ITS News

Jumat, 15 November 2024
20 September 2005, 11:09

Big Stone ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Suatu ketika seorang dosen sedang memberikan kuliah tentang manajemen waktu kepada mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri didepan kelas sambil berkata, ”Okey, sekarang waktunya quiz”. Selanjutnya ia meletakan ember kosong diatas meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia terus saja mengisi hingga ember tersebut benar-benar penuh dan tak dimungkinkan lagi diletakan batu diatasnya.

Selanjutnya, ia berkata, ”Menurut kalian, apakah ember ini benar-benar penuh?”. Semua mahasiswa serentak menjawab ”ya”. Kemudian dosen tersebut bertanya kembali, ”Sungguhkah demikian?” . Lantas ia mengambil kerikil dari kantong yang telah ia siapkan. Kerikirl-kerikil itu dimasukan satu persatu dalam ember. Dikocok-kocoknya ember itu, sehingga kerikil-kerikil itu masuk melalui celah-celah batu yang besar tadi. Kemudian ia bertanya kembali ”Nah, sekarang ember ini sudah penuh?”.

Kali ini kelas menjadi diam. Salah satu dari mereka kemudian berkata, ”Mungkin tidak pak”.

”Great answer," sahut dosen. Kali ini melanjutkan eksperimennya, diambilnya sekantong pasir dan dituangkan kembali keember tadi. Butir-butir pasir yang lembut tadi secara perlahan masuk memenuhi ember. ”Baiklah, apakah sekarang ember sudah penuh?”

”Belum," jawab mahasiswa satu kelas.

“Bagus-bagus,” sahutnya kembali. Terakhir ia mengambil sebotol air. Dituangkannya air dalam wadah itu hingga memenuhi bibir ember . Lalu ia menoleh ke kelas dan berkata, “Ada yang tahu apa maksud dari ilustrasi tadi?”

Seseorang menjawab, “Maksudnya adalah tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita berusaha sekuat tenaga maka pasti akan terlaksana”.

“Oh bukan,” sahut dosen. “Bukan itu maksudnya. Ilustrasi tadi mengajarkan kepada kita bahwa bila Anda tidak memasukan ‘batu besar’ terlebih dahulu maka Anda tidak akan bisa memasukan semuanya”.

Rasanya, makna filosofi cerita diatas bisa jadi relevan dengan kampus tercinta kita. Melalui kompleksitasnya, ITS memiliki banyak hal yang bisa menjadi ‘batu besar’. Batu besar inilah yang seharusnya digarap terlebih dahulu agar hasil yang diharapkan maksimal.

Apa saja yang bisa menjadi ‘batu besar’ di ITS? Siapa saja yang menjadi stakeholder ITS bisa menjadi batu besar bagi komunitasnya masing-masing. Baik ia dosen,mahasiswa,pegawai, penjaga parkir, ibu-ibu yang jualan di kantin bahkan masyarakat sekitar.

Menjadi ‘batu besar’ sebagaimana tafsiran cerita diatas berarti kita harus menjadi inspirator, penggerak sekaligus motivator. Tatkala lingkungan kita mandeg, kitalah yang harus mendobraknya. Ibaratnya kita menjadi pemecah batu yang pertama, sehingga yang lainya tinggal menggerusnya.

Memang, untuk menjadi sosok demikian tidak datang dengan sendirinya. Semua memerlukan proses, integritas, keuletan dan siap menghadapi semua resiko.

Mahasiswa ‘batu besar’ adalah mereka yang mengerti tugas dan tanggung jawab seorang mahasiswa. Mereka tidak hanya belajar, namun memiliki ‘common sense’ untuk mengabdikan diri dengan lingkungan. Mereka tidak hanya belajar, namun juga berfikir bagaimana ilmu yang didapat bisa bermanfaat. Memang, menjadi mahasiswa merupakan sebuah pilihan.

Ada sebagian mahasiswa yang lebih suka dengan menekuni dunia akademik saja. Aktivitas mereka hanya seputar jurusan, perpus, lab, ruang baca dan ruang kuliah. Jika tidak ada kegiatan perkualiahan, tempat kost dan rumah menjadi pilihan terakhir. Inilah yang kemudian di sebut sebagai ‘study oriented student’. Kepuasan terbesar bagi mereka adalah lulus cepat waktu, IPK cumlaude, dan langsung bisa mendapatkan kerja.

Lain lagi mahasiswa yang banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas sosial keorganisasian. Mereka lebih suka mengikuti kuliah diluar daripada dikampus. Baginya, pengabdian didunia sosial merupakan bagian tanggung jawab paling pokok dari titel seorang mahasiswa. Dunia diluar juga menawarkan sesuatu yang lebih riil, dinamik dengan kompleksitas permasalahannya. Tantangan-tantangan seperti itu tentu tidak akan diperoleh ketika seseorang hanya menekuni ‘text book’ semata. Kepuasan terbesar mereka adalah ketika mampu menyuarakan aspirasi masyarakat. Tidak peduli apakah berhasil atau tidak. Meskipun dalam banyak kasus, mereka harus berhadapan dengan penguasa termasuk rektorat.

Sebenarnya ada satu lagi tipe mahasiswa. Selain dikenal sebagai aktivis kampus, mereka juga memiliki catatan akademik yang cemerlang. IPKnya mentereng dan rekaman riset penelitian yang cukup bisa diandalkan.

Dosen yang menjadi ”batu besar” paham betul makna ke-dosen-an yang mereka sandang. Dosen diperguruan tinggi tidak sama dengan seorang guru yang mengajar di sekolah. Meskipun sama-sama sebagai pendidik, mereka adalah ”guru dari guru”. Mereka bukan hanya mengajar tetapi berkewajiban melakukan riset dan penelitian. Sayang memang, untuk hal yang terakhir ini belum bisa berkembang di ITS. Rendahnya hasil-hasil penelitian ini bisa dibuktikan dengan minimnya publikasi dimajalah ilmiah. Namun, menimpakan hal ini semua kepada mereka jelas tidak bijak. Penghargaan dan kesejahteraan dosen yang masih minim didalam negeri, secara tidak langsung menjadi salah satu faktor mengapa hal ini terjadi.

Nah, bagaimana apakah kita sudah siap menjadi batu besar itu?

Nurhadi, Mhs Teknik Fisika ITS
Email : hadynur@yahoo.com

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Big Stone ITS