Membaca buku belumlah begitu diminati oleh para pencari informasi di Indonesia. Masyarakat kita lebih gemar untuk mendengar rasio dan lebih-lebih menonton televisi untuk dijadikan sebagai media informasi. Walaupun sebenarnya ada sebagian orang yang hobi mengkonsumsi koran, majalah, tabloid, dan lainnya. Tapi kenyataannya Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara tetangga dalam mengkonsumsi koran. Bandingkan dengan Filipina yang rasio jumlah penduduk dengan surat kabar adalah 1:30 bahkan malaysia 1:8,1. Indonesia sendiri masih 1:43 yang artinya satu surat kabar untuk 43 orang, padahal rasio yang ideal adalah 1:10.
Begitu pula dengan elemen pendidikan kita. Menurut penelitian International Reading Achivment (IRA), kemampuan anak-anak Sekolah Dasar Indonesia menempati urutan ke-29 dari 30 negara. Dan menempati urutan ke-38 dari 39 negara berdasarkan penelitian International Education Achievment (IEA).
Pada tahun 2000 yang lalu, Taufik Ismail membeberkan data menyedihkan mengenai perbandingan jumlah buku wajib siswa SMA di beberapa negara. Datanya sebagai berikut:
Dan menurut data terbarunya tahun 2003 mengungkapkan bahwa siswa SMU di Malaysia diwajibkan untuk membaca
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ternyata jumlah judul yang diwajibkan di Indonesia adalah 0 besar.
Padahal berasarkan penelitian Ravitch dan Finn (1987), Krashen (1990) mengatakan bahwa membaca berpengaruh besar terhadap perkembangan kognitif anak. Kegiatan membaca dapat memberikan pajanan langsung terhadap pemakaian bahasa (kosakata, tata bahasa, gaya bahasa, organisasi, ide, dan sebagainya). Keterampilan membaca membantu keberhasilan dalam mata pelajaran lain. Selain itu membaca merupakan bekal pencerahan dan pemutakhiran pengetahuan, dan yang terpenting adalah membiasakan anak untuk menjadi pembelajar mandiri.
Dalam teori sekmata, disebutkan bahwa pada saat membaca orang juga membawa pengetahuannya kedalam teks bacaannya. Dengan demikian, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki pembaca maka semakin bagus pemahamannya saat membaca teks bacaan tersebut karena saat membaca terjadi penggabungan antara pengetahuan pembaca dan teks bacaan tersebut. Satu hal yang pasti, kebiasaan membaca merupakan satu-satunya cara yang bisa membekali seseorang dengan pengetahuan yang luas.
Membaca merupakan proses penyerapan informasi dan akan berpengaruh positif terhadap kreativitas seseorang. Sebenarnya, membaca merupakan siklus mengalirnya ide pengarang ke dalam diri pembaca. Dengan membaca, seseorang akan mampu mnyelami pikiran orang lain, lalu bisa menambahkan pikiran tersebut ke dalam pikiran dan pengalamannya sendiri.
Dalam sejarah peradaban manusia, buku merupakan sumber kekuatan dahsyat hingga dapat membangun peradaban suatu bangsa. Ambil contoh yang baru saja, hampir seluruh presiden Amerika membuat otobiografi mereka, ini merupakan bukti kecintaan mereka terhadap buku. Membaca dijadikan kegiatan wajib dikala waktu senggang mereka, maka tak heran Amerika selalu memiliki pemimpin-pemimpin besar yang gila buku, seperti Jhon Quincy Adam, Abraham Lincoln, dan AF Kennedy. Begitu pula Inggris yang beruntung memiliki tokoh seperti Winston Churchill yang selalu bergelut dengan buku, begitu pula India dengan Jawaharlal Nehru-nya.
Bahkan Clinton dalam otobiografinya My Life memaparkan bahwa buku adalah jembatan menuju abad 21. sama halnya dengan Harun al-Rasyid melaluyi perpustakaan Baitul Hikmah mampu menghadirkan Kekhalifahan Abbasiyah sebagai tonggak peradaban dunia yang paling monumental.
Lalu bagaimana dengan negara kita? Jika kita tidak ingin tetap tertinggal, maka membacalah! Karena membaca juga perintah pertama yang diturunkan oleh Allah SWT.
(Data disadur dari penulis Ahmadi Sofyan dalam bukunya Jangan Takut Menulis)
Emal Zain MTB
Mahasiswa Teknik Sipil ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi