Dosen ITS Surabaya kembali mengukir prestasi di pentas internasional. Drs Angger Orie M.A. Des, pakar kayu dan rotan dari Jurusan Desain Produk terpilih menjadi konsultan di Bangladesh. Dosen yang telah berkecimpung di bidang furniture lebih dari 30 tahun itu ditunjuk The Deutshe Gesellschaft Fur Technischen Zusammenarbeit (GTZ) Jerman sebagai konsultan pengembangan industri mabel di negara yang dulu bernama Benggala Timur itu.
Penunjukkan itu, kata Angger Orie yang ditemui di kampusnya, Kamis kemarin (27/10), bukan asal tunjuk dan tanpa penilaian. Angger harus bersaing dengan pakar-pakar serupa dari Malaysia, Singapura, Thailand dan Pilipina. “Saya bersyukur dapat terpilih sekaligus menyisihkan pesaing-pesaing dari negara-negera tersebut. Paling tidak saya dapat menularkan apa yang selama ini saya miliki dibidang pengembangan furniture untuk kepentingan ekspor,” katanya.
Diungkapkannya, Bangladesh melalui GTZ berkeinginan untuk mengembangkan industri mebelnya agar dapat bersaing di pasar ekspor. Karena itu, Bangladesh membutuhkan beberapa pakar berpengalaman untuk melihat sekaligus menjadi konsultan pengembangan industri mebel untuk kepentingan ekspor. “Saya memang punya pengalaman di bidang itu lebih dari 30 tahun, sudah beberapa kali ditunjuk oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional untuk mengikuti berbagai pameran di luar negeri untuk kepentingan eskpor. Mungkin atas pertimbangan pengalaman itulah saya akhirnya ditunjuk,” kata ayah dua putra kelahiran Solo, 29 Oktober 1948 ini.
Sebelum berangkat setelah Lebaran nanti, Angger saat ini sedang mempelajari berbagai produk mebel dan pola industri di Bangladesh yang diperoleh dari GTZ melalui VCD sebelum terjun ke industri-industri mebel di sana. “Sepintas saya melihat persoalannya masih sangat mendasar untuk dikembangkan menjadi produk ekspor. Umumnya pruduk mebel di negara-negara berkembang seperti halnya Bangladesh bukan pada desain, tapi lebih pada kemampuan manusianya untuk menghasilkan barang yang berkualitas dangan kerja lebih sistematis,” katanya.
Dari VCD tersebut, mantan General Manager sebuah perusahaan furniture cukup terkenal ini menyimpulkan, selain SDM, faktor teknologi menjadi masalah yang harus cepat ditangani. “Kendala utama dari industri mebel untuk kepentingan ekspor adalah pada kapasitas produksi yang dituntut bukan hanya harus banyak dan bersifat missal, tapi juga keajagan yang perlu dijaga. Ini jadi kendala bagi industri-industri mebel yang berorientasi ekspor. Saya melihat melalui VCD, di Bangladesh hal itu belum diperhatikan,” katanya.
Untuk kepentingan orientasi dan memberikan masukan sebagai seorang konsultan, Angger Orie berencana akan tinggal sekitar tiga minggu hingga sebulan di Bangladesh. “Setelah itu saya akan memberikan berbagai masukan dan mengatasi kendala yang ada. Nantinya akan ditindaklanjuti dengan program pelatihan bagi SDM di sana, mulai dari bagaimana memilih dan menangani bahan, proses kerja yang efisien serta hal-hal lain yang lebih teknis,” katanya. (Humas/rin)
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif
Kampus ITS, ITS News – Perayaan Natal merupakan momen istimewa bagi umat kristiani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar pameran karya mahasiswa yang