ITS News

Senin, 30 September 2024
10 Agustus 2005, 09:08

Dra Narkanti Wijadi, Dosen Berpredikat Pertama

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Langka memang jika ada dosen yang punya predikat serba pertama. Menjadi anak pertama, angkatan pertama semasa kuliah, pertama ikut mendirikan jurusan, dan pertama pula memasuki purna tugas. Siapa dia? Dia adalah Dra Narkanti Wijadi, yang Selasa (9/8) kemarin, bersamaan dengan diselenggarakannya Seminar Nasional Kimia (Senaki VII) oleh Jurusan Kimia FMIPA ITS, dilepas memasuki masa purna tugas.

Melihat kiprah dan pengabdiannya, cukup beralasan jika jurusannya menghadiahi buku biografi tentang perjalanan hidupnya. ”Awalnya dari rapat di tingkat jurusan yang membicarakan acara Senaki. Pada rapat itulah terpikir jika acara seminar tahunan ini diagendakan pula untuk melepas Bu Narkanti yang akan memasuki masa purna tugas,” kata Ketua Jurusan Kimia, Dr Mardi Santoso.

Dikatakannya, jurusan kimia mencoba menradisikan acara pelepasan atau mengantarkan seseorang memasuki masa pensiun dengan acara resepsi semacam pesta. Tentu hal ini tidak ada salahnya, sebagai sebuah penghormatan terhadap orang yang telah meluangkan waktu, membaktikan pikiran dan kemampuannya bertahun-tahun untuk almamater ITS. “Tapi Bu Narkanti tampaknya punya pendapat lain. Beliau malah berusaha menolak acara seperti itu. Boleh jadi ini terdengar naïf bagi sebagian telinga orang, namun bagaimanapun ini ekspresi dari sebuah sikap hidup dan kesederahaan yang memang selama ini dipegangnya. Sikap Bu Narkanti yang sederhana, yang tidak suka diramai-ramaikan, yang ingin meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, dan berusaha menempatkan segala sesuatu agar lebih bermanfaat,” katanya.

Atas dasar itulah, Mardi menjelaskan, jurusan kemudian berinisiatif untuk membuatkan buku biografi untuk Bu Narkanti. “Harapannya agar lebih bermanfaat dan kita yang ditingalkan dapat mengenang pikiran, pengabdian serta ide yang pernah dilontarkan Bu Narkanti,” katanya.

Seperti diakui Narkanti, dalam biografi itu tidak ada yang istimewa. Namun, jika dibaca dengan seksama, ada sesuatu yang mungkin kebetulan atau mungkin menjadi alasan Narkanti untuk selalu menjadi yang pertama. “Betapa tidak, mulai lahir saya menjadi anak yang pertama, kuliah pun saya angkatan pertama di Kimia UGM, dapat suami juga anak pertama. Sesaat menjalani karir di ITS, saya juga ikut menjadi orang pertama yang ikut mendirikan Jurusan Kimia ITS, dan sekarang saya menjadi orang yang pertama memasuki purna tugas di jurusan,” katanya dengan disambut tepuk tangan hadirin.

Tak Tertandingi
Apa komentar Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA? ”Berbahagialah Bu Narkanti termasuk orang-orang yang berada dibarisan pertama, karena menjadi orang pertama tidak akan pernah bisa ditandingi oleh siapa pun, mengingat tidak ada pertama untuk yang kedua,” katanya.

Nuh juga menyampaikan ucapan selamat kepada Narkanti yang meski telah memasuki purna tugas, tenaganya masih dibutuhkan sebagai anggota tim auditor internal di ITS, dan lagi-lagi ini juga lembaga yang pertama dibentuk ITS dan Narkanti ada didalamnya. “Atas nama ITS, saya mengucapkan terima kasih atas pengabdian yang selama ini diberikan Bu Narkanti didalam menjalani tugas-tugas rutin di ITS. Saya mengucapkan selamat dan berbahagia kepada Bu Narkanti, karena beliau telah bisa mengawali dan mengakhiri pekerjaan di ITS dengan baik,” katanya.

Nuh menambahkan, sesungguhnya tiap orang punya keinginan untuk mengawali dan mengakhiri pekerjaan atau sesuatu dengan baik, tapi sering kali kenyataan berbicara lain. “Untuk itulah selamat kepada Bu Narkanti yang telah sukses memasuki masa purna tugas dengan baik,” katanya.

Sementara Dr Mardi Santoso menyatakan, ada dua hal yang bisa diambil disaat kita melepaskan kolega dosen memasuki masa pensiun atau purna tugas. Pertama, saat-saat membahagiakan ketika kita memiliki senior yang memang telah memberikan teladan baik dalam akademik maupun administrasi, sehingga menciptakan generasi baru yang memiliki dedikasi tinggi.

Kedua, mengharukan, yang belum tentu bagi kita yang kini masih betugas mampu dan sampai pada batas akhir menjalankan tugas, karena soal usia hanya Allah SWT yang mengetahuinya. “Bu Narkanti telah memiliki kedua-duanya, dia seorang yang memiliki komitmen yang kuat di bidang keilmuan dan juga di bidang administrasi. Bu Narkanti juga telah berhasil melahirkan generasi baru di jurusan kimia dan juga di perpustakaan, yang kini memiliki dedikasi sangat tinggi untuk mengembangkan jurusan dan ITS,” tulis Mardi Santoso dalam sambutan pada biografi itu.

Membaca biografi Narkanti itu memang terasa unik dan menarik. Meski dia bukan seorang tokoh, tapi perjalanan hidupnya layak diikuti. Memang sesungguhnya tiap orang adalah tokoh. Demikian pula dengan Dra Narkanti, tokoh dalam biografi singkat itu. Setidaknya dia adalah tokoh bagi keluarga atau dirinya sendiri, karena memang ketokohan tidak selalu berkait dengan pangkat tinggi atau posisi puncak pada piramida kekuasaan atau struktural formal pemerintah. Ketokohan lebih bertaut erat dengan perjuangan, prestasi dan integritas pribadi seseorang.

Bagi ITS, ketokohan Narkanti cukup besar, ia pernah dipercaya memegang kepala perpustakaan pusat hingga 16 tahun, demikian juga dengan jabatan-jabatan lainnya, seperti kepala laboratorium, pembantu dekan, hingga terakhir sekarang sebagai salah satu anggota tim auditor internal. Itu sebabnya, buku bografi ini menarik untuk disimak, bukan hanya penuh dengan romatisme sang tokoh, kepahlawanan sang suami, tapi juga ada hal lain yang bisa dipetik, seperti kebanggaan memiliki senior atau kolega yang memang telah memberikan teladan baik dalam akademik dan kepribadian, yang melekat pada diri Narkanti.
(Humas/rin)

Berita Terkait