ITS News

Jumat, 15 November 2024
14 Maret 2006, 14:03

Batalkan MIC di ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Setelah pertemuan dengan Manajer Pendidikan Microsoft Indonesia Marta Adidarma, juru bicara ITS Achmad Jazidie mengatakan bahwa MIC di ITS akan disahkan bersamaan dengan wisuda mahasiswa ITS pada 18 Maret.

“Aktifitas yang akan dipimpin oleh MIC diantaranya, training dikemampuan teknik dan kemampuan bisnis dalam bidang Information and Communication Technology (ICT) sebagai persiapan untuk membangun Microsoft Research Center pada tingkat nasional,” kata Achmad.

Dia menambahkan bahwa MIC juga akan membangun lingkaran jaringan yang benar-benar membutuhkan aplikasi ICT sebagai hubungannya dengan program-program Microsoft.

Microsoft Innovation Center

Dalam situs resminya, diterangkan bahwa MIC menyediakan bagi pelanggan dan rekanan Microsoft suatu set program dan layanan yang komprehensif. Tujuannya adalah untuk mempercepat inovasi dalam ekonomi-ekonomi software lokal.

MIC akan melakukan secara kolaboratif fokus pada perencanaan, riset, dan pengembangan solusi software yang inovatif dengan sebuah ekosistem yg terdiri atas industri, akademik, dan pemerintahan.

Jaringan dari 90 lebih MIC menawarkan para mahasiswa, professional developer, arsitek, professional IT, dan peneliti untuk mengakses fasilitas, konsultan, dan sumber daya kelas dunia. Di banyak kasus, Microsoft dan pemerintahan, universitas, dan organisasi industri bekerja sama mengoperasikan fasilitas-fasilitas ini.

Tawaran-tawaran program MIC dikelompokkan kedalam tiga area yang merupakan kunci tumbuhnya ekonomi software.

– Intellectual Capital (kursus software, pelatihan kemampuan bisnis dan pengembangan pasar, kerja praktek untuk mahasiswa). Program-program ini didisain untuk membantu mengembangkan baik kemampuan bisnis atau kemampuan teknis.
– Kerjasama Industri (kelompok industri, sertifikasi kualitas software, dan riset mahasiswa).
– Inovasi. MIC membantu kerjasama inovasi melalui pengalaman-pengalaman secara langsung dan penggunaan kursus yang beragam. Kursus termasuk arsitektur 64-bit, pengembangan Microsoft Vista, laboratorium hand-on, dan desain aplikasi yang inovatif.

MIC di ITS

Di milist Informatika-ITS sendiri, sudah diumumkan adanya MIC ini. Salah satu dosen teknik Informatika, Suhadi Lili mengirimkan email yang isinya mengajak para pengembang atau pebisnis Independent Software Vendor (ISV) untuk aktif di program-program MIC di ITS yang berupa:

1.Pelatihan profesional
2.Pelatihan manajemen khusus untuk perusahaan software
3.Koordinasi dengan parent company yang akan banyak meng-outsource pekerjaan ke ISV
4.Sinergi ISV dengan Laboratorium yang terkait (bisa riset, bisa pengembangan metodologi, explorasi teknologi, dll)
5.Sinergi ISV dengan para mahasiswa (pengembangan wawasan dan penelusuran calon SDM)
6.Diskusi umum / seminar

MIC di ITS diharapkan dapat memberikan kekuatan pada ISV, profesional software, para peneliti, dan mahasiswa dengan target keberhasilan yang jelas dengan waktu terbatas.

Ketakutan yang Berlebihan?

Namun jika ditelaah lebih lanjut, penulis memiliki penilaian bahwa MIC ini adalah satu cara dari ‘impresialisme Amerika’ seperti yang disebut oleh Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila (Pustep) UGM Revrisond Baswir dan peneliti dari Advisory Group in Economics, Industry, and Trade (Econit) Dr Henry Saparini berkenaan dengan persoalan Blok Cepu di bidang pertambangan (Jawa Pos, 8/3/06).

Pada kenyataanya, memang perusahaan-perusahaan dari Amerika telah menguasai ekonomi Indonesia di berbagai bidang, ExxonMobile di tambang minyak, Freeport dan PT. Newmont di pertambangan emas, bahkan USAID dan ADB yang disebutkan oleh Revrisond Baswir sebagai adik kandung IMF dan Bank Dunia yang sama-sama dikendalikan Amerika.

Dan tidak dipungkiri bahwa di bidang ICT pun berkiblat pada Amerika, mulai dari dua sistem operasi terkenal Microsoft dan Linux yang sama-sama buatan dua orang Amerika yaitu Bill Gates dan Linus Torvalds, penguasa system basisdata terkemuka seperti Oracle, sampai beragam bahasa pemrograman seperti C yang dikembangkan oleh Brian Kernighan dan Dennis Ritchie ataupun Java yang bermula dari Universitas Stanford, semua diciptakan oleh Amerika. Padahal, walaupun sejatinya ilmu informatika berasal dari Perancis yaitu dari kata Informatique yang belum ada padanan katanya dalam bahasa Inggris.

Dengan adanya ITS yang akan mengembangkan MIC, hal ini menjadikan ITS sebagai kaki tangan ‘imperialisme Amerika’ meskipun sepertinya tidak disadari apalagi dengan adanya program-program MIC yang memberikan beragam fasilitas yang mengambarkan ‘the American dream’ yaitu mimpi-mimpi tentang kemakmuran dan kemajuan kebudayaan yang khas Amerika.

