ITS News

Sabtu, 28 September 2024
20 Desember 2006, 14:12

Bingung Bahasa, Ajak Penerjemah Mahasiswa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Melanjutkan kesuksesan pengobatan gratis yang digelar tahun lalu di Kenjeran, kali ini Ocean Week 2 mengadakannya di desa Jangkong, Batang-batang, Sumenep-Madura, Minggu (17/12). Yang unik, kegiatan yang berlangsung di Gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) Desa Jangkong ini, dibawakan dalam Bahasa Madura. Presentasi dari sponsor produk minuman pun harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Madura.

Sebagai informasi, 65 persen warga desa ini bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan yang termasuk keluarga miskin (Gakin). Data tersebut diperoleh setelah panitia mensurvei ke Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Kesehatan kabupaten Sumenep. ”Satu bulan sebelum acara, kami sudah berkunjung ke rumah kepala desa dan beliau menyambut dengan baik diadakannya kegiatan pengobatan gratis ini,” ujar Berry Noveriyanto, ketua panitia Pengobatan Gratis. Sambutan baik itu dibuktikan kesediaan Kepala Desa dalam mempublikasikan dan membagikan kupon Pengobatan Gratis kepada warganya.

Karena desa ini terletak di daerah pesisir terpencil, yang sebagian besar warganya tidak bisa berbahasa Indonesia. Sehingga, tujuh orang tim medis dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) harus didampingi penerjemah bahasa. “Awalnya kami merasa kesulitan, tapi lama kelamaan jadi terbiasa, malah sekarang kami sudah mulai bisa berbicara dalam Bahasa Madura,” ujar salah satu tim medis. Panitia memang tak kesulitan mencari penerjemah, sebab beberapa panitia fasih berbahasa Madura. Ini dilakukan agar yang mengobati mengerti penyakit apa yang diderita pasien. Selain mendampingi tim medis, penerjemah juga harus berada di Loket pendaftaran dan ruang obat.

Namun, Miss komunikasi sempat terjadi antara warga Jangkong dengan panitia. Mereka kebingungan menanyakan keluhan sakit yang diderita. Panitia yang berasal dari Madura sangat terbatas. Kemampuan berbahasa Indonesia yang terbatas dimiliki beberapa orang saja cukup membuat panitia kewalahan. Bahkan, panitia yang asli dari Madura pun tidak begitu lancar berkomunikasi karena warga menggunakan bahasa Madura yang halus.

Acara kali ini terbilang cukup sukses. Dengan hanya menghabiskan dana sekitar 3 juta, kegiatan ini mampu melayani lebih dari 200 warga desa. Tujuan diadakannya acara yang bertemakan Membangun Bangsa Yang Kuat, melalui Pola Hidup Sehat Masyarakat Pesisir ini, ditujukan membantu masyarakat miskin di daerah pesisir yang merasa kesulitan biaya berobat dan membeli obat. (m2/m4/th@)

Berita Terkait