ITS News

Selasa, 01 Oktober 2024
14 Juli 2005, 12:07

Peneliti Muda dengan Pengalaman Dunia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Perjalanan Gamantyo tidak bisa dipisahkan dari penelitian di bidang wireless broadband. Selepas S1, ia melanjutkan ke program Pasca Sarjana di Carleton University Ottawa, Kanada dengan thesis tentang komunikasi dengan gelombang berfrekuensi tinggi. Di Kanada ini ia juga pernah mendapat penghargaan Post-Graduate Award for Research Excellence pada tahun 2001 lalu.

Ia juga pernah melakukan penelitian tentang model radio MIMO, yang menggunakan masing-masing dua antena untuk mengirim dan menerima gelombang. “Dengan sistem ini gelombang diatur agar berinterferensi sehingga lebih ekonomis,” jelas pria asal Jombang ini.

Salah satu penelitian yang pernah dilakukannya adalah mengenai pengaruh hujan terhadap sistem komunikasi radio pada gelombang 30 Ghz. “Frekuensi ini penting sekali sebab di masa depan akan digunakan sebagai alternatif komunikasi wireless,” jelasnya.

Lebih lanjut alumnus Teknik Elektro tahun 1992 ini menjelaskan bahwa gelombang dengan frekuansi tinggi ini sangat rentan terhadap gangguan, seperti misalnya hujan. “Berbeda dengan gelombang yang dipakai untuk komunikasi handphone pada 900 atau 1800 MHz yang tetap baik digunakan meskipun hujan,” lanjut anggota IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) ini.

Ketika ditanya tentang penelitian yang telah dilakukan oleh dosen-dosen di ITS, Gamantyo menilai bahwa dosen di ITS sudah cukup bagus dalam melakukan penelitian. “Saat ini lebih mudah lagi bagi dosen di ITS untuk melakukan penelitian. Di jurusan Teknik Elekto sendiri misalnya ada anggaran sekitar Rp 40 juta untuk 7-8 penelitian. Dana ini awalnya dari LPPM, jadi saat ini lebih mudah bagi dosen untuk memperoleh dana penelitian,” jelas kepala Laboratorium Propagasi dan Radiasi Gelembang Elektromagnetik ini.

Dalam setiap penelitiannya Gamantyo tak lupa melibatkan mahasiswa, baik mahasiswa S1 maupun S2. “Ini sesuai dengan paradigma penelitian di ITS. Jadi dalam penelitian itu dibentuk “pohon penelitian” yang kemudian akan dikerjakan bersama oleh mahasiswa,” jelasnya.

Sebagian mahasiswa S2 ITS yang pernah meneliti bersama Gamantyo adalah dosen dari beberapa perguruan tinggi lain. “Dan mereka sebagian melanjutkan penelitian yang pernah dilakukannya di sini,” jelas pria kelahiran 11 November 1970 ini.

“Bagi mahasiswa S1 ikut dalam penelitian juga memiliki manfaat besar, salah satunya bisa mendapat materi untuk tugas akhir,” jelas pria yang semasa mahasiswa pernah menjadi pengajar HCC (Himatektro Computer Course) ini.

Gamantyo bisa dibilang sosok dosen yang sibuk, sebab selain meneliti dan mengajar di Teknik Elektro ia juga menjadi kepala laboratorium sekaligus memegang jabatan akademik di jurusannya. Meski demikian ia mengaku kegiatan penelitiannya tidak menggangu kegiatan mengajarnya. “Sebab saya meneleti bila tidak pada jadwal mengajar. Justru aktivitas sebagai pejabat administratif seperti rapat yang sering membuat saya memindah jadwal kuliah saya,” jelasnya.

Selain meneliti dosen yang menempuh S2 dan S3-nya di Kanada ini juga aktif mengikuti seminar dan menjadi pembimbing kegiatan-kegitan mahasiswa. Dalam waktu dekat dosen sekaligus sekretaris Program Studi Pasca Sarjana Teknik Elektro ini akan berangkat ke New Delhi, India untuk mengikuti 28th URSI General Assembly, yang diadakan oleh International Union of Radio Science. Dalam acara ini direncanakan Gamantyo akan mempresentasikan paper penelitiannya dan menerima penghargaan Young Scentist Award, sebuah penghargaan untuk peneliti yang masih berusia muda. (rif/sep)

Berita Terkait