendatang. Dari 38 tim tersebut, Surabaya mengirimkan 13 dutanya.

Yang terbanyak adalah wakil dari Teknik Elektro ITS. Mereka mengirimkan
empat tim: DnD, YS, E-mpat Satu dan satu tim lagi belum diberi nama. Masih dari ITS, ada tim Wildcat dari Politeknik Perkapalan, dan Microhydro Team milik Teknik Mesin.

Sedangkan dari perguruan tinggi lainnya ada New Intro dari Fisika MIPA Unair, Aktif 17 dari Untag, Wima Techno dari Elektro Universitas Widya Mandala.

Untuk tingkat pelajar, ada SMP Petra 3 dan SMA Petra 2. Gabungan dua
sekolah ini mengirimkan tiga tim. Mereka akan masuk di kategori Elektronika Dasar.

Tim dua sekolah itu merupakan juara bertahan LCEN. Karena itu, di ajang itu nanti, mereka bakal mati-matian mempertahankan mahkota juara. Saingan terberat satu kota mereka datang dari tim Overclock 17 yang mewakili SMAN 17.

Lantas, karya apa saja yang diunggulkan tim-tim Surabaya itu di ajang LCEN nanti? Dari pantauan Jawa Pos, hampir semua tim dari Surabaya menyatakan sudah benar-benar siap bertarung. Ada yang sudah 70 persen merampungkan hasil karyanya, bahkan ada juga yang sudah 95 persen.

Di antara anggota tim dari SMA Petra 2, ada nama Satria Arief Budi. Prestasi siswa kelas 11 IPA 5 ini patut diacungi jempol. Selama dua tahun berturut-turut, dia berhasil menggondol juara pertama dan kedua di ajang tersebut. Wajar kalau tahun ini, Satria berniat untuk mempertahankan juaranya. Dia bergabung dengan Vincentius Surya Putera Oetomo, siswa kelas 3 SMP Petra 3. Karya mereka: Alat Pengontrol Lampu Lalu Lintas di Perlintasan Rel Kereta Api Jagir-Wonokromo, Sebagai Upaya Mengatasi Kepadatan Lalu Lintas.

Karya Satria lainnya: Peringatan Bahaya Asap Rokok bagi Perokok Pasif dengan Memanfaatkan sensor AF30-ISD 2560.

"Kalau dua-duanya bisa menang, ya bisa dikatakan saya mencetak hattrick (menang tiga kali berturut-turut)," kata Satria. Dia mengaku sudah menyelesaikan alat pengontrol lampu lalu lintasnya.

Proses pengerjaannya tergolong cepat, hanya satu bulan. Maket untuk presentasi 29 April nanti di saat lomba berlangsung, bahkan juga selesai dibuat. "Sekitar 95 persen, alat ini sudah selesai," tandas siswa yang sudah mengakrabi elektronika sejak duduk di bangku SD ini.

Satria dan timnya bekerja siang malam di laboratorium elektronika sekolah. "Kami mengerjakan mulai pulang sekolah. Ya kadang-kadang menginap. Begadang sampai jam satu itu sudah biasa," timpal Putera.

Alat pengontrol buatan Satria dan Putera yang akan ikut lomba itu nanti bekerja menggunakan gelombang RF (radio frequency). Fungsinya untuk mengatasi kemacetan di perempatan Jagir Wonokromo.

Setiap kali kereta api mendekati perlintasan, secara otomatis, palang akan menutup, dan lampu lalu-lintas dari arah Jalan Ahmad Yani menuju Jagir Wonokromo berubah merah. Sedangkan lampu lalin di depan DTC akan berubah hijau. Akan berlaku sebaliknya, jika kereta menjauh.

Untuk ikut lomba kali ini, Satria mengaku mendapatkan dukungan penuh dari sekolahnya. "Selain dibimbing, kami juga dibantu dana," kata Satria. Untuk mencari bahan, Satria dan teman-temannya cukup belanja di Pasar Genteng. "Karena ini kategori elektronika dasar, bahan yang dipakai ya gampang dicari. Misalnya IC Counter, IC EEProm, ada semua di sini," kata Satria.

Tim dari Surabaya lainnya yang tak kalah siapnya adalah tim Aktif 17 (elektronika industri) dari Untag. Tim yang diawaki Yuli Yudisiatri dan MR. Sanjaya ini akan menampilkan karyanya: Sistem Parkir Sentuh dengan E-Cash.

Yuli sebenarnya sudah menyiapkan karyanya ini sejak setahun lalu. Maklum, karyanya tentang sistem parkir e-cash ini adalah adalah untuk Tugas Akhir (TA)-nya sendiri. "Saya mulai mengerjakan sistem parkir E-Cash ini sekitar satu tahun lalu. Terus, iseng-iseng saya ikutkan LCEN. Eh, ndak tahunya kok masuk final. Jadi, sekarang tidak begitu kewalahan," kata mahasiswa semester delapan jurusan Informatika ini. Dia melakukan riset sekitar enam bulan. Pengerjaan hardware-nya juga memakan waktu yang sama.

Soal bahan, Yuli mengaku tidak kesulitan. "Semuanya ada di Surabaya. Saya tidak sampai keluar kota. Tapi harus keliling dari satu toko ke toko yang lain," imbuh Yuli.

Untuk membeli bahan-bahan, Yuli harus menyisihkan gajinya sebagai guru les desain produk. "Sedikit demi sedikit, dari sebagian gaji saya sisihkan untuk beli satu per satu bahan. Makanya, pembuatannya agak lama," tuturnya.

Kesiapan untuk bertanding di ajang LCEN 2005 nanti juga terlihat di tim YS dari Teknik Elektro ITS, yang masuk kategori Telematika.

Tim beranggotakan Nanang Widyatmoko dan Indra Sukmana ini akan menampilkan karyanya berjudul: Sistem Peringatan Dini (Early Warning Smart System) untuk Pengamanan Generator pada Sistem Kelistrikan Jawa-Bali. "Kira-kira 70 persen sudah rampung. Seminggu sebelum 29 April, pasti sudah selesai dengan sempurna," kata Nanang.

Perangkat lunak (software) ciptaan tim YS ini memungkinkan pengguna listrik mengetahui secara otomatis, berapa daya yang harus diturunkan untuk menjaga generator agar selalu dalam keadaan aman.

"Kami menggunakan bahasa logika fuzzy untuk artificial intellcegence yang dapat memutuskan sendiri generator mana yang harus diturunkan dayanya," jelas Nanang bersemangat.

Indra, partner Nanang dalam tim ini menceritakan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat proyek ini relatif murah. "Untuk alat simulasi, dibutuhkan dana Rp 300 ribu – Rp 400 ribu. Sebenarnya yang mahal biaya card untuk komputernya. Tapi, untungnya laboratorium kami punya fasilitas itu," jelas lulusan SMAN 1 Surabaya ini.(any mindariyati/rina rahmawati)

Berita Terkait