ITS News

Selasa, 03 September 2024
26 Desember 2005, 18:12

Matematika Islam, Buktikan Sains?*

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menarik dan seru, itulah yang tergambar pada stadium general yang bertema “Matematika islam : Sebuah Pendekatan Rasional melalui Sains” yang digagas oleh Departemen Dalam Negeri BEM ITS, Kamis siang (22/12) di ruang seminar Rektorat lantai 3. Yang menarik lagi, wacana yang tergolong baru bagi mahasiswa ITS ini disampaikan langsung oleh KH Fahmi Basya, seorang penulis yang terkenal dengan flying book-nya. Informasi yang diberikan oleh Fahmi ternyata mampu mendobrak dan menambah khasanah ilmu pengetahuan yang selama ini ada. Telaah dan temuan yang dibeberkannya rupanya mampu menambah keyakinan umat muslim melalui pembuktian kebenaran AlQuran lewat sains. Namun, nantinya ada beberapa hal yang patut untuk digaris bawahi.

Memang, penuturan Fahmi sedikit berbeda dengan yang telah dipopulerkan oleh Harun Yahya – ilmuwan islam yang dikenal mampu mengugurkan teori evolusi Darwin. Walaupun keduanya (Harun Yahya dan Fahmi Basya) sama-sama melakukan pembuktian melalui sains, tapi Fahmi yang juga tercatat sebagai Dosen Matematika Universitas Islam Negeri Sjarif Hidayatullah Jakarta ini lebih mengupas pembuktian kebenaran ajaran islam dengan sumber Al-Quran dan AsSunnah Rasulullah sebagai postulat melalui hitungan rasional dan kesesuaian dengan ilmu yang telah ada.

Aksioma Angka 19

Dalam kitab suci Al-Quran banyak terkandung rahasia-rahasia yang harus dipikirkan oleh umat manusia. Memang, beberapa ayat Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diminta untuk menggunakan akal fikirannya untuk memikirkan arti dan kandungan ayat-ayat Allah, baik yang implisit maupun eksplisit. Salah satunya, yang baru diketahui manusia sekarang adalah rahasia angka dalam Al-Quran. Misalnya, sebuah angka dari sekian banyak dan paling sering muncul di dalam Al-Quran adalah angka 19. Ternyata kita selalu dibombardir dengan angka 19. Angka 19 itu didapat dari berbagai perhitungan, salah satunya adalah jumlah dari bacaan basmalah yang berjumlah 19 huruf.

Tidak hanya itu, bukti lain yaitu surat At-Taubah (surat ke-9) yang tidak dimulai dengan bacaan basmalah. Namun, pada surat ke-27, surat An Naml berisi dua basmalah, yaitu pada pembukaan ayat tersebut dan pada ayat ke-30. gambarannya, seolah-olah bacaan basmalah pindah dari surat 9 ke surat 27. Pemindahan ini pun ternyata berjarak 19 surat, dimana dari 9 sampai 27 ada 19 bilangan. Ini artinya, Allah tidak sembarangan menempatkan surat dan ayat-ayatnya di dalam Al-quran. Banyak bukti-bukti lain, yang intinya ternyata ada sebuah pengaturan. Ini membuktikan keluasan ilmu dan Maha ketelitian Allah Subhanahuwataala dalam mencipta, menyusun dan meletakkan huruf-huruf serta surat-surat Alquran. Dalam ilmu Matematika, seringnya suatu pernyataan (dalam hal ini angka) disebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa 19 adalah suatu aksioma dalam Al-Quran.

Rahasia Transformasi Gerakan Shalat

Tidak hanya angka ajaib (angka 19), tapi ditunjukkan pula tentang putaran atau sudut yang dibuat saat melakukan shalat. Bukti ini dikenal dengan bentuk transformasi shalat. Salah satunya, salat gerhana berhubungan dengan terjadinya gerhana baik matahari maupun bulan. Dalam shalat gerhana ada dua kali rukuk, setiap ruku’ dianggap bersudut 90 derajat. Jika dijumlah maka sudutnya menjadi 180 derajat. Dalam matematika ini membentuk garis lurus. Ternyata, ratusan tahun kemudian para ahli baru menemukan bahwa gerhana pun terjadi akibat posisi bulan, bumi dan matahari yang berada pada satu garis lurus.

Ini merupakan sebagian kecil dari ilmu kebenaran Al-Quran yang telah diteliti maknanya, setelah beberapa tahun lalu oleh ilmuwan barat telah dibuktikan pula manfaat shalat dan puasa untuk kesehatan. Logikanya, jika dalam tiap kali kita melakukan ruku itu membentuk 90 derajat, maka dalam tiap satu raka’at itu kita membentuk 360 derajat, sebagaimana bumi berputar yang menandakan sebagai sebuah proses kehidupan. Hal ini bisa kita simpulkan bahwa orang hidup perlu salat yang berputar 360 derajat. Ini tentu saja berbeda dengan orang mati yang tidak lagi perlu salat, tidak lagi hidup, karena itu, salat mayit pun tidak disertai dengan gerakan-gerakan sujud dan ruku, karena memang tidak lagi bergerak atau mati.

Rahasia sholat lainnya yaitu bacaan takbir yang diucapkan pada 29 kali shalat tarawih dan witir ditambah sholat Ied maka akan ditemukan bilangan 1786 yang jika dibagi 19 adalah 94. Menariknya, angka 94 itu adalah jumlah kalimat takbir dalam lima kali sholat dalam sehari. Bagi Fahmi, riset yang mendalam terhadap fenomena-fenomena menarik ini akan dapat memperkuat rasa iman kita kepada Allah.

Monumen Al-Quran, Berpahalakah?

Satu hal menarik yang patut dicatat, fahmi memaparkan konsep monumen Al-Quran untuk ITS. Monumen itu dihasilkan dari proses pemecahan bilangan jumlah ayat-ayat Al-Quran menjadi pecahan ratusan, puluhan, dan satuan. Dari pecahan yang bernilai satuan inilah akhirnya dijadikan ukuran untuk mempengaruhi tinggi rendahnya menara. Kata Fahmi, orang yang melihat monumen ini akan mendapatkan pahala. Alasannya, analog dengan orang yang mendengarkan Al-Quran saja mendapatkan pahala seperti orang yang membacanya.

Namun, rasanya analogi ini kurang tepat dan perlu untuk digaris bawahi. Sebab, metode ini hanya bisa dilakukan melalui ijtihad, dan selama ini konsep monumen Al-Quran belum pernah ada. Bisa jadi, pernyataan ini menjauhkan kita dari makna membaca Al-Quran yang sesungguhnya. Memang dari bilangan, aksioma hingga transformasi di atas cukup dapat diterima, walaupun kevaliditasannya masih perlu dibuktikan lagi. Tetapi, untuk monumen berpahala ini, harus dikaji ulang. Yang menentukan nilai suatu perbuatan berpahala hanyalah kewenangan Allah SubhanahuWataala semata. Wallahualam bisshowab…………..

*Penulis bernama Thina Ardliana, Matematika ITS angkatan 2003. email:warthaits@yahoo.com
Penulis kini tercatat aktif sebagai jurnalis ITS Online dan Berita ITS. “AlQuran is very interest,” tandas mahasiswi jurusan Mahematika ITS ini.

Berita Terkait