ITS News

Kamis, 14 November 2024
27 Desember 2005, 18:12

Setahun Mengenang Tsunami*

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Minggu pagi (25/12), sebuah acara telah mengingatkan kembali akan tragedi musibah Tsunami yang merenggut nyawa ratusan ribu korban jiwa baik manusia, tumbuhan maupun hewan. Acara ini diberi nama Sunday Morning Spirit atau lebih akrab dikenal dengan istilah SMS bagi mahasiswa ITS. Dan SMS kali ini mengajak kita merenung sebagai wahana untuk memperingati setahun tragedi Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam.

Terlebih dalam acara ini juga ditayangkan beberapa kejadian yang dialami saudara kita di Aceh. Yang perlu disorot adalah banyaknya keajaiban yang dialami oleh warga Aceh. Kejadian ajaib ini merupakan suatu bukti yang tak dapat disangkal yang menunjukkan adanya ‘campur tangan’ dari Sang Pencipta, Allah SubhanahuWataala. Fenomena ini tak dapat dinalar dan dibuktikan oleh akal manusia. Karena memang kita tahu akan keterbatasan ilmu dan otak manusia yang tak dapat menjangkau hal-hal yang ‘besar’.

Salah satu yang membuat terkesan, yaitu pesantren Khuffadz yang selamat dari gelombang dahsyat Tsunami. Mungkin pengajaran untuk menghafal alQuran bagi para santrinya membuat mereka menjadi selamat. Keajaibannya, gelombang tsunami itu lama-lama menjadi semakin mengecil ketika sampai ke hadapan mereka. Padahal letak pesantren ini di bibir pantai, sedangkan seratus meter dari lokasi itu terdapat kawasan Pertamina yang luluh lantak dengan tanah. Subhanallah, sebuah kenyataan sekali lagi yang membuktikan kebesaran-Nya. Cerita nyata ini pernah diungkap dan ditayangkan di Metro TV. Banyak, banyak lagi kejadian lain yang menunjukkan kebesaran Allah.

Perjalanan seorang bocah Aceh : Lebaran pertama tanpa Ayah

Menarik!!! Satu tayangan yang membuat rasa haru, sedih dan tangis teraduk menjadi satu. Jika anda melihatnya pasti anda juga akan tersentuh. Ini mengisahkan tentang
seorang bocah Aceh yang melewatkan Ramadhan dan lebaran pertamanya tanpa dilalui dengan sang ayah. Video ini diberi judul : Lebaran Pertama Tanpa Ayah. Bocah ini, sebut saja namanya Amin (saya tidak tahu benar namanya-pen).

Anak kecil ini mengatakan bahwa Idul Fitri pada tahun ini merupakan lebarannya yang ke delapan. Saat itu juga untuk pertama kalinya Amin mampu berpuasa penuh sebulan. Sebuah janji !!! janji dari sang ayah yang akan memberikan sepeda jika Amin mampu berpuasa penuh di bulan ramadhan. Ironisnya, anak aceh ini menegaskan ia tidak merasa sedih karena tidak adanya sepeda itu, bukan pula karena tidak punya baju baru. Atau juga karena ia tidak bisa merayakan dengan gembira datangnya hari Idul fitri sebagaimana layaknya teman-teman dibelahan bumi lain. Bukan…bukan karena itu semua!!!

Namun, lebih karena ia teringat akan kenangannya bersama ayah yang kini tak dapat ditemuinya lagi. Kenangan saat dirinya bermain bersama ayah, ketika sang ayah mengajari membaca AlQuran, dan kenangan….langgam bersama ayah lainnya….Semua ini tak bisa dibeli dengan uang, tak bisa digantikan dengan orang. Dari tayangan itu, suara bocah itu terdengar pilu sekali. Tayangan mengharukan ini benar-benar membuat tetesan air mata tak terasa membasahi di pelupuk mata. Sangat mengharukan!!!

Apalagi, suasana ini mengingatkan Amin akan peristiwa dahsyat itu terjadi. Seorang anak kecil, antara sadar dan tidak, ia melihat kanan-kiri penuh dengan mayat di sana-sini. Lalu, Amin pun sampai pada ratusan mayat yang berjajar. Rupanya Allah berkehendak lain, sang ayah ternyata termasuk dalam deretan itu. Sekali lagi, kita dibawa, seolah-olah ikut dalam perjalanan Amin. Bocah ini pun rasanya ingin berteriak! Tapi, ia tak dapat melakukannya karena air matanya telah habis, bibirnya pun telah membisu. Dan saat itu juga rasanya semua mimpi yang ia bangun hilang seketika. Ingin rasanya memeluk erat sang ayah. Namun tak bisa, karena tubuh sang ayah segera dimakamkan. Anak ini pun menyaksikan tubuh ayahnya ikut dibuldoser dan dimasukkan ke pemakaman massal.

Lalu apa yang bisa kita lakukan???

Sekarang pertanyaan yang timbul, apa yang bisa kita berikan untuk mereka??? Banyak, banyak sekali yang bisa kita kerjakan. Kita ingat propinsi Aceh adalah yang amat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan. Dulu Aceh pernah membeli pesawat tempur untuk berjuang dalam mempertahankan Indonesia merdeka. Namun, mengapa jasa-jasa mereka sekarang malah ditukar dengan penderitaan panjang. Bisa jadi salah satunya yang menonjol yaitu akibat kebijakan yang ditetapkan yang membuat ketidakadilan dan ketidakmerataan. Ataupun sebab-sebab yang lain.

Satu cuplikan cerita atas merupakan sebagian kecil derita yang dialami warga Aceh. Amin, salah satunya, kini ia masih tinggal dalam tenda pengungsian. Bantuan pun masih datang. Tapi, yang perlu dicatat sampai kapan bantuan itu terus mengalir? Mereka pun hidup tidak hanya butuh bantuan fisik semata. Tapi butuh pendidikan, perlu motivasi untuk bertahan hidup. Mimpi-mimpi mereka masih besar. Perjalanan mereka masih amat panjang.

Ayo, kawan!!! Kita bisa maksimalkan apa yang bisa diberikan. Apapun itu, bisa dengan menghimpun harta, tenaga ataupun doa. Tapi ingat salurkan melalui lembaga yang utuh. Dan jangan lupa teruslah berdoa, berdoa dan berdoa. Doa yang bisa menyentuh sesama, menggetarkan langit. Ingat, ingatlah kembali nasib saudara-saudara kita di sana.
Mereka butuh bantuan kita!
Semoga tulisan ini bisa mengguggah kita, untukmu Aceh…Allahu Akbar !!!!!

* Penulis bernama Thina Ardliana, mahasiswi jurusan Matematika ITS angkatan 2003.
Penulis juga tercatat aktif sebagai journalist ITS Online dan Berita ITS. “This is my first opini on Online,” begitu katanya.

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Setahun Mengenang Tsunami*