Ada bermacam cara orang dalam menghitung hari. Dalam perhitungan kalender masehi, manusia menggunakan parameter revolusi bumi terhadap matahari dalam menentukan jumlah hari. Sehingga dalam 1 bulan terdapat rata-rata 30 hari. Sedangkan bila menggunakan kalender Hijriyah, kita menggunakan parameter revolusi bulan terhadap bumi, atau sekitar 29,5 hari untuk setiap bulannya. Sedangkan untuk Imlek (Tahun China) menggunakan rotasi bulan dalam menghitung jumlah hari. Dalam tahun China rata – rata 27,2 hari untuk setiap bulannya.
Cara masyarakat Indonesia dalam menyambut tahun barupun juga beragam. Warga Indonesia khususnya yang berada di Jawa, banyak mengaitkan peringatan tahun baru Hijriyah dengan kejadian-kejadian mistik. Seperti terbukti dengan adanya peringatan-peringatan khusus dari warga abdi dalem kraton dalam menyambut datangnya tahun baru Hijriyah tersebut yang bagi masyarakat Jawa lazim disebut dengan tanggal 1 Suro. Tanggal 1 suro atau tepat tanggal 1 tahun baru Hijriyah, memberikan nuansa tersendiri bagi masyarakat Jawa. Pada malam tahun baru ini, banyak orang Jawa yang melakukan lelaku (bertapa) dengan anggapan bahwa pada malam tersebut adalah malam terbaik untuk memohon kepada yang Maha Kuasa. Muncul berbagai mitos tentang tanggal yang dianggap sangat keramat ini. Sehingga banyak pengetahuan masyarakat tentang agama terombang-ambingkan oleh mitos yang mereka buat sendiri. Terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut.
Lain dengan penyambutan malam 1 suro, masyarakat Indonesia sangat antusias menyambut malam tahun baru Masehi. Suara terompet dan pawai kendaraan sudah menjadi tradisi warga negeri ini dalam menyambut tahun baru Masehi. Tak jarang korban jiwa jatuh waktu menyambut hari yang bersejarah bagi sebagian warga dunia itu. Semua media baik cetak ataupun elektronik, dengan gegap gempita menyambut datangnya tahun baru Masehi. Pesta-pun digelar, sangat lain dengan apa yang terjadi dengan penyambutan tahun baru Hijriyah.
Berbeda dengan malam satu suro dan tahun baru Masehi, etnis Tiong Hoa memiliki ciri khas tersendiri dalam menyambut tahun baru China. Kini setelah bertahun-tahun seakan-akan dikungkung dalam kekuasaan rezim Orba, etnis Tiong Hoa seakan – akan mulai menunjukkan eksistensinya di Indonesia. Sebagai salah satu tradisi masyarakat Tiong Hoa, perayaan tahun baru Imlek kini sudah menjadi perayaan yang mendunia.
Tak hanya diperingati di negeri tirai bambu saja, perayaan tahun baru China juga dilakukan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Minggu(29/1/06) yang lalu saudara-saudara kita etnis Tiong Hoa menyambut hadirnya tahun baru China. Perayaan tahun baru Imlek juga tak kalah ramainya dengan perayaan tahun baru Masehi. Dengan pernik pesona khas China, mall-mall di kota besar di Indonesia seakan disulap menjadi warna merah dan kuning keemasan.
Suatu keindahaan yang tak ternilai harganya keberagaman budaya negri ini. Dari Sabang sampai Merauke setiap daerah di Indonesia memberikan keindahan masing-masing yang tak dimiliki negeri lain.
PERKUAT KESATUAN BANGSA
Hadirnya 3 hari raya menyambut tahun baru dalam bulan Januari ini seakan memberi isyarat bahwa saat ini sudah menjadi keharusan untuk kita tingkatkan persatuan bangsa. Tak dapat kita pungkiri dalam masyarakat, perbedaan ras, suku dan agama sangat berpotensi menimbulkan konflik. Tak jarang etnis Tiong Hoa juga menjadi sasaran pada suatu kerusuhan.
Tak hanya itu, dalam pergaulan dan pendidikan, rupanya etnis Tiong Hoa khususnya di kota besar, belum bisa bergabung dengan masyarakat pribumi. Dalam pendidikan misalnya, kebanyakan mereka cenderung memilih ke sekolah khusus yang banyak menampung satu etnis tertentu saja, entah apa motif dari hal tersebut. Tapi seakan-akan hal ini adalah tembok yang sangat tinggi dalam pergaulan pemuda Indonesia. Seolah olah ini menjadi penghalang yang sangat kuat yang memisahkan pemuda Indonesia.
Persaingan memang perlu, karena kemajuan tak mungkin akan tercapai jika tak ada persaingan. Namun tak dapat dipungkiri kita juga membutuhkan orang lain, dan sebaliknya orang lain juga membutuhkan kita. Ada bermacam faktor yang dapat memisahkan kita semua. Namun setidaknya kita harus tahu, dan mengakui bahwa kita semua adalah saudara. China, Muslim, ataupun Pribumi, atau golongan apapun di Indonesia ini adalah satu. Kita semua hidup dalam satu waktu, dalam satu wadah, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya tahun baru adalah kesepakatan nenek moyang kita dahulu dalam menentukan jumlah hari. Ini berarti bahwa kita tidak berbeda lantaran kesepakatan nenek moyang kita. Kita semua adalah manusia yang saling membutuhkan. Selamat Tahun Baru Imlek buat semua saudara – saudaraku!!!
Marji Wegoyono
Mahasiswa D3 Teknik Elektro Bid. Study Computer Control ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi