ITS News

Minggu, 22 Desember 2024
17 April 2005, 09:04

Mencari dan Membahas Cinta 24 Karat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagai pembicara utama, Dodik banyak berbagi pengalaman dan berdikusi tentang masalah percintaan dan pernikahan. Menurutnya, berkaitan dengan masalah cinta kebanyakan pemuda memiliki pemikiran yang salah. “Kebanyakan orang menuntut mendapatkan pasangan yang ideal tanpa berpikir .Padahal harusnya ia lebih berpikir bagaimana memperbaiki kualitas dirinya,” jelasnya Dodik kemudian mengutip pernyataan Ustadz Anis Matta, yang menyebut bahwa seseorang harusnya jangan menginginkan jodoh yang ideal baginya tapi jodoh yang tepat.

Dalam Islam, dikenal adanya kufu’ (keserasian antar pasangan), Dodik menyebutkan bahwa kesesuaian yang ditekankan dalam mencari pasangan dalam ajaran Islam bukanlah dalam hal wajah atau harta, namun lebih pada hal iman. Meski demikian, ia mengingatklan agar pasangan janganlah berasal dari kalangan yang terlalu tajam perbedaannya. “Sebab ini menyulitkan untuk bergaul dengan komunitas pasangannnya,” jelasnya. Ia mencontohkan seorang temannya yang kesulitan bergaul dengan keluarga istrinya yang berasal dari kalangan kaya raya.

Berkaitan dengan masalah pacaran, Dodik mengungkapakan ketidaksetujuannya. “Memang dalam Quran tidak ada aturan yang secara harfiah menyebut pacaran. Namun Islam tidak menghukumi istilahnya tapi substansinya. Dan pacaran ini secara substansi memang tidak sesuai dengan ajaran islam,” jelasnya.

Pengarang buku ini berpesan agar para pemuda tidak terlalu terbawa dalam khayalan atau lamunan. “Berdasarkan hasil survey Deteksi yang saya baca 75 persen khayalan itu mengarah ke fantasi seksual," terangnya. Jadi, meskipun berada dalam jarak yang jauh hal ini tidak menjamin kita aman dari zina. Sebab yang namanya zina itu ada beberapa tahapan, mulai dari zina mata, zina telinga dan zina hati . Ia juga mengingatkan agar seorang pria selalu menundukkan pandangan bila bertemu dengan lawan jenis, sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini untuk menghindari syahwat.

Dalam pembahasannya, ustadz muda ini banyak mengambil contoh cerita sahabat nabi. Ia mencontohkan seorang sahabat perembuan nabi yang bernama Habibah binti Saud yang mengadu kepada Rasulullah ketika merasa tidak cocok dengan suaminya. Habibah ini mengakui bahwa suaminya adalah seorang yang baik akhlaknya namun ia merasa tidak cocok dengan suaminya karena wajah suaminya yang jelek. “Ini menjadi kasus khulu’ (gugatan cerai istri pad suaminya-red) pertama dalam sejarah Islam," terangnya. Menurut Dodik, hal ini dilakukan bila seseorang takut tidak dapat menerima dan bersabar terhadap pasangannya.

Dodik banyak membagikan tips tentang persiapan pernikahan. Salah seorang peserta menanyakan tips untuk memperkenalkan calon pasangan kepada orang tuanya. Menurut Dodik, sang pasangan wanita harus memberikan gambaran kepribadian orang tuanya kepada pasangan pria, agar ketika berhadapan dengan orang tuanya bisa bersikap dengan baik. “Sebab orang tua pihak wanita ini meiliki peran besar. Apalagi untuk menikah, seorang wanita membutuhkan dua orang wali”, jelas ustadz asal Jawa Tengah ini.

Menurut Dodik, budaya ketimuran memiliki pengaruh yang besar pada masalah pernikahan. “Jarang di masyarakat kita ada pihak wanita yang mengajukan lamaran, padahal di dalam ajaran Islam ini diperbolehkan. Hal ini karena pengaruh budaya timur,” jelasnya. Pengaruh adat lainya terlihat pada berbagai ritual pernikahan.

Ustadz muda ini mengingatkan pentingnya keluarga dalam pernikahan. “Terkadang seorang akhwat melupakan dakwah keluarga. Kita tidak boleh hanya rajin berdakwah di fakultas. Kita misalnya harus mengajak orang tua kita ke acara pernikahan teman kita agar orang tua kita mempunyai gambaran tentang pernikahan yang Islami.”

Persiapan paling penting dalam menyongsong jenjang pernikahan menurut Dodik adalah persiapan batin. Menurutnya, sebagian besar yang mennetukan kebahagiaan pernikahan bukanlah seberapa besar kita mencintai pasangan, tapi seberapa besar kita bisa menerimanya. “Itu adalah kebahagiaan pernikahan," tegasnya. Selain itu seseorang juga harus siap menerima keluarga dari pasangannya “Sebab pernikahan bukan hanya penyatuan dua insan tapi juga penyatuan dua keluarga besar,”terang ustadz ini di akhir penjelasannya.(rif/rin)

Berita Terkait