ITS News

Minggu, 29 September 2024
09 April 2006, 15:04

Provider 3G Akan Hadapi Banyak Tantangan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hambatan terbesar yang akan dihadapi oleh perusahaan-perusaaan jasa komunikasi ini adalah biaya. Sebagian besar penduduk Indonesia, terang Onno, akan keberatan jika harus membayar biaya telepon dan internet lebih dari Rp 200.000 sebulan. “Kalo saya telepon cuma bayar Rp 60.000 sebulan. Abonemennya doang. Soalnya saya senang ditelpon, malas menelpon” tukasnya. Onno mengaku ia lebih suka berkomunikasi dengan Internet yang online 24 jam di rumahnya.

Menurut Onno alasan provider bila benar-benar memasarkan produk 3G, selain alasan bisnis karena gengsi, agar mendapat citra sebagai provider yang canggih. Sebab dari sisi ekonomi akan susah untuk balik modal. Demikian juga dengan costumer, akan membeli selain untuk dipakai juga untuk alasan gengsi.

Saat ini 3G memang menghadapi banyak pesaing. Antara lain GPRS yang sudah lebih dulu mendapat tempat di antara para kostumer. Selain itu teknologi yang baru juga mulai menyaingi 3G. Salah satunya adalah WiMax. WiMax meiliki kapasitas transfer yang lebih besar dari 3G dan lebih cepat.

Apalagi kebanyakan perangkat selular yang mendukung 3G saat ini masih terbilang mahal, kira-kira sama dengan harga komputer. “Kalau disuruh milih antara handphone dan komputer anda pilih mana? Kalau saya pilih komputer“ ujarnya dengan tertawa.

Teknologi 4G akan menjadi pesaing juga, karena kemapuannya dalam komunikasi data jauh lebih cepat dari 3G. Namun teknologi 4G masih jauh lebih mahal dari pada teknologi 3G. “Telepon seperti ini yang bisa 4G dijual seharga US$ 20.000,“ terangnya. Demikian juga biaya instalasinya, masih jauh diatas dari 3G yang sudah terbilang mahal. Sementara itu GPRS dengan tarif data per kbps yang murah juga diprediksi sulit digeser.

Selain itu penggunaan teknologi 3G untuk akses internet juga akan mendapat saingan berat. Penantang ini adalah RT/RW Net, jaringan swadaya untuk mengadakan akses internet yang biayanya ditanggung bersama. “Dengan RT/RW Net kita bisa Internet dengan harga yang sama tapi lebih cepat,“ ungkapnya. Karena selain untuk Internet, RT/RW Net dengan VoIP (Voice over Internet Protocol) memungkinkan kita menelepon lewat internet.

Meski demikian Onno mengakui bisnis telekomunikasi dengan data masih sangat menjanjikan. Di banyak negara jumlah negara pengguna telekomunikasi dengan suara semakin berkurang. “Mereka lari ke (komunikasi) data,“ ungkap alumni ITB ini.(rif/asa)

Berita Terkait