ITS News

Minggu, 29 September 2024
03 April 2006, 13:04

ITS Siapkan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dekan FTK ITS, Ir Asjhar Imron MSc MSE PED mengatakan, dipilihnya ITS sebagai Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional oleh Menteri Perindustrian RI (Menperin), didasarkan pada banyak pertimbangan. Diantaranya, ITS dinilai sebagai Perguruan Tinggi pertama yang konsisten menggeluti Pendidikan dan Penelitian tentang teknologi perkapalan dan kelautan sejak ITS berdiri 45 tahun lalu. ”Pertimbangan yang tak kalah pentingnya adalah lokasi Surabaya sebagai pusat maritim nasional, dengan keberadaan Laboratorium Hidrodinamika Laut mulai skala kecil di ITS, maupun skala raksasa terbesar di Asia Tenggara LHI-BPPT, yang juga berlokasi ITS,” katanya, Senin (3/4) siang.

Dikatakannnya, galangan kapal terbesar PT PAL dengan pengalaman dalam high-tech modern shipbuilding, galangan kapal skala menengah seperti PT Dok dan Perkapalan Surabaya, sampai dengan galangan-galangan kecil yang masih menggunakan cara-cara konvensional dengan local wisdom yang komplementari terhadap high-tech itu, serta mulai tumbuhnya industri pendukung galangan nasional di Surabaya dan sekitarnya, juga menjadi salah satu pertimbangan.

”Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional begitu penting dan memungkinkan sinergi antara riset dan pendidikan dengan dunia industri dan bisnis, tidak hanya dalam skala nasional, tapi juga internasional karena tersedianya body of knowledge, sehingga tidak harus memulai dari nol,” katanya.

Menurut rencana, Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional akan diresmikan oleh Menperin pekan depan. ”Kami masih menunggu waktu Pak Menteri. Segala sesuatunya tentang kesiapan lembaga itu sudah selesai. Pekan depan diharapkan bisa diresmikan,” katanya.

Apakah itu berarti dalam waktu dekat Indonesia bisa merancang dan membuat semua kapalnya di dalam negeri, termasuk untuk keperluan pertahanan keamanan? Asjhar Imron menjelaskan, point penting yang selalu muncul tapi sebenarnya short sighted adalah bahwa harga buatan sendiri sering lebih mahal, karena memang harus ada kurva belajar yang harus diberikan agar kita sampai pada kedewasaan industri. ”Jawabnya, barangkali ini adalah langkah awal yang benar ke arah tersebut, karena masih ada beberapa faktor penentu lain seperti investasi perbankan, isu tentang harga luar negeri yang lebih murah dan last but very mandatory, keberpihakan pembuat keputusan pada karya anak-anak bangsa,” katanya.

Harapannya, kata Asjhar menjelaskan, dengan adanya Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional, ketergantungan kalangan industri perkapalan di Indonesia kepada pihak luar akan makin berkurang. ”Sebagai ilustrasi, pada awal tahun 1980-an, ITS sebenarnya sudah bisa merancang sepenuhnya, meski pengetesan karakteristik hidrodinamikanya masih dilakukan di Jerman. Kapal patroli cepat milik TNI AL yang sepenuhnya dibuat di galangan kapal sederhana dalam negeri juga dengan pengawasan ITS,” katanya.

Pada waktu itu, katanya menambahkan, belum ada seorangpun doktor dalam bidang tersebut di Indonesia, belum ada software perancangan kapal canggih yang terjangkau, demikian juga tentang metode finite element maupun computational fluide dynamics, dan lainnya. ”Bandingkan dengan saat ini dimana jumlah doktor dalam bidang teknik perkapalan dan kelautan di ITS saja sudah lebih dari 25 orang, dan sofware tersebut sudah menjadi menu sehari-hari mahasiswa di ITS. Maka kehadiran Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional, sudah selayaknya ada,” katanya.

Dengan adanya Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional diharapkan upaya untuk riset bersama seperti yang pernah ditawarkan oleh seorang visiting profesor dari Amerika di FTK-ITS tentang Kapal Buaya (kata sandi untuk kapal stealth yang merayap di permukaan tanpa suara, tidak tertangkap radar, tapi sekonyong-konyong bisa mengejar musuh dengan kecepatan tinggi) dapat terealisasi. ”Waktu itu, tahun 1980-an, ITS memang belum bisa merespons untuk melakukan riset bersama itu,” katanya. (humas/asa)

Berita Terkait