Selama ini BEM ITS memiliki visi dan misi yang seakan menjadi menara gading mahasiswa lainnya. Seakan tak tersentuh, seakan tak terjamah. Sebut saja BEM ITS yang baru saja terbentuk, di bawah kepemimpinan Detak Yan Pratama BEM ITS mengusung semboyan “intelektual dan simpatik” sebagai visinya.
Ini merupakan semboyan yang baik, hanya saja semboyan ini terlalu abstrak, tidak ada tolok ukur yang jelas, dari mana-sampai kapan? Konsekuensi logis dari kaburnya visi tadi adalah tidak adanya target yang jelas.
Banyak kalangan berpendapat bahwa BEM ITS belum mampu menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Bisa jadi ini juga yang membuat BEM ITS malu-malu untuk mengeluarkan taringnya. BEM ITS belum memiliki branding yang kuat, jangankan di luar kampus, segenap civitas di dalam kampus saja banyak yang belum mengetahui profil BEM secara menyeluruh. Ironisnya lagi, BEM seakan tidak memiliki kedaulatan dalam membina himpunan mahasiswa di dalamnya.
Bertolak dari realitas yang ada, maka perlu dibuat visi yang jelas dengan tolok ukur yang jelas pula. Gagasan mengenai Green University menjadi menarik ketika gagasan ini mampu dijadikan sebagai visi BEM saat ini. Ada ukuran yang jelas, dan yang terpenting, visi mengenai Green University ini merupakan visi yang riil. Rapat kerja memang sudah selasai, namun itu bukan alasan untuk sebuah pergerakan yang lebih besar dan terarah.
Mengapa Green University?
Kita sadari bersama bahwa ITS memiliki lahan kosong yang sangat luas. Ini merupakan sebuah keunggulan dan kelemahan kita. Kelemahan dalam arti sampai saat ini kita masih membiarkan lahan kosong ini menganggur. Alangkah baiknya jika lahan-lahan ini mampu dikelola dengan baik.
Hal ini sesuai dengan GBPK BEMP ITS 2006 di Bidang Hubungan Luar, Pengabdian Masyarakat, dan Lingkungan Hidup, dimana salah satu pinnya menyebutkan ”Berperan aktif dalam upaya-upaya pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup”. Hal ini akan menjadi sangat relevan manakala kota Surabaya saat ini memiliki visi yang sama, ”Surabaya Green and Clean”.
Saat ini menjadi aksi nyata mungkin ITS lah satu-satunya universitas yang mendukung gerakan ini secara riil. Baranding ini bukan saja memperkuat brand BEM, tetapi juga brand universitas. Suatu yang indah saat kita bermimpi bahwa nantinya ITS mempunyai slogan, ”Kampus Hijau Surabaya!”. Bahkan lebih utopis saat kita menerawang bahwa ITS akan menjadi salah satu wisata alternatif kota Surabaya. Layaknya Jogja dengan UGM-nya.
Konsekuensi dari gerakan diatas adalah publikasi yang aktif dari media baik lokal maupun nasional. Tentu saja hal ini menjadi langkah strategis yang sangat baik bagi BEM ITS untuk memunculkan brandingnya yang selama ini tenggelam. Bukan hanya itu, Gerakan Hijau ini juga akan mampu menyedot perhatian instansi baik manufaktur atau bukan.
Mengapa? Karena mereka juga memiliki kepentingan dalam kampanye lingkungan ini. Akibatnya, mungkin BEM ITS tidak perlu mengeluarkan dana berlebih untuk Gerakan Hijau ini, karena banyak perusahaan yang bersedia memback-up dana gerakan ini. Bagus bukan?
Saat ini, UGM sudah lebih dulu melakukan program Sepeda Hijau dalam kampus guna mengurangi polusi di dalam kampus. Polygon adalah salah satu perusahaan manufaktur yang mau bekerjasama untuk itu. ITS dengan lahannya yang sangat luas seharusnya mau dan mapu untuk melakukan gerakan serupa.
Bukankah mahasiswa ada untuk kontribusinya yang besar bagi masyarakat. Penghijauan kampus adalah suatu hal yang sepele namun penting dan relevan bagi kota Surabaya dewasa ini. Kurangnya ruang hijau terbuka kota menyebabkan udara kota Surabaya menjadi salah satu yang terburuk di Indonesia.
Maukah mahasiswa (BEM) ITS untuk melakukan sedikit gerakan demi mewujudkan (kampus) Surabaya yang sehat? Wallahua’lam
Ayos Purwoaji
Mahasiswa Despro ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi