ITS News

Sabtu, 28 September 2024
17 Februari 2007, 16:02

Mahasiswa se-Indonesia Berbagi Pengalaman Bencana

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam berbagai bencana yang terjadi di Indonesia, mahasiswa sering berperan penting baik sebagai sukarelawan maupun dalam proses rekonstuksi. Potensi mahasiswa tersebut lah yang mengundang BEM ITS untuk mengadakan lokakarya tentang peran mahasiswa dalam penanggulangan bencana. Acara yang diadakan Departemen Pengabdian Masyarakat ini bertajuk Lokakarya Pendayagunaan Potensi Mahasiswa dalam Penanggulangan Bencana.

Beberapa mahasiswa yang datang antara lain dari ITB, Universitas Negeri Semarang, IPB dan Universitas Syah Kuala Aceh. Diharapkan, acara ini bisa menjadi wadah para mahasiswa untuk berbagi pengalaman tentang penanggulangan bencana.

“Misalnya mahasiswa dari Universitas Syah Kuala bisa berbagi pengalamannya tentang penanganan bencana tsunami di Aceh. Sedangkan mahasiswa dari Jember bisa berbagi pengalaman dalam menghadapi bencana banjir dan tanah longsor yang sempat melanda musim hujan lalu,” terang Muflihun, ketua panitia acara ini.

Dari ITS sendiri, ujar Muflihun, akan mempresentasikan pengalaman dalam ikut serta menangani bencana Lumpur Sidoarjo yang sekarang masih terus melanda.

Kegiatan empat hari ini juga diisi training motivasi kepada para mahasiswa. “Kami berharap setelah mendapat traning ini mereka bisa termotivasi untuk ikut membantu mencegah dan menangani bencana,” terang mahasiswa Teknik Fisika angkatan 2003 ini.

Selain untuk berbagi pengalaman antar mahasiswa, acara ini juga diisi materi penanggulangan bencana dari beberapa panelis. Salah satu pembicara yang hadir dalam acara ini adalah Dr Ir Daniel M Rosyid Phd, dosen ITS yang juga anggota Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI).

Daniel membawakan materi APELL (Awareness and Preparedness for Emergencies at Local Level). APELL ini merupakan metode untuk meningkatkan kesadaran masyarkat akan bencana dan mengurangi dampak dari bencana itu. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti dokumentasi bencana untuk diteliti, kerjasama antar instansi hingga pemanfaatan budaya setempat.

“Budaya juga bisa digunakan untuk mengurangi dampak bencana,“ terangnya. Misalnya, ungkap Daniel, bisa dengan mengggunakan kentongan yang sudah dikenal di desa untuk peringatan bencana dini.

Selain itu menurut Staf Ahli Gubernur Jawa Timur ini, untuk menanggulangi bencana juga dituntut kerjasama dari berbagai pihak, terutama untuk mencegah bencana buatan manusia. Misalnya bencana banjir di Jakarta lalu, Daniel mengatakan bahwa hal tersebut tak bisa hanya diatasi oleh pemerintah Jakarta, tapi juga pemerintah Bogor yang harus menghentikan pembangunan villa di kawasan resapan air.(rif/ftr)

Berita Terkait