ITS News

Jumat, 15 November 2024
02 Maret 2006, 12:03

Dari Pulau Hingga Freeport: Sebuah Romantika

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kasus Freeport memang bukan hal baru. Sejak ditandatanganinya MoU antara pemerintah Indonesia dengan pihak manajemen Freeport di tahun 1967 terhitung banyak kasus yang terjadi. Mulai dari isu penembakan komunitas lokal hingga perusakan ekosistem. Sejak tahun itu juga, tidak terhitung berapa ribu trilyun kekayaan kita yang telah mereka keruk. Amin Rais dalam sebuah wawancara dengan sebuah majalah mengatakan bahwa Freeport telah merubah beberapa gunung di Papua menjadi danau lumpur yang jelek. Selain itu tak terhitung kerusakan ekosistem yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah dan tailing di daerah sekitar penambangan. Dirilis sebuah situs bahwa penderitaan tujuh komunitas lokal yang berada di lahan tambang Freeport bukanlah hal yang remeh. Diantara tujuh komunitas lokal tersebut, komunitas Amungme dan Komoro-lah yang paling terancam eksistensi hidupnya.

Lalu bagaimana penyimpangan Freeport yang sedemikian jauh ini bisa bertahan? Hal ini ditengarai karena ada back up oleh pihak penguasa dan militer. Sebagaimana diketahui bahwa Freeport menerapkan security layer yang direkrut dari pihak militer. Hubungan gelap antara Freeport dan militer ini sempat diungkap oleh Amien Rais hingga ia didepak dari keanggotaannya di ICMI saat era pemerintahan Soeharto. Bukan saja dengan militer, hubungan gelap Freeport pun terjalin manis dengan pihak pemerintah. Itu adalah alasan mengapa pemerintah seakan enggan untuk melepaskan Freeport yang terbukti telah menghina martabat kita secara nasional.

***
Jika Anda mempunyai waktu luang, tidak ada salahnya mencoba membuka situs http://www.privateislandsonline.com/indonesia.htm, dimana disana kita dapat menemukan sebuah pulau yang bernama pulau Sultan seluas 94 acre dijual kepada publik dengan harga 27.500.000 US dollar. Atau Anda ingin situs yang lain? Tak ada salahnya Anda membuka situs http://www.islandconcepts.com/lands/lul004/index.php, dimana bisa kita lihat penawaran sebuah pulau di sekitar Uluwatu Bali dengan harga 58.050.000.000 US dollar. Superb! Sebuah negara archipelagos dengan ribuan pulau mengobral teritorinya sendiri. Mungkin Anda masih tidak percaya, tetapi faktanya ada tujuh pulau di Karimunjawa yang kini sedang ditawarkan oleh perusahaan properti asing VA Real Estate itu adalah P. Bengkoang (92 ha), P. Geleang (30 ha), P. Kembar (11,2 ha), P. Kumbang (8,8 ha), P. Katang (2,8 ha), P. Krakal Kecil (2,8 ha) dan P. Krakal Besar (2,8 ha).

Jika kita ingat kembali masa-masa heroik penyelamatan kawasan Ambalat dari pencamplokan Malaysia nampaknya hal itu hanya menjadi sebuah plot dari sebuah film kolosal yang berjudul “Tragedi Negara Tanpa Teritori”, atau “Indonesia: Sold Out!”, atau mungkin serial “Azab Illahi: Negeri Bodoh Hancur Terhina” bagus juga. Bagaimana?

***
Saya sarankan, tanggal 17 Agustus nanti tidak usah ada perayaan kemerdekaan dengan segala euforianya. Tidak usahlah kita memasang bendera merah-putih di jalan-jalan, apalagi mengundang warga kampung untuk dangdutan tujuh hari tujuh malam tidak tidur misalkan. Karena sejatinya kita masih belum merdeka, kita masih asyik tidur dalam belaian selimut hangat dari Amerika dan sekutunya dengan nama ”bantuan hutang”. Kita juga masih takut dengan anjing galak Paman Sam yang dipanggil ”embargo”. Kita tidak tahu, mungkin esok hari kita telah menjadi warga AS, karena Jawa sudah terbeli dan dijadikan pangkalan militer Asia-Pasifik oleh Paman Sam.

Ayos Purwoaji
Penulis adalah mahasiswa Despro

Berita Terkait