ITS News

Minggu, 29 September 2024
06 Juli 2006, 16:07

Korban Gempa Diterima tanpa Tes

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketiga orang itu adalah Efi Ariyanta Wibawa dari SMA Negeri 1 Bantul yang memilih Jurusan Teknik Kelautan; serta Rusdi Arif Darmawan dari SMA Negeri 3, Bantul; dan Iksa Rahayu dari SMA Negeri 1 Pundong, Bantul, yang memilih Jurusan Matematika.

Ketiganya melakukan daftar ulang bersama ratusan mahasiswa ITS yang diterima melalui jalur PMDK Reguler, Berprestasi dan Berbeasiswa di Gedung Student Centre ITS, kemarin.

Untuk menjadi mahasiswa ITS, ketiga mahasiswa tersebut tidak memerlukan proses panjang. Mereka hanya datang ke ITS untuk memenuhi panggilan rektor ITS. "Kami hanya diminta untuk menghadap ke pimpinan ITS, kemudian diberitahukan dapat memilih jurusan yang diminati," ujar Rusdi.

Terpilihnya ketiga mahasiswa tersebut atas pilihan Pemerintah Kota Jogajakarta. Yakni, saat Rektor ITS Mohammad Nuh berkunjung ke tempat para korban Jogjakarta. Ketika itu Nuh mengatakan siap menambah jumlah mahasiswa baru melalui jalur PMDK berbeasiswa bagi para korban. Bahkan, rektor mengambil kebijakan untuk membebaskan SPP semester ganjil bagi mahasiswa ITS yang orang tua dan keluarganya menjadi korban gempa.

Bagi mereka yang diterima di ITS melalui jalur PMDK Berbeasiswa (tidak hanya korban gempa) akan mendapatkan beberapa kemudahan. Selain bebas uang kuliah selama lima tahun juga mendapatkan biaya hidup sebesar Rp 500 ribu tiap bulannya.

Ditemui usai daftar ulang, Efi Ariyanta Wibawa mengatakan, akibat musibah gempa tersebut rumah tinggalnya di Bantul memang rata dengan tanah. "Tapi, saya bersyukur karena seluruh keluarga selamat."

Efi mengaku selamat karena saat gempa dia kebetulan sedang berada di luar rumah untuk bersiap-siap mandi (kamar mandinya beada di luar rumah dengan atap seadanya). "Saya langsung loncat keluar untuk menyelamatkan diri," ungkapnya.

Hal yang sama dialami Iksa Rahayu yang kesehariannya tinggal bersama kakek dan neneknya. Ketika gempa terjadi, kakeknya meninggal karena tertimpa bangunan rumah. Menurutnya, pagi itu dia sedang melakukan tugas rutin menyapu halaman dan neneknya kebagian membantu membuang sampah. ’Kakek saya baru bisa dievakuasi setelah Magrib pada hari itu," ujar Iksa.

Rusdi Arif Darmawan juga mengalami hal yang sama. Saat terjadi gempa dia sedang tidur. Saat itu dia merasakan ada getaran yang luar biasa kuat hingga membuatnya terbangun. Saking kagetnya, Rusdi langsung lari ke luar rumah. (rth)

Berita Terkait