ITS News

Minggu, 29 September 2024
23 Januari 2007, 13:01

I Made Arya Djoni, Guru Besar Tertua ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Meski tercatat sebagai guru besar tertua yang dikukuhkan ITS, I Made Djoni, begitu panggilan akrabnya, merupakan guru besar yang tercepat memperoleh jabatan profesor setelah gelar doktor. Bayangkan, setelah meraih gelar doktor yang ditempuhnya hampir sepuluh tahun di ITB, ia telah berhak menyandang gelar guru besar. ”Bagaimana tidak saat saya mengambil program doktor angka kredit dan pangkat saya telah mencapai 750 lebih dan golongan IV C, Lektor Kepala. Saat saya mengambil program doktor itulah saya kemudian terus menambah angka kredit hingga cukup untuk memperoleh jabatan guru besar setelah menyandang gelar doktor,” tutur pria kelahiran Denpasar, 25 Juni 1944 ini.

Menurut ayah tiga putra dan satu putri ini, saat awal menjadi mahasiswa ITS, tidak terpikir sedikit pun untuk menjadi dosen dan menyandang gelar profesor seperti sekarang. Ini lantaran, imbuhnya, Djoni baru bisa menyelesaikan kuliah di program sarjana selama sepuluh tahun. ”Tentu bukan karena kepandaian saya, tapi lebih pada dosennya saat itu tidak bisa hadir terus menerus di kampus, karena sebagian besar adalah pekerja. Bukan hanya itu, saat mengambil program doktor pun saya hampir merasa putus asa, karena lebih dari empat tahun tidak menghasilkan apa-apa, karena co-promotor saya ke Malaysia lebih dari empat tahun,” tandasanya.

Sehinggga, kata kakek dua cucu ini menambahkan, terpaksa harus memperpanjang program doktornya dengan biaya sendiri dan dibantu anaknya yang sudah mandiri. ”Terus terang yang menyemangati untuk menyelesaikan program doktor itu adalah mahasiswa saya yang kemudian jadi dosen ITS, dan baru pulang setelah mengambil doktor di Jerman. Pak Herman Sasongko-lah yang memotivasi saya untuk segera menyelesaikan program S3 di ITB. Karena itu, dalam disertasi, Pak Herman saya tulis jelas-jelas dalam ucapan terima kasih, sebagai murid, guru, sahabat sekaligus kolega,” jelas Djoni yang menyelesaikan masternya di Iowa State University di Amerika Serikat.

Djoni yang dua tahun terakhir ini menganut pola makan vegetarian juga mengungkapkan, motivasi besar lainnya hingga dirinya harus menyelesaikan program doktor adalah koleganya yang berada di kampus. ”Sungguh saya sangat malu kalau kenbali tanpa gelar doktor. Sesekali mereka banyak yang bergurau, kalau kuliah di dalam negeri yang dekat memang harus lama, tapi kalau di luar negeri tidak perlu lama-lama, karena saat saya mengambil gelar master di AS hanya butuh waktu dua tahun dua bulan,” pungkas Djoni. (humas/th@)

Berita Terkait