ITS News

Senin, 30 September 2024
11 September 2005, 16:09

Satu Guru Besar PJ dan SIG Indonesia, Lahir di ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ITS menambah daftar guru besarnya lagi. Prof Dr Ir Bangun Muljo Sukojo DEA DESS yang juga dosen Teknik Geodesi, akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis pada Selasa (13/9) mendatang di Graha Sepuluh Nopember ITS bersama dengan Prof Dr Ir Hj Triwulan Marwan DEA dari Teknik Sipil sebagai Guru Besar Ilmu Mekanika Bahan.

Selain menjadi guru besar pertama bidang Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (PJ dan SIG) di ITS, Bangun merupakan salah satu dari enam guru besar dari bidang ilmu yang sama dari Teknik Geodesi di seluruh Indonesia dan satu-satunya yang masih aktif sebagai pengajar. ”Ini karena dua dari kami telah meninggal dan tiga diantaranya telah pensiun,” terang Bangun yang juga ketua Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN) Surabaya ini. Kelima guru besar sebelumnya berasal dari Teknik Geodesi ITB dan Bangun menjadi satu-satunya guru besar PJ dan SIG yang berasal dari luar ITB.

Menurut alumnus Universitas Paul Sabatier, Toulouse, Perancis, penginderaan jauh dari waktu ke waktu berpeluang untuk semakin berkembang. ”Apalagi sekarang ini banyak metode penginderaan jauh yang telah digabung dengan informatika yang lebih,” ujar pria kelahiran Malang ini. Dengan perkembangannya yang pesat ini, diharapkan PJ dan SIG mampu diterapkan untuk membantu proses pembangunan Indonesia.

Dalam pengukuhannya nanti, bapak dari dua orang puteri ini akan mengetengahkan orasi mengenai Kontribusi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Informasi Geospasial Ekologi Pantai dan Laut. ”Ini karena basic ilmu saya sejak S1 sampai S3 adalah penginderaan jauh yang terkait dengan ekologi,” terang ketua Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) Jawa Timur ini.

Kecintaannya terhadap lingkungan pesisir dan pantai dapat dilihat dari hasil penelitiannya selama periode tahun 1987 sampai dengan 2005 yang berkutat seputar pesisir pantai dan laut. Hasil penelitiannya menyimpulkan PJ dan SIG dapat digunakan sebagai alat untuk pengkayaan informasi geospasial yang meliputi pekerjaan inventarisasi, analisis dan pengelolaan ekologi pantai dan laut. Inventarisasi dan analisa ekologi pantai dilakukan dengan studi kasus di pantai timur Sumatera yaitu Palembang, utara Jawa yaitu Jakarta, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, dan Situbondo, untuk pantai selatan Jawa di Segara Anakan Cilacap.

Pria yang juga aktif sebagai pembina Gerakan Pramuka Gugus Depan Surabaya 611 ITS mulai 1982 hingga sekarang ini, mengakui dibutuhkan banyak kesabaran untuk menempuh proses menjadi seorang guru besar. ”Semua tak bisa digapai dalam satu waktu, karena itu butuh kesabaran dan ketelatenan,” ungkapnya. Bangun berharap, ke depannya jumlah guru besar di bidang ilmu geodesi bisa bertambah. “Ini juga untuk kemajuan Geodesi di Indonesia sendiri,” ujar peraih tanda jasa tingkat nasional “Dwidya Satya Perdana “pada 10 Nopember 2003. (rin/tov)

Berita Terkait