ITS News

Senin, 30 September 2024
19 November 2005, 10:11

Di Balik Proses Pembuatan Logo Baru ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara Dies Natalis Ke-60 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), 10 November lalu, antara lain, ditandai dengan pembuatan logo baru ITS. Sejak itu, ITS mempunyai dua logo. Satu untuk administrasi dan satu lagi untuk promosi ke luar institusi. Bagaimana proses pembuatannya?

Pada dies natalis kali ini, ITS memang membentuk tim review identitas ITS. Tim tersebut beranggota delapan dosen senior. Mereka dipimpin Baroto Tavip Indrodjarwo (ketua Jurusan Desain Produksi). Anggotanya adalah Mahmud Zaki (Teknik Fisika), Triyogi yuwono (dekan Fakultas Teknik Industri), Azhar Imron (dekan Fakultas Teknik Kelautan), Sudrajat (ketua PIMP-ITS), Agus Windarto (dosen Jurusan Dispro), Bambang Sumardiono (ketua Jurusan Arsitektur), Budiono (dosen Dispro), dan Suyatman (dosen Dispro).

Tim tersebut bertugas me-review identitas ITS, khususnya gambar logonya. Mereka mendapatkan mandat untuk mengubah logo lama dalam format yang baru. "Tugasnya terkesan gampang ya. Padahal pusing lho," ujar Baroto.

Salah satu bukti sulitnya mengubah identitas ITS itu terlihat dari waktu yang diperlukan tim untuk "mengutak-atik" filosofi logo institut teknologi ternama tersebut. "Kami memerlukan waktu hampir setengah tahun untuk menggarap dan menyelesaikannya. Banyak hal yang harus kami lakukan sampai logo ini disepakati," jelasnya.

Prosesnya dimulai dari keluarnya SK rektor ITS tentang tim review identitas ITS tersebut pada 2 Mei silam. Tim itulah yang kemudian ditugasi membikin logo baru tersebut.

Sebelum logo "baru" itu dibuat, setidaknya ada tiga pertimbangan yang harus diperhatikan tim review. Salah satunya, logo baru itu tidak boleh menghilangkan unsur sejarah dalam logo lama. Tapi, logo baru tersebut juga harus terkesan modern.

"Apalagi, pembuatan logo baru itu terutama dimaksudkan untuk kepentingan publikasi ITS di tingkat nasional maupun internasional," ungkap orang Jawa Tengah tersebut.

Salah satu langkah awal yang dilakukan tim review adalah mencari bahan perbandingan. Mereka lalu mengumpulkan puluhan logo perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Selain agar tidak sama dengan logo perguruan tinggi lain, cara itu dimaksudkan mencari inspirasi bagi gambar logo baru nanti.

Menurut Baroto, ternyata kebanyakan perguruan tinggi terkenal di luar negeri mempunyai dua logo yang fungsinya berbeda. Yakni, logo untuk kepentingan administrasi internal dan kepentingan promosi. "Khusus untuk logo promosi, biasanya simpel dan mudah dikenal orang lain," katanya.

Pertimbangan berikutnya adalah soal penambahan unsur penunjuk jati diri ITS. Sebab, pada logo lama tidak ada satu kata pun yang menunjukkan jati diri ITS. Sehingga, tak jarang orang salah menyebut ITS sebagai Institut Teknologi Surabaya. "Itu kan fatal. Masak nama kampus kita diganti seenak perut," ujarnya.

Begitu pula soal warna. Tim menilai, logo baru ITS tidak perlu banyak warna, tapi cukup dua warna: biru dan putih. Hal itu mengingat filosofi logo yang gampang dikenal dan simpel tersebut. "Bila menggunakan banyak warna, jadinya malah tidak karuan. Makanya, setelah berdebat panjang, kami memutuskan menggunakan dua warna itu saja," tegasnya.

Setelah itu, tim membuat gambar logo baru tersebut yang ternyata tidak serumit pembahasan unsur-unsur logo lainnya. "Membuat gambar logo itu sudah jadi pekerjaan kami setiap hari. Jadi, tidak sulit untuk membuatnya. Yang sulit hanya saat merancangnya," jelasnya.

Begitu logo baru itu selesai, selanjutnya tim harus mempresentasikannya ke pihak-pihak berkepentingan di ITS. Mulai senat guru besar hingga para mahasiswa. Juga, para alumnus yang tersebar di berbagai sektor. Bahkan, tim melakukan survei untuk mengetahui kelayakan karyanya.

"Kami mendapatkan banyak masukan untuk pembenahan. Bahkan, ada saran yang nyeleneh. Mereka meminta, logo baru itu cukup coretan-coretan (free hand) yang dibuat seartistik mungkin. Padahal, yang kita cari logo yang bisa diterima pasar global," kata Baroto sambil tertawa.

Akhirnya, setelah melalui pertimbangan dan masukan berbagai pihak, tim memfinalkan logo baru ITS tersebut. "Logo baru itu hasil kompromi. Artinya, kami mengambil jalan tengah semua permintaan dari berbagai pihak. Yang jelas, sebagian besar warga ITS sudah menyepakati logo ini," tegasnya.

Hingga terpilihnya logo baru tersebut, Baroto tidak bisa menghitung total rancangan logo yang pernah dibuatnya. Sampai-sampai, dia sempat diguyoni kolega dan keluarganya. "Mereka bilang, membuat logo sesimpel ini saja kok kayak mikir negoro. Gak nyucuk karo nggawene (Prosesnya lama, tapi hasilnya hanya seperti itu, Red)," ungkapnya sembari tertawa.

Jika dibandingkan logo lama ITS, ada beberapa perubahan yang cukup mendasar pada logo baru. Salah satunya, adanya penambahan tulisan nama ITS beserta kepanjangannya. Pada logo lama tidak ada nama ITS beserta kepanjangannya (Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Selain itu, perubahan ada pada perisai di belakang logo ITS. Sebelumnya, logo ITS hanya berdiri sendiri tanpa ada perisai yang melatarbelakangi. Juga, ada perubahan warna pada logo baru. Yakni, warnanya tidak lagi menggunakan warna biru dan emas, tapi hanya menggunakan satu warna. Yaitu, biru yang dihasilkan dari beberapa komposisi warna.

Yang jelas, logo baru tersebut bakal digunakan untuk keperluan pembentukan citra ITS di luar kampus. Logo lama tetap dipakai, terutama untuk proses administrasi. "Sebab, administrasi harus menggunakan logo yang sulit ditiru. Berbeda untuk kepentingan promosi, logonya harus sesimpel mungkin," tegasnya.

Namun, dengan selesainya pembuatan logo baru itu, bukan berarti tugas tim review identitas ITS selesai. Saat ini, mereka ditugasi menyusun aplikasi penggunaan logo baru tersebut. "Jadi, logo ini tidak hanya dibuat dalam format gambar. Kami juga harus menjadikan logo itu dalam berbagai format. Misalnya, format tiga dimensi untuk keperluan logo di website ITS," kata Baroto. (aris imam masyhudi)

Berita Terkait