Tampaknya filosofi itu mengilhami ITS untuk melakukan langkah-langkah praksis guna menyiapkan agenda ITS ke depan. Menampilkan logo baru merupakan salah satu pilihan dari strategi ITS untuk melakukan rebranding. Menampilkan ITS dalam wajah dan wacana yang lebih matang, tampak pada penggunaan typeface yang anggun dan warna yang lebih minimalis. Penggunaan warna biru juga menjadi pilihan yang tepat untuk menggambarkan semangat kebijaksanaan, walaupun masalah warna ini sempat mengundang perdebatan di kalangan civitas.
Mengutip Hermawan Kertajaya, prinsip marketing harus dilandasi oleh tiga prinsip utama yaitu, branding, positioning, dan differentiating. Ketiga prinsip tersebut seharusnya saling berjalin kelindan secara sinergis.
Redesain logo yang dimaksudkan ITS adalah wujud dari prinsip branding yang mengedepankan image building pada konsumen. Corporate brand yang digambarkan dengan logo baru ini harus ditindaklanjuti dengan langkah positioning yang tepat. Langkah positioning ini dapat diwujudkan dengan rencana-rencana strategik ITS dimasa yang akan datang. Perlunya target yang jelas dan rasional akan membantu dalam membuat langkah positioning ini menjadi terarah. Seperti yang banyak dibicarakan, ITS mencoba untuk meraih kursi 500 besar perguruan tinggi terbaik di dunia dalam beberapa tahun kedepan. Tentunya, rencana raksasa ini membutuhkan campur tangan yang besar dari seluruh stake holder ITS. Bukannya tidak mungkin, tetapi untuk mencapai target ini, nampaknya ITS harus berkali-kali lipat meningkatkan usahanya dalam memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat.
Tidak cukup disitu, langkah selanjutnya yang harus dilakukan ITS adalah differentiating. Prinsipnya, bagaimana ITS dapat menumbuhkan ciri khusus yang dapat membedakan ITS dengan perguruan tinggi yang lainnya. Entah dari segi attitude, layanan, maupun kualitas produk lulusan. Perlunya diferensiasi dimaksudkan untuk mempertegas bargaining ITS sebagai salah satu kampus terbaik yang dimiliki negeri ini.
***
ITS yang telah ditetapkan sebagai big five campus di Indonesia tidak boleh lekas berpuas diri. Cita-cita yang digaungkan agar ITS dapat diakui secara internasional harus dapat dijadikan point interest yang lebih kuat. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menjual ITS pada pergaulan internasional?
Prinsip-prinsip marketing praktis yang telah dijelaskan di atas adalah langkah strategik yang harus diambil untuk menjadikan ITS berdaya jual tinggi. Tetapi disini akan dipertegas pada beberapa poin sebagai tindak lanjut dari langkah rebranding yang telah dilakukan. Simpel saja, kuncinya hanya satu. ITS harus lebih banyak berkarya untuk masyarakat.
Selama ini citra kampus bagi masyarakat umum dapat dianalogikan sebagai menara gading. Sebuah komunitas eksklusif yang hanya menjadi imagined communities. Berkarya untuk masyarakat adalah satu-satunya jalan untuk masyarakat kampus lebih membumi. Dengan karya, maka masyarakat umum akan merasakan kontribusi yang disumbangkan masyarakat kampus. Cara ini juga merupakan jurus marketing yang paling ampuh, yaitu membentuk image pada benak masyarakat umum sebagai konsumen.
Tetapi tentu saja jalan ini bukan jalan yang mudah. Sebelumnya ITS harus dapat meningkatkan kualitas lulusan yang dihasilkannya. Lulusan yang diharapkan bukan saja mampu secara teoretis tetapi juga dapat mengaplikasikan ilmunya. Lebih dari itu, lulusan yang dihasilkan ITS diharapkan mempunyai mental enterpreunership, bukan bermental buruh. Lulusan ITS dapat menjadi agen perubahan sosial bagi masyarakat sekitarnya. Dapat memberikan pencerahan dengan ilmu yang dimilikinya.
Cukup utopis memang, tetapi bukannya tidak bisa diwujudkan. Keadaan seperti yang kita impikan tadi akan terjadi apabila kampus dapat menjadi tempat yang kondusif dengan menggunakan sistim yang sehat. Mahasiswa tidak hanya diberi gizi berupa kemampuan kognitif (IQ) saja, tetapi juga kecerdasan lainnya yang tidak kalah penting seperti empati (EQ), dan kecerdasan ruhani (SQ).
Saat ini arah menuju kesana memang sudah tampak. Tetapi bukan berarti pencapaian yang telah diraih saat ini merupakan tujuan final yang diidamkan. Masih banyak kekurangan yang harus disadari seiring usia ITS yang semakin matang. Satu catatan kecil, pekerjaan berat ini bukan hanya tanggung jawab satu-dua orang, melainkan ini pekerjaan besar kita semua.
Penulis :
Ayos Purwoaji
Desain Produk ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi