Dari 35 finalis, ITS meloloskan 5 karya mahasiswanya, masing-masing tiga karya untuk bidang lingkungan geofisik dan kimia, dan dua karya di bidang lingkungan sosial ekonomi dan budaya kesehatan nasional. “Kami bangga dan bersyukur dapat meloloskan dan mendominasi LKTM di bidang ini. Memang selain ITS ada dua perguruan tinggi lain yang meloloskan peserta lebih dari tiga, masing-masing IPB dan Brawijaya masing-masing enam karya. Dari perguruan tinggi di Jatim tidak semua lolos, hanya ITS, Brawijaya dan Universitas Negeri Malang,” kata Pembantu Rektor III ITS Dr Ir Achmad Jazidie MEng, Kamis (5/10) siang.
Jazidie berharap, kelima mahasiswa yang berhasil lolos dan menjadi finalis dalam lomba itu akan berhasil mendapatkan nomor dan keluar sebagai juara. ”Memang nanti penilaiannya tidak hanya pada materi atau judul yang disampaikan, tapi juga ada aspek pemaparan atau penyampaian. Kami berharap mahasiswa kami mampu, karena kami juga telah menyiapkan para dosen pembimbingnya ikut di arena lomba itu untuk memberikan dorongan dan masukan-masukan,” katanya.
Kelima finalis dari mahasiswa ITS itu masing-masing Dedy Septiadi dengan karya berjudul, Usaha Meminimalisasi Kerusakan Lingkungan Akibat Aktifitas Sampah Radioaktof Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia 2020, Resti Afiadinie (Minimalisasi Polusi Udara dari Emisi Kendaraan Bermesin Disel dengan Menggunakan Limbah Plastik sebagai Suplemen Bahan Bakar), Siti Choni Andriati (Green Energy dari Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga dengan Sistem Komunal), Ainun Vijanati Ningrum (Rehabilitasi Lahan Kritis Menjadi Lahan Produktif Melalui Budidaya Jarak Pagar: Potensi Ekonomi dan Pemanfaatannya), dan S. Maslachatul Ummah (Penurunan Suhu Udara Menggunakan Embun Buatan).(humas/asa)
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Panel surya yang umumnya diletakkan di bagian atap bangunan menyebabkan posisinya sulit dijangkau untuk dibersihkan.