ITS News

Minggu, 29 September 2024
11 Maret 2006, 14:03

Basis Budaya Menentukan Ruang Kehidupan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ibnu mengambil judul tersebut karena baginya, salah satu faktor pembentukan ruang pemukiman adalah budaya, khususnya rites of pages atau daur hidup dan keagamaan. Karena itu, Ibnu memilih Desa Puyung-Lombok Tengah untuk studi kasusnya.

"Masyarakat Sasak di Desa Puyung dikenal sebagai masyarakat religius yang cukup erat memegang adat," jelasnya. Alumnus Teknik Planologi ITB ini menyadari walaupun mereka erat memegang adat, tetapi perubahan adalah suatu keniscayaan, termasuk perubahan dalam budaya. Jika budaya di sana berubah, Kawasan Sasak juga akan berubah karena faktor utama pembentukan kawasan tersebut adalah budaya.

Perubahan tadi bisa berarti baik, namun bisa berarti sebaliknya. Perubahan yang baik menjadikan kawasan tersebut berkelanjutan. Karena itu, Ibnu berusaha mengetahui perubahan dan kebertahanan ritual yang ada di Desa Puyung. Jika sudah diketahui, bisa disimpulkan upaya menjaga keberlanjutan pembentukan ruang kawasan tersebut di tengah berbagai macam baik-buruknya perubahan budaya.

Penguji karya calon doktor asal Malang ini saat sidang terbuka tidak hanya dari ITS. Prof. Ir Tommy Firman MSc PhD, Guru Besar Planologi ITB juga hadir bersama penguji lainnya, seperti Dr Ing Ir Haryo Sulistyarso, Prof Ir Johan Silas, Prof Ir Hj Happy Ratna S MSc PhD, dan Prof Ir H Mas Santosa MSc PhD. Semuanya memberikan pertanyaan, kecuali Prof Ir Johan Silas.

Guru Besar Arsitektur ITS ini hanya memberikan tanggapan. Silas mengawalinya dengan menjelaskan fungsi dari disertasi. "Karya disertasi paling tidak memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pedoman praktis, dalam konteks ini untuk penerapan perencanaan suatu permukiman, atau sebagai media untuk ditemukannya teori baru," jelas Copromotor calon doktor ini.

Johan menggarisbawahi dua hal penting yang ada di karya Dosen ITN Malang ini. Yaitu, bahwa penempatan suatu wilayah sebagai suatu ruang ritual dan bahwa basis budaya itu menentukan ruang kehidupan. Dan bagi beliau temuan ini bukanlah hal baru.

Ibnu tidak memberikan tanggapan balik. Diskusi dilanjutkan pada Happy Ratna, sebagai promotor sekaligus penguji yang terakhir, Happy memberikan pertanyaan,"Kenapa Pemukiman di Desa Puyung mengikuti pola Grid?"

Jawaban Ibnu cukup singkat, "Kebiasaan mereka berkumpul membuat rumpun keluarga, dan arah atap menghadap Gunung Rinjani, ke arah utara. Pemukiman Mereka memiliki bentuk sejajar dengan taman di depan atau tengah. Sehingga berpola Grid"

Usai diskusi, rapat tertutup penguji diadakan selama 30 menit guna menentukan skor calon doktor ini. Akhirnya sidang terbuka yang dipimpin Prof Dr Triwulan ini meluluskan Ibnu dengan skor sangat memuaskan. Sidang yang juga dihadiri oleh rekan-rekannya dari Planologi ITN Malang ini ditutup dengan pesan dan kesan Happy selaku promotor calon doktor ini. Salah satu kesannya, "Pak Ibnu ini memang sangat rendah hati. Sudah diminta oleh rekan-rekan agar meng-eksplisitkan temuan yang didapat, tapi Pak Ibnu masih menginplisitkannya." (mac/rin)

Berita Terkait