ITS News

Sabtu, 28 September 2024
25 Januari 2007, 14:01

Permadani Rancangan Maba Arsitektur Dipamerkan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebanyak 115 mahasiswa jurusan Arsitektur yang mengikuti mata kuliah Estetika Rupa I terlibat dalam pembuatan permadani-permadani ini. Sedangkan, total karya yang dipamerkan adalah berjumlah 30 permadani. Pengerjaan tugas secara berkelompok yang memakan waktu sebulan ini diakui Suci, salah satu maba Arsitektur, cukup melelahkan.“Terpaksa kami merelakan sebagian waktu tidur untuk mengerjakan tugas besar ini,” ujarnya. Suci yang mengaku puas dengan hasil karya kelompoknya itu menambahkan, pembuatan permadani tenun yang menggunakan sistem pakan dan lusi (salah satu cara menenun, red) ini harus dikerjakan dengan ketelitian yang sangat tinggi.

Sementara itu, Bimantya, ketua pelaksana Pameran Permadani, menjelaskan bahwa tema yang diangkat adalah bebas tergantung kreativitas masing-masing kelompok. “Tema sengaja tidak dibatasi untuk mengetahui kreativitas mahasiswa dalam berkarya,” ungkap Bima. Beberapa karya yang cukup unik antara lain permadani bertajuk Etnis yang mengangkat ornamen grafis Indonesia Timur dengan dominasi warna tanah.

Lain lagi dengan karya yang berjudul Geisha yang menampilkan ciri ornamen Jepang, dengan Geisha sebagai tokohnya. Pewarnaan yang cukup detil dan gradasi rapi, membuat Geisha tampak menonjol dibanding karya lain. Berbeda dengan Geisha, permadani bergambar burung yang diberi judul Phoenix memiliki daya pikat dari komposisi warna dan bentuk yang diangkat.

Sementara, karya lain lebih banyak menonjolkan grafis yang bersifat nirmana. Salah satunya, karya berjudul Never Ending Distortion yang permukaan permadaninya dipenuhi bentuk persegi beraneka warna.

Permadani yang tak kalah unik adalah Red Wine yang mengadopsi aliran seni kubisme dalam karyanya. Bima mengatakan, rata-rata dana yang digunakan dalam sebuah karya berkisar pada 300 ribu rupiah, bahkan ada beberapa karya yang menghabiskan dana hingga satu juta rupiah. “Bahan yang mereka pakai lebih halus teksturnya, sehingga lebih mahal,” tandas Bima menjelaskan.

Tak hanya dipamerkan, ternyata karya-karya istimewa ini juga dijual kepada pengunjung yang berminat. Harga jualnya antara 700 ribu rupiah per item. Diharapkan, uang yang terkumpul nantinya sebagian akan disumbangkan dan dijadikan kas angkatan.

Seperti salah satu karya istimewa diberi judul La Ghaaliba Ilallah, yang mengangkat seni grafis Islami berbetuk kaligrafi, terjual pada hari pertama pameran. Pembelinya tak lain adalah Ketua Jurusan Arsitektur, Bambang Soemardiono. Nazra, salah satu pembuatnya mengatakan, dirinya sangat senang karyanya diminati oleh pengunjung. "Bahkan kami sudah dipesan untuk membuat yang serupa satu buah lagi,” tutur Nazra tersenyum. (ap/th@)

Berita Terkait