ITS News

Selasa, 01 Oktober 2024
10 Juni 2005, 09:06

Ziyad: Tampil Beda Dengan Presentasi Berbahasa Inggris

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sejak awal mengikuti kompetisi ini, Ziyad, panggilan akrabnya, mengaku tidak menyangka sama sekali dirinya bakal menjadi pemenang. Saat maju ke tingkat institut, dia tidak berharap banyak untuk memenangkan kompetisi tersebut sebab target awalnya hanya sampai tingkat fakultas saja. Sepanjang pengetahuannya, yang menjadi Mawapres adalah mereka dengan prestasi akademik bagus dan mengikuti banyak organisasi. Dan salah satu kriteria penilaian Mawapres yang utama yaitu IPK.

"Saya benar-benar nggak nyangka bakal menang karena banyak peserta lain memiliki IPK di atas 3,6. Masalahnya IPK saya adalah yang terkecil dibanding yang lainnya," aku pemilik IPK 3,1 ini. Tahun ini, IPK bukan menjadi syarat utama untuk menang. Lalu apa yang menjadikan Ziyad memperoleh gelar tersebut jika ternyata IPKnya paling rendah dari peserta lain?

Ternyata presentasi memiliki persentase yang lumayan besar dalam kriteria penilaian kali ini. Saat sesi presentasi, Ziyad dapat giliran ke tujuh. Kesempatan melihat penampilan peserta lain dimanfaatkannya untuk mengoreksi sehingga dia bisa menambahkan apa saja yang kurang ketika tiba gilirannya maju. Satu hal yang membuatnya beda dibanding penampilan kandidat lain, yaitu presentasinya menggunakan bahasa Inggris. Dan hal itulah yang mengantarkannya meraih gelar Mawapres tahun ini.

Untuk bisa cakap berbahasa Inggris, mahasiswa asal Madiun ini mengaku sama sekali tidak pernah mengikuti kursus. Kemampuan ini disadarinya sebagai suatu bakat. “Setiap orang pasti dianugerahi bakat dari Allah. Dan kebetulan bakat saya di bidang bahasa asing, terutama bahasa Inggris,” kata Ziyad. Kelancaran berkomunikasi memakai bahasa Inggris ini diakuinya berkat peranan dari ayahnya. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dia seringkali mendengar percakapan berbahasa Inggris antara ayah dan kakak perempuannya.

“Ayah saya sebenarnya tidak benar-benar fasih berbahasa Inggris. Dia adalah tipe orang yang nekat dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ketika di rumah, beliau sering mengajak mbak dan saya ngomong dengan memakai bahasa Inggris,” kenang mantan Kahima Teknik Kelautan ini. Ziyad merasa sangat bangga dengan sosok ayahnya yang seperti itu. Pernah suatu ketika, lanjutnya, dia dan ayahnya menunggu kedatangan kereta api di sebuah stasiun. Saat itu, kebetulan mereka duduk bersebelahan dengan orang asing. Sejurus kemudian, ayahnya langsung menyapa orang asing itu tanpa ada rasa grogi atau malu. Perbuatan ayahnya itu semakin memotivasinya untuk terus mengembangkan kemampuannya.

Tak heran jika pemilik rambut sebahu ini sering menggondol kejuaraan setingkat kabupaten sejak SMP. Prestasi yang telah diraih ini semakin memacu semangatnya untuk lebih mengasah bakat hingga duduk di bangku perkuliahan. Terbukti kembali saat dia memenangkan lomba debat calon presiden beberapa bulan lalu. “Dengan banyak berkompetisi, maka mental perjuangan kita akan semakin bertambah sehingga setiap kali kita menghadapi kompetisi baru, kita sudah mempunyai mental yang cukup untuk melaluinya,” ujarnya.

Mengenai karya tulis yang diangkat, Ziyad mengambil tema bagaimana cara meningkatkan kemampuan bahasa Inggris tanpa harus mengejar nilai standar TOEFL. “Selama ini, saya perhatikan banyak mahasiswa ITS yang mengikuti kursus di UPT demi mengejar nilai TOEFL saja. Ketika sudah dinyatakan lulus atau sudah memenuhi standar minimum, yaitu 450 untuk S1 dan 475 untuk S2, ya sudah sampai situ saja usahanya,” terang pemilik skor TOEFL 510 ini.

Saat ini, Ziyad sedang mempersiapkan dokumen-dokumen untuk maju ke tingkat Nasional yang rencananya diselenggarakan Agustus nanti. Ketika ditanya rencana ke depan setelah melalui kompetisi tersebut, mahasiswa bermotto try to give your best ini akan memfokuskan diri untuk menjadi asisten laboratorium. “Setelah ikut seleksi Mawapres Nasional, saya mau fokus di lab saja. Karena cita-cita saya yaitu menjadi Offshore Engineer,” akunya.

Meskipun kesempatan mengikuti Mawapres masih terbuka untuk tahun depan, Ziyad tidak akan mengikutinya lagi karena ingin memberi kesempatan pada yang lain. Sekelumit saran untuk peserta tahun depan yang disampaikannya, yaitu usahakan memakai bahasa Inggris saat presentasi sebab dewan juri lebih menyukainya dan banyaklah berkompetisi karena hal itu bisa menambah kekuatan mental kita. Go Ziyad, Go Ziyad, Go! (ard/rin).

Berita Terkait