ITS News

Minggu, 29 September 2024
08 Juni 2006, 12:06

Tim Maritime Challenge ITS Jelang Berlaga di Genoa, Italia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Siang sekitar pukul 14.00, sekretariat Tim Maritime Challenge (MC) ITS di Laboratorium Hidrodinamika, Kampus ITS, kawasan Sukolilo, terlihat lengang. Hanya empat mahasiswa yang berada di sana. Dua orang sedang mengutak-atik komputer dan dua lainnya sedang bersantai.

Koordinator Tim MC ITS Adhitya Mahardika saat ditemui Jawa Pos menjelaskan, urusan persiapan perahu yang akan digunakan dalam lomba bertajuk International Contest of Seamanship and Boatbuilding-Atlantic Challenge itu memang sudah tuntas.

Perahu Merdeka yang dibuat sebagai replika Yole de Bantry (replika perahu Prancis) sudah dikirimkan lewat Pelabuhan Tanjung Perak ke Genoa, Italia, 3 Juni lalu. Bersama Perahu Merdeka, saat itu juga dikirimkan perahu tradisional Madura jenis gole’an yang diberi nama Lanceng Madureh.

"Setelah mengirimkan dua perahu, saat ini kami berkonsentrasi melakukan latihan fisik," kata Adhitya, mahasiswa semester VI jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS itu.

Bukan hanya perahu, peralatan pendukung lain juga dikirimkan ke tempat kontes. Misalnya, dayung dan tiang layar. Pengiriman kapal serta peralatan itu memang harus dilakukan jauh hari sebelum hari H. Sebab, untuk tiba di lokasi, dibutuhkan waktu sekitar sebulan.

Dika, panggilan akrab Adhitya, mengaku, untuk memenuhi deadline pengiriman tersebut, mereka harus bekerja keras. Sebab, ada satu peralatan yang belum dibuat, yakni tiang layar. Ada dua peralatan itu, yaitu tiang utama (main mast) dan tiang depan (fore mast).

Sebenarnya, tim tersebut sudah mempunyai tiang layar yang bentuknya berongga. Namun, sesuai peraturan baru, tiang tidak boleh berongga. Dengan alasan tersebut, tim yang beranggota 13 mahasiswa gabungan beberapa fakultas itu harus menggantinya.

Karena jadwal latihan yang padat, pembuatan tiang itu baru dilakukan mereka beberapa hari menjelang keberangkatan kapal. "Butuh waktu sekitar tiga hari," ujar Dika. Lamanya waktu tersebut, antara lain, disebabkan mereka harus mengubah kayu yang semula berbentuk balok menjadi silinder.

Bahan baku yang digunakan untuk tiang adalah kayu jati. Lapisan luarnya menggunakan kayu white spruce yang berasal dari Amerika. "Kami hampir tidak tidur, Mbak. Mulai mengerjakan pukul tujuh pagi sampai pukul empat subuh," ungkapnya.

Pekerjaan lain yang harus dikebut saat ini adalah mengganti gading Perahu Merdeka yang patah. Maklum, perahu itu sudah dua kali ikut lomba Atlantic Challenge. Dan, ajang tersebut tidak dilaksanakan setiap tahun, tapi dua tahun sekali. Belum lagi, mereka harus mengecat ulang kedua kapal tersebut. ’Dayungnya juga harus dipernis agar terlihat lebih bagus," katanya.

Kegiatan lain yang saat ini rajin dikerjakan adalah kursus bahasa Inggris. Kursus tersebut dilakukan mereka setiap Senin dan Rabu di Unit Pelayanan Terpadu ITS. Selain itu, agar tim tersebut bisa menyesuaikan diri, diajarkan table manner di tempat kursus itu. "Kadang kami juga membaca buku percakapan Italia," jelas Dika.

Tari khas Aceh, Seulawet, yang akan dipersembahkan pada akhir perlombaan juga sedang dipelajari anggota tim itu. Dengan tekun mereka berlatih setiap Minggu. Bukan hanya tariannya, lagu daerah Aceh yang berjudul Nyawong juga akan ditampilkan.

Mereka tidak mendatangkan guru khusus untuk belajar tari serta lagu khas dari daerah istimewa di ujung barat Indonesia itu. Cukup belajar dari teman kuliah yang berasal dari Aceh sudah membuat anggota tim tersebut menjadi penari dan penyanyi andal.

Setelah kedua perahu dikirimkan ke Italia, ke-16 anggota tim (13 anggota tim Perahu Merdeka dan tiga anggota Kapal Gole’an) tidak melakukan latihan fisik di laut lagi. Cukup latihan fisik seperti joging atau latihan fisik lainnya.

Biasanya, joging dilakukan dengan lari 5-6 kali berkeliling stadion ITS. Porsi latihan yang diberikan antara kru Perahu Merdeka dan Kapal Gole’an tidak dibedakan. Sebab, mereka memang diharuskan bisa mengoperasikan kedua kapal tersebut.

Salah seorang kru Kapal Merdeka, Ratih Pinaring Gusti, mengaku, saat berlatih mengendalikan perahu di laut, kendalanya cukup berat. Suatu kali, pernah angin laut bertiup sangat kencang, sehingga arus yang dihasilkan juga sangat besar. "Kapal menjadi goyang. Tidak sedikit kru yang mabuk laut," ungkapnya.

Menghadapi situasi seperti itu, biasanya kru yang mengalami hal tersebut bertukar posisi dengan bow watch (pengawas depan). "Namun, itu hanya berlaku ketika latihan. Kalau sudah perlombaan, kami harus tetap di posisi masing-masing," tegasnya.

Koordinator dosen pembimbing tim ITS MC 2006 I Ketut Aria Pria Utama menyatakan, sampai saat ini seluruh anggota terus digembleng, baik fisik maupun mentalnya.

Untuk fisik, selain latihan ketahanan tubuh, kemampuan mendayung ditingkatkan. Yaitu, dengan meminjam kapal nelayan di Pantai Kenjeran. "Mereka akan terus berlatih mendayung agar fisiknya tetap kuat," ujarnya. Begitu juga dengan kesiapan mental, mereka terus digembleng agar tetap bersemangat.

Sementara itu, mengenai masalah dana, tim tersebut rencananya mendapatkan bantuan dari Menteri Kelautan Freddy Numberi. Selain dana, tim tersebut mendapatkan pakaian seragam. "Sekitar 10 hari lalu ada tukang jahit khusus yang datang mengukur badan para anggota," katanya.

Rencananya, tim MC ITS 2006 tersebut berangkat ke Genoa pada 7 Juli mendatang. Sesampai di sana, mereka akan melakukan latihan untuk beradaptasi dengan medan perlombaan.

Tim ITS mengikuti perlombaan yang diselenggarakan Atlantic Challenge Foundation itu sejak 2002. Hebatnya, ITS merupakan satu-satunya tim dari Asia Pasifik. Pada 2002, lomba tersebut diselenggarakan di Rockland, Maine, AS. Pada 2004, lomba itu diselenggarakan di Toulon, Prancis. Pada lomba tersebut, tim ITS berhasil menggondol juara umum. (*)

Berita Terkait