ITS News

Jumat, 15 November 2024
28 Agustus 2005, 07:08

Maba Tidak Harus Patuh

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jumat (26/8) banyak jurusan di ITS memulai pengkaderan. Nama resminya Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) yang sudah diplot oleh Rektor ITS dengan regulasi tentang waktu cara, dan batasan perilaku pelaksanaannya. Banyak mahasiswa muslim mengikutinya hingga waktu mendekati jumatan.

Hari ini sangat istimewa bagi seorang muslim, lebih lagi bagi mahasiswa ITS yang saat itu ada acara Pembukaan Mentring ITS 2005. Hak dan Kewajiban bagi maba ITS muslim mengikutinya. Berhak karena ini adalah acara khusus bagi mereka dan penuh motivasi positif demi menapak waktu selama kuliah di ITS. Juga kewajiban karena dosen-dosen agama islam bersama Rektor ITS sudah merekomendasikan wajib diikuti oleh.

Lebih dari itu, mereka akan Sholat Jumat yang butuh persiapan agar bisa maksimal melaksanakannya. Tak ada alasan bagi mahasiswa muslim baik senior maupun junior untuk mengutamakan sholat dari pada pengkaderan.

Namun kenyataanya, predikat muslim ternyata belum mampu menarik sebagian mereka untuk persiapan sholat jumat, atau setidaknya berdiam di masjid sepuluh menit sebelum adzan. Parahnya lagi, hak yang lebih mendasar ini ditabrak dengan hal yang mengganggunya, semacam teriak, berbaris, dan mendengarkan perkataan senior padahal Adzan Jumat beberapa detik lagi berkumandang.

Sehingga beberapa mahasiswa nyaris tidak mendapat tempat sholat. Bukankah ini suatu kerugian yang lebih besar dari sekedar mengikuti OMB. Menurut agama Islam, Sholat Jumat diterima jika tidak ngomong kepada orang lain saat khotib. Sedangkan mereka saling berbincang untuk mendapatkan tempat sholat. Sedangkan jika tidak mengikuti ospek hari ini tidak ada kerugiannya. Bukankah sudah menjadi rahasia umum, bisa menjadi warga himpunan mahasiswa (hima) kalau mengikuti camp walaupun tidak mengikuti sama sekali delapan hari pengkaderan di ITS.

Sebenarnya tidak ada yang melarangnya untuk saat itu maba muslim tidak mengikutinya, karena salah satu esensi dari pengkaderan yang sebenarnya adalah menjadi mahasiswa yang kritis, termasuk mengkritisi ketidakadilan bagi hak asasi mereka, agama.

Lalu apa kurangnya, kenapa maba di beberapa jurusan lebih memilih pengkaderan ala hima-hima itu? Kenapa sebagian maba lebih berkesan pada perkataan senior hima mereka dari pada ajakan hati yang berdasarkan hak dan kewajiban beragama? sebuah pertanyaan sekaligus tantangan ini adalah tanggung jawab para akdemisi muslim ITS untuk memperbaiki generasi selanjutnya.

Fahmi Machda
Mahasiswa Perenacanaan Wilayah dan Kota ITS
greleaf@yahoo.com

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Maba Tidak Harus Patuh