ITS News

Minggu, 29 September 2024
15 Juni 2006, 11:06

ITS Siapkan Pemecahan Lumpur Lapindo

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam pemaparan pemikiran dan rencana tersebut, Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan ITS merupakan bagian dari kepedulian ITS untuk segera menyelesaikan musibah yang terjadi di Porong, Sidoarjo. "Kami tidak ingin menyalahkan siapa-siapa dalam kasus ini, tapi lebih pada bagaimana mencari titik temu didalam menyelesaikan persoalan ini,” katanya.

Dikatakan Rektor, sedikitnya ada empat hal yang disiapkan ITS untuk menanggulangi musibah di sana. Pertama, mengenai penanganan sosial kemasyarakatan termasuk penyiapan pengungsian yang lebih permanen jika kasusnya berkepanjangan. Kedua, penanganan masalah lumpur permukaan dan direncanakan pula bagaimana proses dan tahapan-tahapan pembuangan lumpur. Ketiga, penanganan lingkungan. Dan keempat, melakukan pemetaan bawah permukaan atau sub-surface. ”Dari keempat hal itu yang paling mendesak adalah penanganan terhadap masalah sosial kemasyarakatan, penanganan lumpur permukaan, dan penanganan lingkungan,” katanya.

Sementara itu, Dra Agnes Tuti Rumiati MSc, salah satu anggota tim ITS yang menangani masalah sosial kemasyarakan mengungkapkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah kepastian di masyarakat terhadap aman tidaknya daerah mereka. Karena meski ada sebagian warga yang sudah mengungsi, tapi tetap saja masih ada warga yang ingin berada di sana. “Masyarakat menginginkan agar persoalan lumpur segera teratasi bagaimana pun caranya, berikut penjelasan apakah lumpur yang ada itu aman atau tidak. Ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Kami siap untuk melakukan penyuluhan dan penjelasan ke warga manakala pertanyaan-pertanyaan itu sudah dapat kepastian,” katanya.

Sementara itu Ir Anggraheni MSc, tim ITS yang menangani lumpur permukaan, mengungkapkan bahwa masalah lumpur bisa dilakukan dengan cara mengendapkan lumpur di lahan terbuka dan airnya setelah dilakukan perlakuan atau treatment. Dan jika sudah sesuai dengan baku mutu air, bisa dibuang ke kali Porong. “Tentu untuk membuang air ke kali Porong perlu dilakukan perhitungan-perhitungan dan koordinasi dengan pihak terkait, mengingat debit air kali Porong pada musim kemarau seperti sekarang nol,” katanya.

Dalam pemaparan pemikiran dan rencana ITS itu, diungkapkan pula hasil pemeriksaan lumpur dan air di lokasi lumpur alami PT Lapindo Berantas. Menurut hasil laboratorium yang di lakukan ITS menyimpulkan bahwa memang ada beberapa kandungan kimia yang kini sudah berada di atas ambang batas. Logam berat Hg (raksa) misalnya, ditemukan hasil 2,5 ppm. Sedang senyawa Phenol yang dinyatakan ada dalam pemeriksaan oleh PU Jatim, di laboratorium ITS justru tidak ditemukan.

Kenapa pada hasil pemeriksaan di ITS tidak ditemukan? Ir Lily Pudjiastutik MT, salah satu anggota tim yang membidangi penanganan lingkungan mengungkapkan bahwa ada berbagai kemungkinan. Pertama, karena metode analisisnya yang berbeda. Kedua, kemungkinan sample yang diambil juga berbeda. Dan ketiga, Phenol yang ditemukan pada analisis yang dilakukan oleh PU bukan senyawa Phenol yang berdiri sendiri, melainkan gugus Phenol yang ada pada senyawa lain. ”Kemungkinan-kemungkinan itulah yang kemudian menyebabkan pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium ITS tidak ditemukan Phenol,” katanya.

Dikatakan Lily, hasil dari laboratorium ITS menyimpulkan bahwa nilai BOD dan COD serta kandungan minyak dan lemak dalam lumpur dan cairan di lokasi cukup tinggi. Sehingga dapat menggangu ekologi perairan jika langsung dibuang ke perairan tanpa diolah. "Sementara untuk formasi padatan, relatif tidak toksik. Meski demikian lumpur tidak boleh masuk saluran irigasi, karena recovery-nya sulit dan lama,” katanya.

Sementara Dr Makky S Jaya, anggota tim bawah permukaan atau sub-surface mengungkapkan peristiwa yang terjadi di Porong ini merupakan peristiwa pertama yang terjadi di dunia. “Memang kejadian serupa pernah terjadi di Duri-Riau tahun 2002, tapi itu tidak bisa disamakan, karena yang di Duri sumur produksi yang disumur itu diinjeksi uap pans kemudian setelah injeksi tersebut terjadi fenomena gas yang menyembur, sedang di Porong, Lumpur yang keluar secara tidak terkendali,” katanya.

Ditanya butuh waktu berapa lama untuk menangani keluarnya lumpur itu, Makky mengungkapkan bahwa ia belum bisa memastikan. Karena pihaknya masih harus melakukan beberapa kajian seperti memetakan struktur tanah bawah permukaan untuk mengetahui adakah lineasi zona rekahan, rupture atau fracture. “Memetakan kemungkinan adanya konsentrasi lumpur bawah permukaan, apakah lumpur terkonsentrasi di zona-zona bawah permukaan tertentu, dan seberapa luas distribusi zona tersebut dan dimana saja. Serta membuat pemantauan geofisis semburan lumpur dari bawah permukaan,” katanya. (Humas/ftr)

Berita Terkait