Pola Pikir yang Keliru

Kembali merujuk dalam situs Antara yang menyebutkan bahwa juru bicara ITS, Achmad Jazidie, menekankan bahwa jauh sebelum ITS dan ITB ditunjuk oleh presiden SBY untuk merealisasikan hasil pertemuannya dengan Bill Gates, ITS telah merajut satu hubungan dengan Microsoft melalui perjanjian sebagai ITS-Microsoft Center of Excellent (ITS-MCODE) di Jawa Timur.

“Satu dari aktifitas yang telah dilakukan adalah workshop dalam pengenalan teknologi baru dalam produk software Microsoft yang ditujukan untuk dosen-dosen Universitas Negeri dan Swasta di Jawa Timur”, tambahnya.

Sekedar tambahan buat Pak Jazidie, seharusnya juga diimbuhkan bahwa ITS juga telah berhasil dipercayai melakukan kerjasama dengan Oracle ataupun CISCO untuk mengadakan sertifikasi ataupun pelatihan-pelatihan untuk produk-produknya.

Penulis merasa bahwa pihak ITS sepertinya merasa bangga dan telah melakukan suatu prestasi besar dengan dipercayainya ITS sebagai pengembang beragam agenda produk-produk ICT tersebut. Apalagi kepercayaan-kepercayaan itu tidak diberikan kepada universitas-universitas lain.

Menurut penulis, pola pikir bahwa dipercayanya ITS untuk melakukan kerjasama dengan beragam agenda produk-produk ICT merupakan suatu prestasi adalah keliru, malahan sebuah hal yang memalukan karena ITS dijadikan kepanjangan tangan dari agenda-agenda tadi.


Batalkan Saja

Seharusnya ITS menjadi institusi suci penegak kebenaran dan pembela rakyat Indonesia. Hal ini bisa diwujudkan dengan menjadi institusi yang mampu berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat, karena bidang ITS adalah teknologi maka sudah selayaknya ITS memusatkan pada bidang teknologi, bidang ICT adalah satu teknologi baru yang kedepannya sangat mempengaruhi masyarakat disemua bidang, terutama ekonomi.

Dengan adanya MIC, maka penguasaan Microsoft semakin tidak tertandingi,dan itu tentu akan memperkuat adanya ‘imperialisme Amerika’ tadi. ITS seharusnya berperan dengan menyaring adanya indikasi itu sebagai bukti bahwa ITS membela kepentingan rakyat Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan membatalkan ITS sebagai pengembang MIC.

ITS berpikir bahwa dengan ditunjukkannya sebagai pengembang MIC setelah ITB, hal ini akan memperbaiki nama ITS di masyarakat ataupun pemerintah terutama presiden SBY. Selain itu, hal ini untuk mempengaruhi penilaian ADB untuk memberi dana kepada ITS, untuk diketahui bahwa jurusan-jurusan universitas negeri di Indonesia berlomba untuk memperebutkan dana ADB untuk memperbaiki fasilitas yang mereka miliki. Dengan adanya MIC di ITS, tentu ADB diprediksikan sangat tertarik dengan jurusan Teknik Informatika ITS dan memberikannya bantuan.

Seharusnya ITS tidak perlu takut mendapatkan penilaian buruk dari masyarakat ataupun dari pemerintah. Bagi masyarakat, ITS sudah menjadi tempat kuliah yang terbaik di Indonesia, Jawa Timur khususnya, dan ada tidaknya MIC tidak mempengaruhi hal itu. Yang berpengaruh justru dari pemerintah, karena presiden SBY sangat pro dengan Amerika, hal ini dapat dilihat dari kebijakannya dalam kasus Blok Cepu.

ITS didirikan lebih karena semangat, semangat yang menginginkan agar Indonesia, terutama Indonesia Timur memiliki tempat belajar teknologi,karena pada waktu didirikannya dirasakan tenaga di bidang teknologi kurang, bukan dari kemapanan. Jurusan Teknik Informatika juga didirikan lebih karena semangat, bahkan pada awal berdirinya, jurusan ini hanya memiliki satu unit komputer dan tidak memiliki ruang kelas ataupun laboratorium sendiri, sehingga sering bentrok dengan jurusan Elektro karena menggunakan fasilitasnya. Berbeda dengan sekarang, dimana semua serba mudah dan terfasilitasi, laboratorium-laboratorium dengan komputer banyak dan canggih ataupun kelas ber-AC sudah dimiliki, dan seharusnya itu sudah cukup meskipun tanpa MIC ataupun bantuan ADB.

Seharusnya ITS mencontoh anak didiknya, Widya Purnama, direktur utama Pertamina yang diganti karena paling gigih menginginkan agar Blok Cepu dimiliki Pertamina tanpa campur tangan Exxon. Widya Purnama adalah alumnus Teknik Elektro, dia berani melawan pemerintah yang mendukung dan merasa bangga karena telah menjalin kerja sama dengan ExxonMobile, padahal menurut Widya, pengeboran Blok Cepu semudah membalik telapak tangan.

Oleh: Imam Baihaqi
Alumnus Teknik Informatika ITS,
Programmer Simulasi Perang Elektronika Pusdiklat Hanudnas TNI AU

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Batalkan MIC di ITS