ITS News

Minggu, 29 September 2024
09 Mei 2006, 18:05

ITS, Resource University untuk ICT di Indonesia Timur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Realisasi ditunjuknya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam proyek penelitian dan pengembangan pendidikan bidang Teknologi Informasi (ICT) di Indonesia Timur, PREDICT-ITS (Project for Research and Education Development on ICT in ITS), memasuki tahap implementasi.
    
Pada implementasi itu, ITS ditunjuk JICA (Japan International Cooperation Agency) sebagai ICT Center sekaligus Resource University bagi perguruan tinggi lain di kawasan Indonesia Timur. Selanjutnya, mereka akan melakukan penelitian bersama di bidang ICT (Information and Communication Technology). Sebagai proyek yang dinilai JICA, sangat khusus ini, pihak Jepang menunjuk Kumamoto University sebagai anggota tim dalam implementasi berikutnya.
   
Dr Ir Achmad Jazidie MEng, ketua tim implementasi, Selasa siang (9/5) mengatakan, apa yang dilakukan ITS bersama JICA merupakan usaha untuk mempercepat penambahan sumber daya manusia (SDM) yang dapat memahami persoalan-persoalan tentang ICT. “Kami memandang persoalan kekurangan atau ketidakmampuan SDM di bidang ICT tidak bisa diserahkan hanya kepada ITS dan ITB, karena hal itu tidak akan mampu untuk mengejar berbagai ketertinggalan. Itu sebabnya ITS berinisiatif untuk mengajak perguruan tinggi lain yang ada di Indonesia Timur untuk bersama-sama mengembangkannya,” katanya.
     
Dalam posisi ini, ITS menempatkan diri sebagai Resource University yang tidak hanya melakukan pendidikan, tapi juga membangun kerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia Timur untuk melakukan penelitian bersama ke arah pengembangan ICT, baik dengan kalangan pemerintah maupun dunia usaha. “Program ini menjadi menarik, karena berkait pula dengan upaya untuk membuat paradigma baru di bidang pendidikan Pascasarjana yang tidak hanya terbatas pada proses klasikal, tetapi mengarah ke proses penelitian atau riset yang berlangsung di laboratorium-laboratorium,” terang Jazidie.
   
Diungkapkan Jazidie, pada tahap awal, sudah ada tiga topik yang bisa diteliti dalam kerangka joint research (penelitian bersama), yaitu bidang power system, propagation, dan image processing. “Ke depan dalam kerangka kerja sama PREDICT-ITS sudah disiapkan empat dan lima topik penelitian bersama lainnya, yang semuanya harus dilakukan secara bersama-sama oleh laboratorium-laboratorium yang ada baik di ITS, perguruan tinggi lain maupun laboratorium yang berada di Jepang,” katanya.
 
Pertama bagi ITS

Sementara itu, Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA, menjelaskan, bagi ITS kerjasama ini merupakan hal yang pertama. Selain bagi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya yang telah mendapat bantuan dari JICA untuk yang kedua kali. “Mudah-mudahan ITS juga bisa melanjutkan hingga ke tahap berikutnya. Dalam proyek ini, ITS dipercaya untuk mengembangkan bidang ICT untuk wilayah Indonesia timur, karena itulah ITS dijadikan sebagai ICT Center dan Resource University,” katanya.
   
Namun, sebagai ICT Center dan Resource University, ITS tidak akan memperoleh dana dari JICA. “Kami memang tidak akan diberikan dana, tapi semua fasilitas untuk kepentingan riset dan para ahli dari Jepang semuanya ditanggung oleh JICA, termasuk didalamnya training para dosen, baik di ITS maupun ke Jepang,” katanya.
   
Bukan hanya itu, Nuh menambahkan, dengan menjadi ICT Centre, ITS mempunyai kesempatan yang lebih besar lagi untuk mengembangkan SDM bidang ICT guna mamanuhi kebutuhan masyarakat dan industri. “Kami paham sumber daya manusia kita untuk bidang ICT sangat terbatas, tapi keterbatasan itu bukan menjadi kendala untuk bangsa ini tidak ikut menerjuni bidang ICT,” kata Nuh yang hingga kini menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mendapatkan JICA Special Award.
   
Diungkapkannya, dalam proyek ini, ITS dan JICA bersepakat minimal dalam satu tahun ada satu hasil riset yang bisa dipatenkan, dan riset-riset yang dilakukan harus bisa langsung dimanfaatkan oleh kalangan industri. “Melalui proyek inilah ITS berharap hubungan antara perguruan tinggi dengan dunia industri bisa lebih riil terjalin. Tentu bukan saja ITS, tapi juga perguruan tinggi lain, karena dalam tiap kali riset, harus ada mahasiswa S2 dari wilayah Indonesia Timur,” katanya. (Humas/rin)

Berita Terkait