ITS News

Jumat, 15 November 2024
25 Juni 2005, 10:06

Pemerintah Perlu Mencontohkan Bagaimana Menghemat BBM

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ya tentu saja, naiknya harga tidak berhasil memaksa para pengguna setia BBM. Jumlah kendaran bermotor makin lama makin meningkat. Di Surabaya misalnya, dinas perhubungan dan Polisi makin kesulitan mengatur lalulintas kota ini. Kenyataan ini juga membuktikan bahwa mayoritas pengguna BBM kalangan menengah ke atas. Mereka tidak akan berhenti memakai kalau harganya dinaikan sedikit saja.

Menaikkan harga bukan menjadi solusi lagi. Orang yang paling berpengaruh di pemerintahan, Jusuf Kalla menyatakan bahwa menaikan harga BBM tidak jadi pilihan karena dalam praktek tidak mudah dijalankan, juga menimbulkan konflik sosial dan ekonomi. Perlu solusi lain yang langsung mengarah pada permasalahan inti untuk menanggulangi bencana krisis energi yang akan melanda bangsa Indonesia.

Bencana krisis Indonesia memang susah diprediksi akan terjadi jika Indonesia tidak bersiap. Dalam 10 tahun mendatang negara ini akan menjadi net oil importer dan pada 20 tahun lagi menjadi total oil importer karena cadangan minyak buminya telah habis sama sekali.

Betapa tergantungnya pada minyak bumi, sehingga kalau habis bangsa ini akan mati karena tidak memiliki energi. Memang, ada permasalahan energi lainnya kaitannya dengan BBM. Seperti tingginya harga, penyelundupan, dan penimbunan minyak yang mengganggu penyedian dan pembelian BBM. Tingginya harga mempermasalahkan subsidi dan kasus penyelundupan mempermasalahkan polisi yang kurang proaktif mencegahnya.

Namun masalah utamanya tetap ketergantungan kita terhadap energi fosil ini, yaitu minyak, gas, dan batu bara sebagai sumber energi. Bila pasokan energi itu terhenti pada saat ini maka aktivitas manusia akan lumpuh total. Padahal sudah jelas kerugian penggunaan bahan bakar fosil seperti menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, kesehatan, dan sosial yang tidak sedikit.

Pemanfaatan energi terbarukan memang cukup menarik untuk dikaji karena Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya energi tersebut, namun sayangnya belum memanfaatkannya secara maksimal. Saat ini baru 4,06 persen energi panas bumi yang telah dimanfaatkan. Sementara itu, pemanfaatan energi surya dan mikro hidro, masing-masing baru 0,4 persen dan 11,76 persen dari semua potensi yang ada. Energi terbarukan juga terbukti ramah lingkungan, bersih dan senantiasa dapat diperbarui.

Tetapi, usaha tersebut butuh waktu yang tidak sebentar dan usaha yang keras. Juga tidak akan mengubah keadaan jika gaya hidup tetap saja boros energi walaupun energi terbarukan semuanya sudah termanfaatkan, bangsa ini akan tetap kekurangan dan krisis energi. memang begitulah sikap manusia, tidak akan merasa cukup kalau tidak bisa menahan keinginannya. Maka masalah utama tidak berubah, ketergantungan masyarakat pada BBM. Solusi yang pas adalah solusi yang bisa merubah gaya hidup ini, yang awalnya boros menjadi hemat.

Seruan untuk berhemat sudah bergema sejak bulan Maret, sampai hari Rabu (22/6). Pada harian Kompas saat itu Presiden membawa kata “negara lain” untuk mengajak kita berhemat “Di Negara lain penghematan BBM dan listrik itu terjadi, mari kita lakukan gerakan penghematan di seluruh tanah air seraya pemerintah berusaha meningkatkan pendapatan ekonomi dan mengatasi masalah-masalah ini.”

Tetap saja ini hanya seruan bukan paksaan seperti awal Maret 2005 lalu. Kalau saja paksaan tidak mempan apalagi seruan. Mungkin hanya terdengar seperti hiburan supaya masyarakat tetap boros berenergi.

Objek yang diajak untuk berhemat memang kurang spesifik. Jika seluruhnya yang diajak, tentu perlu pelopor untuk memberi contoh. Kita sudah mengenal konsep “yang mencontohkan adalah yang mengajak”.

Jawa Pos terbitan Rabu (22/6) meletakkan foto seorang pegawai negri Laos yang mengendarakan sepeda dengan keterangan di bawahnya bahwa pemerintahan Laos mengajak seluruh pegawai negeri untuk menggunakan sepeda ke kantornya untuk berhemat energi. Tidak heran jika “negara lain” dibawa untuk mengajak. Karena yang memberi contoh adalah Negara lain.

Tetapi bukankah lebih baik mencontohkan diri sendiri untuk mengajak Kalau pemerintah bisa mengubah kendaraan resmi anggota DPR-MPR bukan lagi mobil tetapi sebuah sepeda pancal. Di saat rapat mereka menggunakan sepeda ke gedung DPR-MPR. Pemerintahan dan wakil rakyat seperti itu mulai dari presiden hingga pegawai, ajakan presiden berubah redaksinya, “Di pemerintahan Republik Indonesia, penghematan BBM dan listrik itu terjadi. mari kita lakukan gerakan penghematan di seluruh tanah air seraya pemerintah berusaha meningkatkan pendapatan ekonomi dan mengatasi masalah-masalah ini.”

Fahmi Machda
Mahasiswa ITS
Jurnalis ITS Online dan Berita ITS
e-mail: greleaf@yahoo.com

Berita Terkait