ITS News

Senin, 30 September 2024
22 April 2006, 08:04

Manfaatkan Barang Bekas untuk Robot Wireless

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sura dan Budi membuat Unit Control Security Robot (USR), robot wireless yang dirancang menggantikan tugas sekuriti dalam pengamanan terhadap ancaman teroris. Robot ini bisa untuk mengidentifikasi barang yang diduga berupa bom.

Ketika ditemui koran ini di sekolahnya Jumat lalu, Sura tengah asyik mengutak-atik robot yang masih setengah jadi itu. Tak lama berselang, rekan satu timnya, Budi, datang.

Kedua siswa yang duduk di kelas 2 IPA itu mengerjakan robotnya di ruang komputer yang terletak di lantai dua SMAN 1 Denpasar. "Awalnya, saya yang punya ide robot ini," ungkap Budi, siswa kelahiran 26 April 1989 itu. Dia menyukai elektro sejak kelas 6 SD.

Duet Sura dan Budi terpilih masuk 15 Besar bidang Elektronika Dasar di antara 5 tim yang didaftarkan SMAN 1. Mereka bergabung di Smansa Electro Crew.

Robot ciptaan mereka menggunakan 4 transmiter dan direkayasa dari barang-barang bekas. "Biar murah biayanya," ucap Sura. Untuk kerangka robot, misalnya, mereka menggunakan aluminium jemuran.

Tak hanya itu. Robot yang dirancang untuk di darat dan air itu juga menggunakan bekas botol air mineral dan baling-baling dari mainan. Untuk remote control-nya, mereka memanfaatkan mouse yang rusak. Bahkan, untuk papan kontrol, kardus sepatu pun jadi.

Di tangan terampil kedua cowok penggemar tayangan Discovery Channel itu, mouse komputer tidak hanya bisa jadi remote control, tapi juga disulap menjadi handy talkie (HT).

"Kalau ada ancaman bom, robot ini bisa membantu tugas sekuriti agar tidak menjadi korban ledakan," terang Sura. Selain untuk pengamanan di dalam gedung, robot seberat 150 gram itu juga dilengkapi parasut. Fungsinya? "Parasutnya ini untuk pendaratan robot dari helikopter," jelas cowok kelahiran 3 Maret 1989 itu.

Sebab, lanjut dia, robot itu juga bisa berfungsi sebagai mata-mata karena dipasangi CCTV (closed circuit television) di kepala robot. "Kendalanya sih terbentur biaya untuk membeli CCTV,"sahut Budi.

Demi robot yang menggunakan sejumlah teori elektronika dasar seperti Archimedes, Bernaulli, dan Pascal itu, Sura dan Budi mengaku harus rela lembur hingga menginap di sekolah. Selain menyelesaikan robot, setiap malam mereka juga mengerjakan animasi robot berdurasi 15 menit untuk dipresentasikan pada final nanti.

Orang tua mereka sempat komplain meski akhirnya bisa memahami. "Kami ingin menang, supaya bisa kuliah di ITS tanpa tes masuk," ujar Budi yang diamini Sura. (jeni lestari/jpnn)

Berita Terkait