ITS News

Jumat, 15 November 2024
06 Januari 2007, 17:01

Kebab

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Saat ini Hendi telah membuka 84 kedainya yang tersebar di 14 daerah di Indonesia. Omzetnya tidak tanggung-tanggung; satu miliar rupiah setiap bulannya. Tahun depan ia bermimpi untuk mencengkeram Jakarta dan tahun depannya lagi ia siap untuk melakukan ekspansi ke mancanegara, tentu saja dengan kedai kebabnya.

Pantaslah jika Hendi dinobatkan sebagai salah satu Tokoh Pilihan Tempo 2006, kegigihan dan semangat yang dimilikinya memberikan inspirasi bagi banyak orang. Ia menjadi milyarder di umurnya yang belum genap 25. Satu statemen yang diucapkannya saat orang tuanya berharap dia cepat menyelesaikan kuliah dan menjadi orang kantoran: “Saya tidak mau jadi pekerja!”

***

Orang seperti Hendi sebenarnya sangat tidak nyaman. Mimpi besar menggelayut di pundaknya, mengharuskan Hendi untuk menabrak tembok besar yang ada di depannya. Kuliah sebenarnya pilihan yang baik, tetapi Hendi merelakan untuk mimpinya yang jauh lebih besar. Sungguh, ia ingin mandiri.

Tidak gampang mencari orang seperti Hendi, berpikiran berani dan jauh kedepan. Anak muda saat ini lebih memilih menjadi save player. Sembari meringkuk di balik hangatnya selimut, lalu mereka merajut mimpi-mimpi yang indah, instan bukan? Asal IP bagus, cepat lulus dan sesegera mungkin mendapat kerja mereka akan sangat puas. Rendahnya inovasi dan kreativitas tidak lagi menjadi prioritas utama para muda ini.

Dari penelitian The Global Competitiveness Report yang dilakukan oleh badan World Economic Forum, Indonesia memiliki daya inovasi sebesar –0.32 jauh di bawah negara tetangga Malaysia yang indeks kreatifnya adalah 0.59, bahkan yang tertinggi Singapura dengan indeks kreatif sebesar 1.63. Tentu saja ini berpengaruh kepada pertumbuhan inovasi yang ada di negeri itu. Sedangkan inovasi adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan taraf ekonomi sebuah negara.

Kreatifitas sendiri tidak selalu datang dari hal-hal yang rumit. Bisa saja ide besar itu datang dari sebuah hal lazim yang kita pandang biasa. Bukankah Newton merumuskan teori gravitasinya dari sebuah apel yang jatuh? Selama ini kita terlalu mudah mengabaikan sesuatu, sesuatu yang kita anggap biasa. Sudah. Kita terlalu mudah memberikan label pada satu hal sebagai harga mati. Coba melihat sesuatu yang biasa ini melalui sudut pandang yang berbeda, secara menyeluruh. Mencoba menerima perbedaan.

Hendi telah membuktikannya. Kreatifitas bisa berawal dari sesuatu yang biasa dan kecil, dan kreatifitas hanya bisa di jaga oleh keberanian yang luar biasa. Keberanian untuk menabrak pagar. Keberanian untuk bermimpi tentunya.

***
Malam itu obrolan saya dan teman saya berlanjut, mengapa orang sekelas Hendi Setiono harus keluar dari ITS? Lalu mengapa pula banyak jebolan ITS banyak yang menuai sukses pada akhirnya? Tidak banyak yang tahu bukan jika Hermawan Kertajaya dan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono adalah sekian diantara mahasiswa yang pernah mencicipi indahnya ITS.

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Desain Produk ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Kebab