ITS News

Kamis, 14 November 2024
15 Desember 2006, 15:12

Blog: Media Bebas Merdeka

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sedikit obrolan malam itu –malam terakhir Pelatihan Jurnalistik Nasional— yang mengganggu mindset yang selama ini terbenam di otak: media adalah sebuah entitas yang independen. Titik. Ternyata salah, media saat ini sudah lebih loyal terhadap korporasi. Bahkan tidak sedikit media yang menciptakan korporasi itu sendiri. Akhirnya dapat ditebak, objektifitas itu hilang, yang ada hanyalah rangkaian subjektifitas yang semakin gila memperkuat korporasi yang dibangun, dan citra-diri tentunya.

Media di masa yang akan datang sepertinya tidak jauh berbeda. Semakin subjektif! Bisa dilihat saat ini dengan maraknya free magazine yang beredar. Dengan mengangkat tema mengenai gayahidup dan isu komunitas majalah-majalah gratis ini menjadi raja bagi pembacanya yang loyal. Target yang lebih spesifik membuat para pemasang iklan tergiur, lalu berbondong-bondong, lalu dipampang. Beres.

Rasanya kita akan memimpikan media yang mencoba melawan itu semua. Media yang memiliki sikap ’oposan’ terhadap media-media korporat tersebut. Beberapa bulletin kampus dan tabloid sejumlah LSM beramai-ramai mengkampanyekan perlawanan terhadap ’kapitalis media’ yang ada. Tulisan yang ditampilkan benar-benar frontal. Garang. Provokatif. Tetapi sayang, ’kecemburuan’ mereka terhadap yang mereka sebut media kapitalis membuat mereka tidak objektif dalam menyelia data dan fakta yang ada. Semua dipelintir. Tujuanya satu, agar mereka dianggap benar dan yang laih dianggap salah. Sayang. Lagi-lagi media yang kita agungkan objektif pun akhirnya hanya menjadi onggokan kertas dengan fakta sampah.

Dahaga itu sedikit hilang dengan banyaknya blog yang tersebar saat ini. Blog, bisa jadi merupakan media yang masih berasa objektif –setidaknya bagi diri sendiri. Dalam blog kita menemukan banyak oase, yang bisa jadi datang dari pribadi-pribadi yang unik dan mau jujur terhadap diri sendiri. Blog, merupakan sebuah media bebas yang tanpa paksaan, tentu saja juga tanpa deadline.

Raditya Dika mungkin salah satu blogger yang sudah merasakan indahnya bloging. Dalam blognya, Raditya berbicara tentang apapun. Mulai dari pacar hingga bulu hidung. Mulai dari pemilihan umum hingga celana dalam. Bebas. Lalu tanpa sadar blognya dikunjungi, dipuja, dan dielus-elus. Raditya telah menginspirasi jutaan anak muda negeri ini, dari sebuah blog.

Rovicky, seorang ahli geologi kawakan yang juga seorang blogger, dalam blognya http://rovicky.wordpress.com/ menjelaskan pelbagai kejadian geologis di Indonesia dengan cara bertutur yang mengasyikkan dan mudah dimengerti. Termasuk bagaimana Rovicky harus menjelaskan kejadian lumpur Lapindo yang sering disikapi dengan tidak ilmiah. Dibalik kesenangannya bloging ternyata Rovicky menyimpan ketidakpuasan terhadap media avantgarde yang sudah ada. Disebutkan dalam blognya: Ah aku ini sudah skeptis sama media-media resmi, mereka juga bukan netral lagi.

Gagasan yang menarik juga kadang muncul dari sebuah blog. Sebut saja Wahyu Aditya yang membuat blog http://menteridesainindonesia.blogspot.com, dimana dalam blog itu Wahyu Aditya memproklamirkan dirinya –dengan bebas merdeka— sebagai Menteri Desain Indonesia.

Sedikit mengutip dari blog teman yang tidak pernah diupdate: learn fast or slow, you’ll see the different part inside. Yah, kamu akan menemukan jutaan oase dari media yang memberi ruang untuk jujur terhadap diri sendiri, objektif. Bebas dan merdeka. Blog.

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Jurusan Desain Produk Industri

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Blog: Media Bebas Merdeka