ITS News

Sabtu, 16 Agustus 2025
09 September 2006, 16:09

Kemampuan Komunikasi Kita Masih lemah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Indonesia mempunyai banyak orang pintar dan tenaga ahli dibidangnya. Demikian dikatakan Pembantu Rektor I ITS, Prof Ir Noor Endah MSc PhD dalam pembukaan English Debate Workshop yang diselenggarakan ITS Foreign Language Society (IFLS) (Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa Asing, red), di Auditorium Pascasarjana ITS, Sabtu (9/9) pagi.

Tapi, dikatakan Noor Endah, ada satu kelemahan orang Indonesia yakni dalam berkomunikasi. ”Kepandaian orang Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan orang asing. Tapi jika diminta menyampaikan ide secara kronologis, baik itu oral dan written kita tidak bisa,” ujar alumni University of Wisconsin, USA ini.

Padahal, Noor Endah menambahkan, untuk sukses di dunia kerja hanya dibutuhkan 20 persen kepandaian. ”Selebihnya yang diperlukan adalah networking. Dan itu mencakup kemampuan komunikasi yang baik,” katanya.

Mengenai English Debate Workshop, Noor Endah menyampaikan kepada peserta ada dua keuntungan mengikuti kegiatan ini. ”Keuntungan jangka pendeknya, dengan ini anda mampu berkompetisi dalam lomba debat bahasa inggris. Tapi dampak jangka panjang yang akan paling terasa, anda dapat meningkatkan skill komunikasi sebagai persiapan masuk ke dunia sesungguhnya yaitu dunia kerja,” ungkapnya.

Senada dengan Noor Endah, Biger Adzana Maghribi salah satu trainer dalam workshop ini berbagi pengalaman tentang pentingnya kemampuan komunikasi, terlebih dalam bahasa inggris. Menurut alumni STAN Jakarta 2004 ini, salah satu hambatan besar lulusan perguruan tinggi adalah komunikasi.

Mengatasi itu, dikatakan Biger, ber-debat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.

”Banyak benefit yang didapatkan dari berdebat, selain meningkatkan kemampuan bahasa inggris dan menumbuhkan keberanian berbicara didepan umum. Kita juga berkesempatan bertemu dengan orang-orang baru yang mempnyai ide baru dan fresh,” ungkapnya.

Untuk mengawali budaya debat sendiri memang tidak mudah. Mengenai itu, Biger berbagi tips. Ada tiga hal yang menurutnya dibutuhkan untuk menjadi debater yaitu interest, consistency dan curiousity. ”Dan yang paling penting adalah 3M. Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulailah sekarang,” kata Biger.

English Debate Workshop ini terselenggara selama dua hari berturut-turut sejak Sabtu (9/9). Materi yang disampaikan pun beragam, mulai dari metode dasar debat, dasar berkomunikasi, pelatihan langsung dan cara menjadi juri dalam kompetisi debat. Selain Biger sebagai pembicara, IFLS menghadirkan pula Professional Debating and Adjudication Trainer asal UII Jogja, Irfansyah Kurnia Putra.

ITS Membutuhkan Debater
IFLS atau yang lebih akrab disebut Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa Asing (UKBA) mempunyai beragam kegiatan untuk melatih kemampuan berbahasa asing mahasiswa di ITS. Selain bahasa Inggris, IFLS juga membawahi divisi bahasa jepang. Hal itu diungkapkan Mekka Riadhah selaku ketua panitia pelaksana English Debate Workshop kepada ITS Online, Sabtu (9/9) pagi.

Selain penyelenggaraan workshop ini, dikatakan Redi, pangilan akrab Mekka, IFLS divisi bahasa inggris, mempunyai kegiatan rutin setiap minggunya. ”Setiap Jumat kita ada Small Talk, dimana aggota bisa improve kemampuan bahasa ingrisnya. Selain itu ada juga nonton film bersama dan event debat itu sendiri,” kata mahasiswi berjilbab ini.

Untuk even lomba debat sendiri, dikatakan Redi, IFLS telah banyak ikut serta. ”Banyak event debat di luar yang sudah kita ikuti antara lain JOVED, IVED dan Pimnas yang sejak di padang lalu membuka cabang lomba debat bahasa Inggris,” katanya.

Tujuan diadakannya workshop, ungkap Redi kemudian, IFLS ingin agar selain mengembangkan studi akademik di ITS, mahasiswa ITS juga sadar akan pentingnya kemampuan bercakap bahasa inggris. "Jika bahasa Inggris bukan masalah mengapa saat ini calon wisudawan masih menganggap score TOEFL 450 sebagai momok,” ujarnya.

Disamping itu, IFLS, melalui workshop ini bermaksud memetakan potensi english debater di ITS. Demikian diungkapkan Rizki Shaumi salah satu anggota English Debate Society ITS. ”Selama ini, jika ada lomba debat, kita kekurangan dalam hal preparasi. Selalu, jika ada invitation, yang paling lama adalah mencari orang yang ikut serta dalam tim,” ujar Shaumi.

Untuk diketahui dalam satu tim debat biasanya terdiri dari tiga orang. Masing-masing personil tim memiliki tugas tersendiri, namun dituntut tetap kompak dan saling menguatkan satu sama dengan yang lain. Jika bisa, lanjut mahasiswi Kimia MIPA 2002 ini, ITS memiliki beberapa tim untuk dilatih sehingga kendala di tahap preparasi teratasi dan dapat meraih prestasi dibidang debat.(asa/rif)

Berita Terkait