ITS News

Minggu, 29 September 2024
28 November 2005, 17:11

Festival Band SMU Lustrum IX, Meriah tapi Sepi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam rangka memeriahkan Lustrum IX ITS, Minggu kemarin (27/11), digelar festival band antar SMU se-Surabya. Festival ini diselenggarakan di bawah tanggung jawab Dr Ing. Herman Sasongko selaku Ketua Pancil (panitia kecil) Festival Band. Dan sebagai pelaksana, ditunjuklah UK Musik dan MMC (Mechanical Music Club), sebuah klub music di jurusan Teknik Mesin.

Bertempat di sebuah panggung keong yang didirikan di lapangan parkir kantin pusat ITS, band-band dari berbagai SMU di Surabya dan sekitarnya itu beradu kebolehan memperebutkan gelar jawara. “ Tadinya kami memang bermaksud mengundang SMU-SMU di Surabaya saja. Tetapi mengingat maraknya band di lingkungan SMU, maka kami juga membuka kesempatan bagi band-band dari SMU di sekitar Surabaya untuk mengikuti festival ini,” ungkap Satria, ketua pelaksana festival ini.

Babak penyisihannya sendiri, dilakukan seminggu sebelumnya, yaitu pada 20 November di studio M88, Klampis. Juri pada babak penyisihan adalah anggota MMC. Dari 35 band, hanya 10 band yang lolos ke babak semifinal yang berlangsung Minggu sore (27/11) sementara babak final berlangsung pada malam harinya.

Pada babak semifinal, peserta festival tampil bergiliran membawakan satu lagu wajib, yaitu lagu pilihan panitia yang harus diaransemen ulang, dan satu lagu pilihan. Peserta sebagian besar memilih lagu Bento dari Iwan Fals sebagai lagu wajib yang ditampilkan.

Juri pada kedua babak inipun tak tanggung-tanngung. Mereka adalah gitaris band Power Metal, kibordis band Sonic, dan satu orang perwakilan dari ITS. “ Untuk babak semifinal dan final, kriteria penjuriannya adalah harmonisasi, performance, aransemen dan skill. Berbeda dari babak penyisihan yang lebih kompleks penilaiannya," terang Satria. Selain memilih 4 terbaik untuk melaju ke babak final, ada tiga gelar tambahan yang juga diperebutkan para semifinalis. Band favorit pilihan penonton melalui polling, Best Act yang dipilih oleh juri, dan Band Of The Day yang dipilih oleh panitia berdasarkan ketertiban selama mengikuti festival. Pemenang dari gelar tambahan ini mendapatkan hadiah handphone LG B2000.

Empat band yang berhasil masuk final adalah Calypso dari SMAN 2 Jombang, Tambal Band dari SMU YPPI 1 Surabaya, Tuesday dari SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, dan WE dari SMU Petra 5 Surabaya. Di babak ini, masing-masing band memainkan tiga buah lagu, yaitu satu lagu wajib dan dua lagu pilihan. Keempat band tampil habis-habisan. Penonton pun tampak kooperatif mengapresiasi penampilan para finalis.

Pada saat pengumuman pemenang, Herman Sasongko, secara pribadi memberikan penghargaan kepada gitaris Tambal Band dan vokalis dari WE. Kemudian diteruskan dengan pengumuman dan penyerahan hadiah kepada pemenang. Juara I diraih oleh Calypso, juara II diraih WE, juara III diraih Tambal Band, dan Tuesday sebagai juara IV. Calypso juga memenangkan Band Of The Day dan Tuesday menjadi Band Favorit pilihan penonton. Sementara itu Selly Rose Arini, vokalis Tuesday, mendapatkan gelar Best Act.

Acara ini juga dimeriahkan oleh modern dance oleh Sweet Angel, atraksi breakers dari New Ztyle, Raka Band, band Punk Java, dan bintang tamu The Revo. Panitia juga membagikan dua buah handphone LG B2000 dan paket dari A-Mild kepada penonton melalui games dari MC.

Jumat-Sabtu-Minggu, Sepi Penonton
Sudah merupakan nasib bagi pagelaran band yang diadakan di ITS untuk mengalami kondisi sepi penonton. Hal ini berlaku bila pagelaran diadakan pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Satria, ketua pelaksana Festival Band, juga mengakui kesulitan ini. “ Jujur saja, jumlah penonton kurang sesuai dengan harapan kami. Tapi untunglah, jumlahnya lumayan banyak pada final. Jadi acara lebih meriah. Kami tadinya berharap warga sekitar ITS dan mahasiswa akan memenuhi tempat, selain siswa-siswi SMU ”.

Sepi penonton sudah berulang kali dialami pagelaran musik lain yang diadakan di ITS. Kabarnya banyak Event Organizer (EO) yang angkat tangan bila mendapat order untuk mengadakan pagelaran musik di area kampus ITS. Mereka kesulitan menjaring penonton.
Fenomena ini kemudian diprediksi karena pada hari-hari tersebut, banyak mahasiswa yang pulang ke daerahnya masing-masing. Belum lagi tuntutan akademik yang tinggi di ITS menyebabkan kuliah menjadi padat, sehingga mereka lebih memilih untuk beristirahat atau mengerjakan tugas daripada pergi menyaksikan pagelaran musik.

Menanggapi hal ini, Satria memberikan opininya, “ Pagelaran musik di ITS memang lebih baik diadakan pada hari-hari kuliah. Tidak perlu mewah, cukup kecil saja di tempat umum seperti kantin pusat dan lapangan perpustakaan pusat, penonton pasti banyak”. (m5/rin)

Berita Terkait