ITS News

Senin, 30 September 2024
13 Januari 2006, 12:01

Unair Tertinggal Jauh Dibanding ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tahap fit and proper test kemarin menampilkan dua kandidat rektor Unair yang disebut-sebut paling berpeluang. Yakni, Prof Dr Rochmad Romdoni dari Fakultas Kedokteran dan Prof Fasichul Lisan dari Fakultas Farmasi.

Di hadapan para anggota Senat Akademik Universitas (SAU), kedua calon rektor tersebut memaparkan beberapa program jika duduk di kursi Unair-1.

Dalam paparannya, Romdoni yang kini menjadi direktur RS Haji Surabaya itu bertekad membawa Unair keluar. Maksudnya, menjadikan Unair sebagai bagian dari masyarakat luas. "Saya melihat Unair saat ini masih duduk di menara gading. Dan, saya akan membawa Unair keluar dari menara gading tersebut," tegasnya.

Lalu, dia membandingkan Unair dengan situasi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Menurut Romdoni, Unair masih kalah jauh dari ITS dilihat dari sisi hubungan ke luar. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya pakar ITS yang menjadi konsultan di berbagai lembaga, baik lembaga pemerintahan maupun swasta.

"Hal itu tidak lepas dari upaya mereka untuk keluar dan menjadi bagian dari masyarakat," ungkapnya.

Selain itu, dia menawarkan gagasan untuk memberikan penghargaan bagi mahasiswa berprestasi. "Sudah waktunya kita memberikan penghargaan bagi mahasiswa berprestasi. Misalnya, mereka digratiskan menempuh studi lanjutan," ujarnya.

Bagaimana dengan konsep otonomi kampus? Menurut Romdoni, dia sepakat terhadap konsep tersebut. "Namun, dibutuhkan pemikiran yang lebih dalam sebelum konsep itu digunakan," katanya.

Sementara itu, program yang dipaparkan Fasichul Lisan tidak jauh berbeda. Menurut pembantu rektor (PR) I Unair tersebut, sudah waktunya kampus itu menjadi salah satu jembatan transformasi teknologi bagi masyarakat. "Terutama di daerah pedesaan," ujarnya.

Dia mencontohkan kondisi pertanian di desa. Sejak dulu hingga sekarang, mengeringkan padi tetap dilakukan petani dengan cara menjemur. "Sudah saatnya kita (Unair) bisa menjadi bagian dari kemajuan desa," tegasnya.

Bagaimana dengan konsep otonomi kampus? Tak jauh berbeda dari Romdoni, otonomi kampus memiliki dua sisi berbeda. Secara konseptual, otonomi kampus tersebut cukup bagus. Sebab, sebuah PTN dituntut bisa menjadi lembaga yang mandiri. "Tapi, harus diakui, konsep ini masih menjadi pertentangan, terutama di kalangan mahasiswa. Jadi, sebelum konsep ini diterapkan, kita harus mematangkan konsep otonomi tersebut," ujarnya. (ris)

Berita Terkait