Muhammad Natsir, pembicara kajian pada acara Ruqyah Syar’iah yang digelar Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI), Minggu (17/9) pagi di Masjid Manarul Ilmi ITS mengungkapkan, saat ini banyak masyarakat tertipu dengan Ruqyah Syirik. Padahal yang dianjurkan Rasulullah adalah Ruqyah Syar’iah.
Di era modern ini, ternyata masyarakat masih banyak yang tertipu dengan Ruqyah syirik, padahal yang disunahkan Rasulullah adalah Ruqyah Syar’iah. "Memang pemisah antara Ruqyah Syar’iah dengan Ruqyah syirik berbeda tipis. Padahal jika kita mengikuti kesyirikan maka jaminannya adalah neraka, " papar Muhammad Natsir, pengkaji dari tim Ruqyah Syar’iah Center Surabaya.
Menurut Natsir, yang dimaksud Ruqyah syirik seperti dukun, paranormal, tukang sihir dan sejenisnya. "Di Bali, mungkin dukun itu terlihat dari pakaiannya. Tapi, di sini kalau dukun itu pakai sorban, jenggotnya dua meter, nah siapa yang tahu. Makanya jangan terkecoh dengan selimut saja," sarannya.
Untuk itu, lanjut Natsir, kita dapat mengetahui ciri-ciri Ruqyah syirik dari beberapa hal. "Misalnya memang sama-sama ada bacaan ayat kursi dan lainnya, tapi ada mantra-mantra, minyak wangi, kembang ataupun dupa. dan perlu diingat bahwa syirik merupakan dosa besar," tandasnya lagi.
Sedangkan yang dianjurkan rasul, kata Natsir adalah Ruqyah Syar’iah yang sesuai dengan tuntunan agama baik media maupun tekniknya. "Ada tiga fungsi Ruqyah jenis ini yaitu penyembuhan medis, gangguan kejiwaan dan gangguan jin. Untuk yang terakhir ini tidak ada terapi lain selain Ruqyah Syar’iah," kata natsir.
Sementara itu, setelah mendengarkan ulasan Natsir, puluhan peserta segera menyimak dengan seksama Ruqyah yang dibacakan tim Ruqyah. Baru awal dibacakan, sudah banyak peserta yang bereaksi, ada yang mual, muntah, menangis bahkan berteriak keras. Tim peRuqyah pun segera sigap menangani mereka dibantu panitia.
Salah satu peserta, sebut saja namanya Dawi, terkena reaksi hasil Ruqyah, ia mengalami muntah-muntah saat proses ruqyah berjalan. Sebelumnya, ia mengatakan bahwa sebenarnya dia beserta suami berencana mengikuti Ruqyah di Kediri. "Saya sudah noto ati kita mau ke kediri hari ini. Tapi Allah menunjukkan jalan ke sini. tadi tiba-tiba lihat spanduk kok ITS mengadakan Ruqyah, kami langsung berbelok ke sini. Alhamdulillah, kami dimudahkan Allah di sini, ini saja tadi langsung disediakan mukena oleh panitia," kisahnya berbinar.
Dawi yang datang dari luar Surabaya ini pun mengaku dirinya merasakan tanda-tanda kerasukan sudah sejak lama, dan sudah dibawa kemana-mana tapi tidak berhasil. "Alhamdulillah, tanda-tandanya sama seperti yang di makalah ini, mudah-mudahan dapat sembuh," harap Dawi.
Tujuan utama
Kegiatan ini merupakan kali kedua yang diadakan Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS, setelah acara pertama yang digelar beberapa bulan lalu mendulang sukses. Dengan rekomendasi dari LMZIS ITS, kegiatan gratis dan terbuka untuk umum ini dimaksudkan menyambut datangnya bulan puasa dengan membersihklan diri dari gangguan makhluk ghoib.
Namun tujuan utama acara ini, diungkapkan Nadhif salah satu personil KRS, adalah berdakwah demi menghilangkan syirik besar dari ummat Islam. "Walaupun salah satu efeknya adalah membersihkan diri dari gangguan jin, tapi ini hanya efek saja. Tujuan utamanya adalah menghilangkan kesyirikan besar yang ada di ummat Islam sendiri," ungkap Nadhif.
Syirik yang dimaksud disini adalah meyakini ada zat yang lebih kuat dan bisa melindunginya secara ghoib selain dari Tuhan Maha Pencipta, Allah. Zat tersebut, di antaranya jimat dan tulisan-tulisan yang selalu dibawa-bawa yang diyakini memiliki manfaat bagi pemiliknya.
Alumnus Manajemen Unair 1997 ini mengatakan, metode seperti ini lebih baik dari dakwah biasanya yang hanya menganjurkan dan memberitahu. "Buktinya, tidak sedikit setelah Ruqyah masal sebelumnya orang-orang yang memiliki jimat itu akhirnya memberikannya pada kami untuk dimusnahkan," tambahnya.
Walaupun begitu banyak memberikan manfaat, ada satu kendala pengadaan acara ini, yaitu adanya isu bid’ah (menyimpang dari ajaran Islam). Mengenai hal itu, Nadhif mengatakan isu itu belum jelas adanya. "Memang ada isu bid’ah, tapi tidak jelas datangnya dari mana?" katanya.
Karena, menurut Nadhif Ruqyah itu termasuk dalam thibbun nabawi (pengobatan cara nabi, red). "Jadi, jika dilakukan secara masal, berarti hukumnya tidak berbeda dengan Sunatan Masal," tandasnya. Dengan ini, dia berkesimpulan pengadaan Ruqyah masal ini boleh saja, tidak melanggar Hukum islam. Selain itu, acara ini dinilainya bermanfaat karena terganggunya manusia oleh makhluk ghoib itu termasuk penyakit dan hanya bisa disembuhkan dengan Ruqyah sebagai salah satu cara pengobatan cara Nabi Muhammad SAW.(th@/mac/asa)
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih