ITS News

Sabtu, 28 September 2024
13 Desember 2006, 18:12

Ilmu Pengetahuan Dapat Berakhir

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Selama ini, tutur Agus, ilmu pengetahuan lebih membahas kepada materi. "Ilmu yang kita pelajari saat ini lahir dari materialisme. Dulu ilmu pengetahuan di Eropa abad pertengahan adalah upaya pemberontakan terhadap gereja sehingga perkembangan selanjutnya ilmu pengetahuan semakin jauh dari nilai religius," paparnya.

Agus kemudian menuturkan bahwa karena ilmu pengetahuan berasal dari pemberontakan terhadap pihak religius, maka hal yang bersifat religius kemudian tidak disebut sebagai ilmu pengetahuan. Hal inilah yang kemudian menggiring pemikiran bahwa ilmu pengetahuan adalah hal yang jauh dari hal-hal religius. Sehingga kemudian wahyu sebagai petunjuk dari Tuhan pun dianggap tidak dapat dijadikan dasar pengetahuan. "Namun anehnya, mitos malah lebih dipercaya sebagai dasar ketimbang wahyu," ungkapnya.

Menurut penulis artikel 103 Tahun Drama Kuantum ini, kitab suci sebagai wahyu dari Tuhan memberikan banyak dasar pengetahuan dari Sang Pencipta. Ia kemudian menceritakan salah satu tulisannya yang pernah dimuat di harian Republika dua tahun lalu. "Dalam surat An-Naml ayat 18 diceritakan bahwa saat Nabi Sulaiman mau lewat, pimpinan semut memberi pengumuman agar anak buahnya masuk ke sarang. Dari ayat itu jelas terlihat bahwa pimpinan semut adalah ratu dan bukannya laki-laki atau raja. Tidak perlu bikin proposal ke Bambang DH dan bilang ‘Pak, saya minta dana untuk menyelidiki semut’ kan untuk meneliti bahwa pimpinan semut adalah ratu! Di kitab suci dari dulu sudah dijelaskan, kok!" ungkapnya.

Namun paham keilmuan sebagai materialisme ini terus berkembang. Sebagai akibatnya, ungkap Agus, hasil pemikiran dianggap bukan sebagai ilmu pengetahuan. Begitu juga dengan hal gaib dan yang bersifat transcendent. Seperti fisika Newtonian, menurut Agus, hanya membahas alam sebagai materi dan partikel. Alam tidak dapat dipaksa, dan dengan sendirinya akan mengikuti hakikat religi-nya. Hal inilah yang kemudian akan membawa ilmu pengetahuan kembali bersifat religius.

Dalam buku End of Science disebutkan bahwa ilmu pengetahuan akan berakhir oleh dirinya sendiri karena perkembangan yang pesat. Hal ini kemudian memancing salah seorang peserta untuk bertanya akankah ilmu pengetahuan berakhir di Indonesia. Padahal, ungkapnya, berbeda dengan negara maju, perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia sangat lambat. Setengah berkelakar, pria berkumis ini pun menjawab,"Kalau di negara maju ilmu pengetahuan akan berakhir karena berkembang pesat, maka di Indonesia ilmu pengetahuan akan berakhir karena tidak ada lagi yang mau jadi ilmuwan,".

Agus pun mengatakan bahwa kenyataan di Indonesia, jurusan teknik lebih diminati daripada MIPA. Ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia masih enggan menjadi ilmuwan. Namun Agus mengingatkan bahwa tidak ada bangsa yang akan maju kalau ilmu pengetahuannya tidak berkembang.(ftr/bch)

Berita Terkait