ITS News

Senin, 30 September 2024
06 Februari 2006, 14:02

Profesor Reaktor Kimia ITS Kembangkan Sari Air Laut

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sosok Prof Ir Judjono Suwarno mirip gambaran seorang profesor pada masa lalu. Di ruang kerjanya di lantai II Jurusan Teknik Kimia tampak bertumpuk banyak buku. Bukan hanya buku baru, tapi juga buku-buku yang sudah lusuh serta pudar warna sampulnya.

Dari ruangan yang sering dipenuhi asap rokok yang disulut si penghuni ruangan itulah Judjono mendapatkan ide untuk membuat formula baru dari air laut. "Namanya sari laut," kata profesor spesialis bidang reaktor kimia tersebut.

Kebanyakan orang awam berpikir, air laut hanya bermanfaat dalam pembuatan garam. Padahal, bila dipelajari lebih dalam, selain menghasilkan garam, air laut bisa bermanfaat lain. Terutama dalam bidang kesehatan. Tentu, air laut tersebut harus diolah dulu. Dan, dosen jurusan teknik kimia itu berhasil membuktikannya.

Tahap awal yang harus dilakukan untuk membuat sari air laut tersebut, kata dia, adalah mencari bahan baku utama. Bahan utama yang diperlukan adalah air tua. "Air tua merupakan lapisan air paling atas dalam pembuatan garam. Tapi, untuk bisa menjadi sari air laut, air tua harus diproses menggunakan bahan kimia yang telah ditentukan," jelasnya.

Selama ini, ungkap dia, masyarakat pembuat garam hanya menggunakan air tua sebagai bibit pembuat garam. Sebab, air tua memang mempunyai konsentrasi garam yang cukup tinggi dan sisanya dibuang ke laut. "Dari penelitian yang saya lakukan, ternyata air tua banyak bermanfaat. Bahkan, di Jepang, konsentratnya dijual cukup mahal, yakni USD 9,9 per 200 mililiter," ujar Judjono.

Selain itu, karena ketidaktahuannya, dia pernah menjumpai masyarakat yang menjual air tua kepada orang asing. Pembeli yang mengetahui manfaat produk berharga itu kemudian mengekspornya.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari air tua. "Dari hasil penelitian, air tua bisa digunakan menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mengganti sel-sel kulit yang rusak, mencegah osteoporosis, dan memperkuat kerja otot jantung," kata laki-laki berusia 67 tahun tersebut.

Di Jepang, kata dia, konsentrat air laut itu disebut nigari yang tidak hanya dimanfaatkan untuk kesehatan, tapi juga pembuatan tofu alias tahu Jepang.

Dia menyatakan, sebelum diproses menjadi sari air laut, air tua harus dipanaskan. Tujuannya, mengurangi konsentrasi garam dan kadar air. Setelah itu, baru dicampur beberapa zat kimia. Apa saja zat kimianya? "Itu rahasia dapur," ujarnya sambil tertawa.

Sari air laut ternyata mempunyai banyak kandungan mineral. "Dari penelitian yang saya lakukan, sari air laut mengandung mineral-mineral seperti magnesium sulfat (MgS04), natrium chlorida (NaCl), magnesium chlorida (MgCl2), dan kalsium chlorida (KCl)," ungkap bapak asli Jogjakarta itu.

Di antara mineral-mineral tersebut, magnesium (Mg) paling banyak bermanfaat. Dalam literatur, tubuh kita dalam sehari membutuhkan 360-420 mg magnesium.

Jika kita ingin memenuhinya dengan buah-buahan dan sayuran, ternyata itu masih belum cukup. "Buah dan sayuran hanya memenuhi 250-280 mg per hari. Kekurangannya bisa ditopang dengan sari air laut," katanya.

Penelitian tersebut sebenarnya berawal dari hal yang tak disengaja. Yakni, diawali dari keingintahuan Pemprov Jatim tentang jumlah produksi garam yang bisa dicapai provinsi tersebut. Khususnya di sentra-sentra pembuatan garam di Madura yang meliputi Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

"Dari penelitian itu, kami memperoleh kesimpulan, untuk menghasilkan satu ton garam, dibutuhkan 50 meter kubik air laut dan menghasilkan 1,9 meter kubik air tua," jelas kakek satu cucu itu.

Di tengah-tengah penelitian tersebut, Judjono mengembangkan penelitian lanjutan dengan memanfaatkan air tua. Dan, hasilnya, air tua ternyata jauh lebih bermanfaat serta bernilai dibandingkan garam.

Apa langkah Judjono selanjutnya? Penelitian yang dilakukan sejak Agustus tahun lalu tersebut sudah diajukan untuk memperoleh paten. Selain itu, melalui kajian ekonomi, banyak pihak yang akan memproduksi secara pabrikasi. Misalnya, PT Pantja Wira Usaha Jatim, BUMD milik Pemprov Jatim; Pemda Sumenep; beberapa UKM (Usaha kecil menengah); serta masyarakat.

"Memang, yang saya lakukan ini masih dalam kapasitas laboratorium. Tapi, saya yakin bisa diproduksi untuk kepentingan pabrikasi dengan hasil yang lebih besar," ujarnya.

Bahkan, kata dia, saat ini beberapa perusahaan air minum dalam kemasan sudah meminta sari air laut tersebut untuk dijadikan tambahan dalam air minumnya, sehingga menjadi air mineral.

Dia juga sedang menyiapkan hasil penelitian untuk dikomersialkan karena begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sari air laut tersebut. "Saya juga sudah meminta bantuan seorang dosen di Dispro ITS untuk membuatkan merek serta kemasan supaya layak jual," tegasnya.

Menariknya, DPRD Jatim telah memperkenalkan produk tersebut di beberapa negara seperti Jerman dan Jepang. Dalam uji coba yang telah dilakukan, tiga tetes sari air laut mampu mengubah rasa air minum dalam kemasan berukuran 240 ml, sehingga terasa seperti rasa air zamzam (air yang mengandung banyak mineral yang sering dibawa pulang jamaah haji dari sumur zamzam di Makkah).

Di forum terpisah, Dr Ir Suprapto, anggota dewan pakar bidang teknologi Pemprov Jatim, dalam forum seminar yang diadakan di Riset Centre ITS, Kamis lalu, menegaskan secara teknis bahwa produk tersebut aman dan tidak bermasalah. "Air yang mengandung sari laut mengandung banyak mineral, terutama magnesium," ujarnya. (ratih pramita aisyah)

Berita Terkait