ITS News

Selasa, 03 September 2024
22 April 2006, 07:04

Terima Kasih Sahabatku

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Kesepakatan banyak orang pada tanggal 22 April adalah hari bumi. Saya kurang tahu entah darimana kesepakatan itu berasal. Serta atas dasar apa ada kesepakatan itu. Namun ada hal yang patut dicermati dari kesepakatan banyak orang tersebut. Yaitu suatu penghargaan kepada bumi. Ada banyak pesan moral yang seharusnya tersampaikan pada hari tersebut untuk mengingatkan manusia tentang betapa berharganya bumi ini.

Tak kenal lelah, selama milyaran tahun makhluk Allah yang satu ini terus berputar berlawanan dengan arah jarum jam mengitari matahari di dalam tataran galaksi Bimasakti. Bak para jamaah haji yang sedang berthawaf menyebut asma Allah, bumi berputar mengelilingi matahari sambil menopang kehidupan kita. Mungkin saja tak jauh beda maksud dari apa yang dilakukan bumi berevolusi dan para jamaah haji yang sedang berthawaf. Terus berputar bertasbih, menyebut kesucian asma Allah.

Ukuran matahari ini beratus-ratus kali lebih besar dari bumi ini, bahkan bila diibaratkan matahari adalah wadah kosong,ia mampu menampung lebih dari satu juta bumi . Dan di alam ini, ada banyak bintang yang besarnya ratusan kali dari matahari (www.e-smartschool.com). Semuanya tersebar di alam jagat raya ciptaanNya. Entah dimanakah kita berada pada saat membayangkan kebesaran ciptaanNya. Pada saat membayangkan jagat raya ini, bumi bagaikan debu yang sangat kecil karena sudah tertutup oleh milyaran planet, bintang, serta galaksi-galaksi yang lainnya. Dan kita benar-benar sudah tak terlihat.

Dengan berpredikat makhluk yang paling sempurna di jagat raya ini, sering kita merasa paling mulia serta paling tinggi kedudukannya di jagat raya ini. Padahal kalau kita cermati lebih dalam, kita tak ubahnya makhluk yang sangat kecil di jagat raya ini. Kita adalah makhluk yang tak lagi bisa terlihat bila sudah berada di jagat raya milikNya. Kita adalah debu di permukaan debu, entah seberapa kecil diri ini di hadapanNya.

Sebagai sama – sama makhluk ciptaanNya, marilah renungkan apa yang telah diberikan bumi kepada kita. Sangat banyak sekali yang diberikan sahabat kita yang satu ini. Bahkan raga kita inipun juga berasal darinya, dan kalaupun kita telah tiada, bumi membuka dirinya untuk kita tempati selama-lamanya. Betapa tulus apa yang diberikan makhluk ciptaan Allah yang satu ini.

Betapa sombongnya kita saat kita buang sampah sembarangan, sehingga kotorlah muka bumi ini. Betapa sombongnya kita saat merokok, dengan kepulan asap tersebut kita telah memberikan racun kepada sahabat kita ini. Betapa sombongnya kita yang membiarkan hutan gundul, sehingga rusaklah permukaan kulit bumi ini. Bencana datang melanda, ratusan manusia menjadi korban jiwa, dan itu adalah ulah manusia juga.

Terima kasih untuk bumi, entah kata apa yang patut terucap untukmu. Maha Besar Allah yang telah menciptakan bumi, yang dengan segala kelebihannya ia masih ikhlas terus bertasbih menyebut namaMu walaupun ia harus menampung sekian milyar makhluk ciptaanMu yang lainnya.

Untuk saudara-saudaraku, singkirkan segala kesombongan yang ada. Kita semua tak ubahnya debu-debu yang bertebaran di muka bumi ini. Tak ada yang patut kita sombongkan di muka sahabat kita yang satu ini. Karena kita tak mungkin bisa membalas segala kebaikan sahabat kita ini. Tiada kata yang patut terucap selain memuji kebesaran sang Pencipta yang Maha Kuasa Atas Segala-galanya. Dialah yang dengan kuasaNya menciptakan bumi ini untuk kita semua.

Mulai dari diri sendiri,dan mulai saat ini, mari kita bersihkan dan rawat muka sahabat kita yang paling baik ini. Karena bila muka dia rusak akibat ulah kita, maka kita sendirilah yang terkena akibatnya. Terima kasih teruntuk sahabatku.

Penulis : Marji Wegoyono
Staf Badan Pengurus Mentoring
Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Terima Kasih Sahabatku