Acara ini merupakan kelanjutan pra Training For Mentor (pra TFM) yang diadakan dua pekan lalu (14/8). Hasil seleksi terakhir pada pra TFM tersebut menghasilkan siapa saja mahasiswa yang lulus menjadi Mentor. Mahasiswa-mahasiswa yang lulus itulah yang diundang menghadiri acara Forkomet.

Awalnya, BPM merencanakan mengadakan TFM (Training for Mentor). Tapi menurut Marji Wegoyono, Direktur I BPM kondisi yang ada tidak kondusif untuk sebuah pelatihan. "Karena dalam waktu pengkaderan. Nanti, malah mentornya sendiri yang tidak fokus." terang Marji.

Walaupun demikian, BPM masih berencana mengadakan TFM pada bulan Ramadlan 1427 H. Mahasiswa D3 Komputer Kontrol ini menerangkan, "Forkomet hanya membahas surat mentor. Sehingga TFM masih perlu diadakan. Karena substansinya adalah melatih managemen dan komunikasi mentor dan mentee," terang Marji.

Usai diskusi, acara dilanjutkan dengan pembekalan ruhiyah untuk diri mentor. Drs. Soehardjoepri, MSi hadir selaku pemateri. menurut dosen jurusan Matematika ini, seorang mentor sangatlah diperhatikan oleh menteenya. Sehingga perlu dijaga kata-kata dan sikapnya demi kemuliaan mentoring itu sendiri.

Mengenai status mulia, Joepri mengingatkan pada para mentor bahwasannya kemulian itu hanya milik Allah. Jika manusia ingin mulia, maka dia harus mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ini. "Coba perhatikan Surat Fathir ayat sepuluh. Untuk menjadi mulia, jaga lidah ini. Gunakan hanya tutur kata yang baik. Kalau tidak bisa, diamlah!" ucap beliau. Baginya, seorang mentor harus bisa menjaga perkataannya. Jika tidak, kemulian mentoring akan hilang.

Joepri menambahkan, "Selain tutur kata yang baik, untuk menjadi Mulia juga perlu amal sholeh." Kaitannya dengan amal atau sikap, Beliau mengkritik mentor yang sering terlambat. Menurutnya, pasti ada rasa kecewa bagi para mentee yang sudah datang tepat waktu. Dengan ini, kemuliaan status mentor itu sudah jatuh dihadapan mereka. (mac/rif)