ITS News

Minggu, 29 September 2024
25 April 2006, 15:04

Baru Dibuka, Langsung Desain 8 Kapal

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Meski baru diresmikan oleh Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) atas nama Menteri Perindustrian, Senin siang (24/4), Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional ITS, telah siap mengerjakan desain tujuh kapal pesanan dari ASDP dan satu kapal dari Dirjen Perhubungan Laut.

Hal itu dikemukakan Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA, seusai peresmian Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional di Kampus ITS. ”Kami telah menerima pesanan untuk mengerjakan delapan kapal masing-masing dari ASDP untuk jenis kapal ferri dan satu kapal untuk Dirjen Perhubungan Laut untuk jenis kapal barang dan penumpang,” katanya.

ITS berharap, dengan telah dimilikinya Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional ini, maka akan ada banyak desain kapal yang akan dibuat di dalam negeri yang berarti ongkos pembuatan desain kapal lebih murah jika dibanding harus didesain di luar negeri. ”Dalam hal pembuatan desain, muatan intelektual dalam perencanaan adalah bagian yang paling penting dan ITS memiliki keahlian di bidang itu, karena itulah cukup beralasan jika Departemen Perindustrian kemudian menggandeng ITS dalam rangka membangkitkan industri kelautan dan perkapalan,” katanya.

Sebelumnya, Dirjen IATT Departemen Perindustrian RI, Budi Darmadi mengatakan, Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional didirikan dalam kerangka untuk membangkitkan dan menumbuhkembangkan industri perkapalan dan kelautan di Indonesia. ”Pemerintah berkeinginan untuk mendorong tumbuhkembangnya industri perkapalan dan kelautan, karena itu melalui pendirian Pusat Desain dan Rekayasa Nasional diharapkan keinginan itu bisa terwujud,” katanya.

Budi juga menjanjikan, jika selama ini impor kebutuhan peralatan untuk industri perkapalan dikenai pajak bea masuk sebesar sepuluh persen, ke depannya, pajak itu akan dihapus. Ini terkait dengan keinginan pemerintah mendorong tumbuhkembangnya industri perkapalan dan kelautan.

Sementara Dekan FTK ITS, Asjhar Imron, mengatakan, dipilihnya ITS sebagai Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional oleh Menperin, didasarkan pada banyak pertimbangan. Diantaranya pengalaman ITS sebagai perguruan tinggi pertama yang konsisten menggeluti pendidikan dan penelitian tentang teknologi perkapalan dan kelautan sejak ITS berdiri 45 tahun lalu. ”Pertimbangan yang tak kalah pentingnya adalah lokasi Surabaya, sebagai pusat maritim nasional, dengan keberadaan Lab Hidrodinamika Laut mulai skala kecil di ITS, maupun skala raksasa terbesar di Asia Tenggara (LHI-BPPT,-red), yang juga berlokasi ITS,” katanya.

Salain itu, keberadaan galangan kapal terbesar PT PAL dengan pengalaman dalam high-tech modern shipbuilding, galangan kapal skala menengah seperti PT Dok dan Perkapalan Surabaya, sampai dengan galangan-galangan kecil yang masih menggunakan cara-cara konvensional dengan local wisdom yang komplementari terhadap high-tech, serta mulai tumbuhnya industri pendukung galangan nasional di Surabaya dan sekitarnya, juga menjadi salah satu pertimbangan. ”Pusat Design dan Rekayasa Kapal Nasional begitu penting dan memungkinkan sinergi antara riset dan pendidikan dengan dunia industri dan bisnis, tidak hanya dalam skala nasional, tapi juga internasional karena tersedianya body of knowledge, sehingga tidak harus memulai dari nol,” katanya.

Apakah itu berarti dalam waktu dekat Indonesia bisa merancang dan membuat semua kapalnya di dalam negeri, termasuk untuk keperluan pertahanan keamanan? Asjhar Imron menjelaskan, poin penting yang selalu muncul tapi sebenarnya short sighted adalah bahwa harga buatan sendiri sering lebih mahal, karena memang harus ada kurva belajar yang harus diberikan agar kita sampai pada kedewasaan industri. ”Jawabnya, barangkali ini adalah langkah awal yang benar ke arah tersebut, karena masih ada beberapa faktor penentu lain seperti investasi perbankan, isu tentang harga luar negeri yang lebih murah dan last but very mandatory, keberpihakan pembuat keputusan pada karya anak-anak bangsa,” katanya.

Harapannya, Asjhar Imron menjelaskan, dengan adanya Pusat Design dan Rekayasa Kapal Nasional, ketergantungan kalangan industri perkapalan di Indonesia kepada pihak luar akan makin berkurang. ”Sebagai ilustrasi, pada awal tahun 1980-an, ITS sebenarnya sudah bisa merancang sepenuhnya, meskipun pengetesan karakteristik hidrodinamikanya masih dilakukan di Jerman, kapal patroli cepat milik TNI AL yang juga sepenuhnya dibuat di galangan kapal sederhana dalam negeri dengan pengawasan ITS,” katanya.

Peresmian Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional didukung oleh beberapa perguruan tinggi dari luar negeri dan beberapa organisasi profesi perkapalan di dunia dengan pemberian ucapan selamat yang mereka kirim ke ITS.(Humas/rin)

Berita Terkait