ITS News

Selasa, 01 Oktober 2024
19 Juli 2005, 12:07

Profesor Termuda ITS, Keasikan Meneliti, Lupa Ngurus Pangkat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pria kelahiran Blitar, 15 Oktober 1962 ini memang dikenal aktif melakukan penelitian, terutama di bidang statistika komputasi. Sejak mendapatkan gelar doktor pada 1999 sampai sekarang, ada 13 karya penelitian yang dia garap. Selain itu, Pembantu Dekan III Fakultas MIPA ITS ini banyak menulis di berbagai jurnal ilmiah, dan menjadi pembicara di berbagai seminar. "Saking gemarnya meneliti, saya sampai lupa mengurus kenaikan pangkat," katanya ditemui sehari sebelum pengukuhan.

Karena lupa mengurus pangkat itulah, maka pangkat fungsionalnya sampai ia memperoleh jabatan sebagai guru besar baru di III/c. ”Umumnya seorang guru besar sudah mempunyai pangkat IV/c. Bisa dibilang saya mencoba loncat tingkat," katanya.

Selama menjadi staf pengajar di Jurusan Statistika ITS, Nur Iriawan telah banyak menghasilkan karya statistik yang membantu perusahaan maupun pemerintah. Salah satu karyanya yang paling menonjol adalah program untuk memberikan informasi pasar modal yang independen, bernama Indonesian Rupiah Yield Curve (IDR Yield Curve). "Butuh waktu satu tahun untuk menciptakan kurva itu. Mulai tahun 2002, sampai di-launch pada Maret 2003," katanya mengungkapkan

Program yang kemudian berubah nama menjadi IGSYC (Indonesian Government Securities Yield Curve), kata mantan Ketua Jurusan Statistika ITS ini kemudian ”dibeli” oleh Bursa Efek Surabaya (BES). "Kurva itu setiap harinya terpampang di media cetak bisnis, sebagai panduan untuk para investor atau emiten," ujarnya.

Saat program buatannya itu diluncurkan, Boediono, Menteri Keuangan kala itu sampai tertarik untuk menggunakan kurva ciptaan Nur Iriawan sebagai panduan untuk menentukan nilai Surat Utang Negara (SUN). "Saya teringat, ketika itu Pak Anggito Abimanyu (staf ahli Menkeu pada 2003) dan Pak Boediono meminta saya untuk meng-instal-kan ke dalam komputer mereka," kenangnya.

Bagaimana Nur Iriawan, yang tidak punya latar belakang pendidikan ekonomi, menciptakan program panduan untuk orang ekonomi? Suami dari Wiwik Prihartanti ini menuturkan, saat BES mengumumkan bahwa mereka membutuhkan semacam kurva panduan, sebenarnya banyak ahli ekonomi yang tertarik untuk terlibat. "Tapi mungkin waktu itu saya yang punya lebih banyak waktu longgar untuk mengerjakan. Maklum, baru lulus S3 dan pulang ke Indonesia sehingga belum aktif mengajar," ujarnya.

Sekadar diketahui, dalam ilmu statistik, ada dua paham yang diyakini analis data. Yakni theory driven dan data driven. Theory driven mengedepankan teori yang baku dalam menyelesakan masalah (menganalisa data), sedangkan data driven lebih cenderung mengolah data dengan metode yang spesifik, tergantung jenis datanya.

Nah, Nur Iriawan mengaku termasuk penganut paham yang kedua. Menurutnya, statistika data driven lebih meminimalkan kesalahan (error). "Statistika data driven adalah statistika sunatullah. Saya selalu bisa menemukan metode baru yang lebih sesuai untuk setiap data yang spesifik," katanya.

Satu lagi yang istimewa dari Nur Iriawan, ia tercatat sebagai keluarga yang gemar dengan ilmu stastitika. Sedikitnya hingga sekarang lima dari keluarganya adalah lulusan statistika, mulai dari isteri, adik sang isteri, dan adik kandung. ”Pemikirannya simpel saja, dengan begitu buku-buku yang saya miliki tetap digunakan, dan tidak perlu banyak biaya untuk menyelesaikan kuliah,” katanya memberi alasan. (Humas/bach)

Berita Terkait